Pages

Rabu, 10 Oktober 2012

Jika itu kabaikan, kenapa tidak coba kita hadapi?

1 bulan usai saya telah beradaptasi dengan dunia baruku ini, setelah mengikuti acara-acara ISFI (Ikatan Santri Firdaus) salah satunya acara ‘MOS’ Masa Orientasi Santri. Hari-hari itu ku mulai dengan penuh harapan banyak pengalaman dan mendapat ilmu baru kepada saya. Dan ternyata betul sekali banyak yang saya tidak ketahui, rasa syukurku ucapkan dalam hatiku “ Alhamdulillah saya di asrama jadi lebih bisa banyak bertanya kepada kaka kelas yang kebetulan mondok / di asrama juga. Baik itu masalah agama, kondisi pesantren, bagaimana menjadi santri yang baik dambaan para ustadz dan ustadzahnya dan sebagainya. Teringat waktu itu ketika mau melaksanakan sholat, karena memang belum hafal semua bacaan solatnya akhirnya menghafal dulu bacaan sholat tersebut. Kakak kelasku tak pernah lelah untuk selalu mengajarkan berbagai hal apa yang harus dilakukan di lingkungan pesantren seperti shaum senin kamis, shaum pertengahan bulan, shaum daud, sholat dhuha, qiyamu lail, tilawah, hafalan surat dan hal lain sebagainya. Hari-hariku rasakan begitu indah nan bahagai walapun dalam benaku itu dunia baruku, dunia yang sangat aneh dari dunia sebelumnya yang selalu berteman dengan anak laki-laki, berpakaian seksi, tak pernah shaum sunnat, tilawah dan sebagainya, tapi walaupun ini dunia baruku ini, saya merasakan bahagia, pemahaman agamaku semakin bertambah, hafalan quran bertambah, bacaan sholat semakin lancar, pokoknya Alhamdulillah semakin meningkat dari hari-hari sebelumnya..  Memang betul seperti dalam hadits dikatakan : ‘ Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung kepada apa yang kita niatkan. Ketika itu saya berniat untuk menjadi santri yang baik yang taat pada aturan pesantren, layak disebut santri oleh para ustadz dan ustadzah, teringat pula pesan orang tua ketika saya masuk pesantren : ingat, jadilah santri yang baik, orang tua meinginginkan supaya saya paham agama lebih luas. Selain itupun jika dilanjutkan ke SMP terkhusus di garut akan memadhorotkan apalagi seoarang perempuan karena jarak sekolah SMP dari rumah sangat jauh. Dan akhirnya orang tua memutuskan untuk masuk ke pesantren saja. Suatu hari yang sangat menegangkan. Para panitia atau staf organisasi ISFI hari itu sudah menjadwalkan untuk pekan ini siapa saja yang akan ceramah perwakilan setiap kelasnya. Semua santri baik itu tsnawiyyah ataupun aliyyah sudah ramai menuju madding karena penasaran siapa saja yang akan menjadi penceramah pertama dalam acara muhadhoroh pekan ini. Baru saja saya mau melangkahkan kaki menuju madding tiba-tiba teman-teman kelasku menunjukkan wajahnya dari kejauhan kearahku, rasa penasaranku semakin bertambah dikhawatirkan saya menjadi perwakilan akhwat dari kelasku. Dan ternyata betul sekali , saya yang pertama ceramah perwakilan kelas untuk mengawakili acara muhadhoroh pekan ini. Hati saya semakin berdebar, kaki saya serasa tak kuat menahan badanku sendiri semakin lemasnya badan ini. Dengan wajah yang sangat kebingungan ku tak tahu harus berbuat apa, apa yang harus disampaikan nanti ketika acara itu tiba, bahan untuk disampaikannya pun tidak ada, dan bahkan tidak tahu harus materi apa yang harus disampaikan. Dalam hatiku berkata : ‘Ya Allah bagaimana nanti jika berada di depan para santri, apa yang harus saya sampaikan sedangkan pemahaman agamaku masih sedikit, apa yang harus saya lakukan format membuat ceramahpun belum tahu, bahkan muqodimahpun belum tahu, apalagi materinya, apa yang harus dibahas. Saya pun berpikir panjang, dan salah satu solusinya saya harus minta bantuan lagi ke kakak kelas di asrama, dari mulai formatannya, muqodimah dan sampai materinya. Setelah ku tahu saya akan tampil pekan ini, hari demi hari ku baca materi yang akan disampaikan nanti, karena memang kata-kata yang sangat baru ku kenal saya belum bisa untuk menghapalnya apalagi memahaminya, akhirnya saya konsultasi ke kakak kelas di asrama dan akhirnya bisa sekali-kali melihat materi ketika ceramah berlangsung, akhirnya kepanikan ini sedikit terobati, dan hanya 4 hari saja saya harus memahami dan latihan sebaginya untuk menuju acara muhadhoroh nanti. Acara muhadhorohpun akan dimulai malam ini, saya masih sibuk dengan serpihan-serpihan kertas bahan materi yang akan disampaikan, dan yang paling terpenting mempersiapkan mental ketika sedang di depan. Acara berlangsung dengan khidmat, dimulai dari sambutan-sambutan, dan dimulai acara inti yaitu penyampaian ceramah dari para santri perwakilan dari setiap kelasnya, maklumlah santri baru sudah disuruh ceramah, akhirnya ketika acara berlangsung sangat tidak tenang, gugup , berdebar-debar, gerogi, nerves semuanya ada ketika waktu itu. Detik-detik mendebarkan, akhirnya aku dipanggil dengan tepuk tangan yang meriah, dalam hatiku berkata : tenang, tenang santai saja, jangan kelihatan gerogi, berikan senyumanmu kepada semua santri yang ada di ruangan itu, Ya Allah lancarkanlah dalam penyampaian ceramah ini. Akupun memulai menyampaikannya dari mulai muqodimah, materi dan kesimpulan. Alhamdulillah penyampaiannya lancar dan diakhiri dengan tepuk tangan dan senyuman yang indah ^_^ Akupun melangkahkan kaki ke tempat duduk semula, dengan rasa bangga dan terharu, akhirnya lega juga setelah penyampaian itu pula rasa beban di hati sudah tak ada. Malahan kalau sudah mencoba sekali malah mau mencoba lagi.  Dari cerita singkat di atas, dapat kita petik hikmahnya bahwa peluang kebaikan yang ditawarkan kepada kita jangan sampai kita abaikan begitu saja, jika memang itu menambah kebaikan untuk kita, kenapa tidak kita mencobanya? Apalagi setiap orang ingin jadi orang sukses, dan syarat menjadi orang sukses salah satunya berani melangkah menghadapi tantangan. So, lakukan yang terbaik, untuk menjadi orang yang paling terbaik… Karunia_Subuh_108990_S.Istiqomah

Rabu, 10 Oktober 2012

Jika itu kabaikan, kenapa tidak coba kita hadapi?

1 bulan usai saya telah beradaptasi dengan dunia baruku ini, setelah mengikuti acara-acara ISFI (Ikatan Santri Firdaus) salah satunya acara ‘MOS’ Masa Orientasi Santri. Hari-hari itu ku mulai dengan penuh harapan banyak pengalaman dan mendapat ilmu baru kepada saya. Dan ternyata betul sekali banyak yang saya tidak ketahui, rasa syukurku ucapkan dalam hatiku “ Alhamdulillah saya di asrama jadi lebih bisa banyak bertanya kepada kaka kelas yang kebetulan mondok / di asrama juga. Baik itu masalah agama, kondisi pesantren, bagaimana menjadi santri yang baik dambaan para ustadz dan ustadzahnya dan sebagainya. Teringat waktu itu ketika mau melaksanakan sholat, karena memang belum hafal semua bacaan solatnya akhirnya menghafal dulu bacaan sholat tersebut. Kakak kelasku tak pernah lelah untuk selalu mengajarkan berbagai hal apa yang harus dilakukan di lingkungan pesantren seperti shaum senin kamis, shaum pertengahan bulan, shaum daud, sholat dhuha, qiyamu lail, tilawah, hafalan surat dan hal lain sebagainya. Hari-hariku rasakan begitu indah nan bahagai walapun dalam benaku itu dunia baruku, dunia yang sangat aneh dari dunia sebelumnya yang selalu berteman dengan anak laki-laki, berpakaian seksi, tak pernah shaum sunnat, tilawah dan sebagainya, tapi walaupun ini dunia baruku ini, saya merasakan bahagia, pemahaman agamaku semakin bertambah, hafalan quran bertambah, bacaan sholat semakin lancar, pokoknya Alhamdulillah semakin meningkat dari hari-hari sebelumnya..  Memang betul seperti dalam hadits dikatakan : ‘ Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung kepada apa yang kita niatkan. Ketika itu saya berniat untuk menjadi santri yang baik yang taat pada aturan pesantren, layak disebut santri oleh para ustadz dan ustadzah, teringat pula pesan orang tua ketika saya masuk pesantren : ingat, jadilah santri yang baik, orang tua meinginginkan supaya saya paham agama lebih luas. Selain itupun jika dilanjutkan ke SMP terkhusus di garut akan memadhorotkan apalagi seoarang perempuan karena jarak sekolah SMP dari rumah sangat jauh. Dan akhirnya orang tua memutuskan untuk masuk ke pesantren saja. Suatu hari yang sangat menegangkan. Para panitia atau staf organisasi ISFI hari itu sudah menjadwalkan untuk pekan ini siapa saja yang akan ceramah perwakilan setiap kelasnya. Semua santri baik itu tsnawiyyah ataupun aliyyah sudah ramai menuju madding karena penasaran siapa saja yang akan menjadi penceramah pertama dalam acara muhadhoroh pekan ini. Baru saja saya mau melangkahkan kaki menuju madding tiba-tiba teman-teman kelasku menunjukkan wajahnya dari kejauhan kearahku, rasa penasaranku semakin bertambah dikhawatirkan saya menjadi perwakilan akhwat dari kelasku. Dan ternyata betul sekali , saya yang pertama ceramah perwakilan kelas untuk mengawakili acara muhadhoroh pekan ini. Hati saya semakin berdebar, kaki saya serasa tak kuat menahan badanku sendiri semakin lemasnya badan ini. Dengan wajah yang sangat kebingungan ku tak tahu harus berbuat apa, apa yang harus disampaikan nanti ketika acara itu tiba, bahan untuk disampaikannya pun tidak ada, dan bahkan tidak tahu harus materi apa yang harus disampaikan. Dalam hatiku berkata : ‘Ya Allah bagaimana nanti jika berada di depan para santri, apa yang harus saya sampaikan sedangkan pemahaman agamaku masih sedikit, apa yang harus saya lakukan format membuat ceramahpun belum tahu, bahkan muqodimahpun belum tahu, apalagi materinya, apa yang harus dibahas. Saya pun berpikir panjang, dan salah satu solusinya saya harus minta bantuan lagi ke kakak kelas di asrama, dari mulai formatannya, muqodimah dan sampai materinya. Setelah ku tahu saya akan tampil pekan ini, hari demi hari ku baca materi yang akan disampaikan nanti, karena memang kata-kata yang sangat baru ku kenal saya belum bisa untuk menghapalnya apalagi memahaminya, akhirnya saya konsultasi ke kakak kelas di asrama dan akhirnya bisa sekali-kali melihat materi ketika ceramah berlangsung, akhirnya kepanikan ini sedikit terobati, dan hanya 4 hari saja saya harus memahami dan latihan sebaginya untuk menuju acara muhadhoroh nanti. Acara muhadhorohpun akan dimulai malam ini, saya masih sibuk dengan serpihan-serpihan kertas bahan materi yang akan disampaikan, dan yang paling terpenting mempersiapkan mental ketika sedang di depan. Acara berlangsung dengan khidmat, dimulai dari sambutan-sambutan, dan dimulai acara inti yaitu penyampaian ceramah dari para santri perwakilan dari setiap kelasnya, maklumlah santri baru sudah disuruh ceramah, akhirnya ketika acara berlangsung sangat tidak tenang, gugup , berdebar-debar, gerogi, nerves semuanya ada ketika waktu itu. Detik-detik mendebarkan, akhirnya aku dipanggil dengan tepuk tangan yang meriah, dalam hatiku berkata : tenang, tenang santai saja, jangan kelihatan gerogi, berikan senyumanmu kepada semua santri yang ada di ruangan itu, Ya Allah lancarkanlah dalam penyampaian ceramah ini. Akupun memulai menyampaikannya dari mulai muqodimah, materi dan kesimpulan. Alhamdulillah penyampaiannya lancar dan diakhiri dengan tepuk tangan dan senyuman yang indah ^_^ Akupun melangkahkan kaki ke tempat duduk semula, dengan rasa bangga dan terharu, akhirnya lega juga setelah penyampaian itu pula rasa beban di hati sudah tak ada. Malahan kalau sudah mencoba sekali malah mau mencoba lagi.  Dari cerita singkat di atas, dapat kita petik hikmahnya bahwa peluang kebaikan yang ditawarkan kepada kita jangan sampai kita abaikan begitu saja, jika memang itu menambah kebaikan untuk kita, kenapa tidak kita mencobanya? Apalagi setiap orang ingin jadi orang sukses, dan syarat menjadi orang sukses salah satunya berani melangkah menghadapi tantangan. So, lakukan yang terbaik, untuk menjadi orang yang paling terbaik… Karunia_Subuh_108990_S.Istiqomah