Pages

Minggu, 17 Juli 2011

Pendidikan Akhlak dalam Keluarga

A. Pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik apabila diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan kata yang beragam, seperti at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap kata tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda.
Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati.
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usrohyang berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah prosest ransformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.
B. Pentingnya Pendidikan akhlak dalam keluarga
Syariat Islam menuntun manusia menuju jalan yang lurus yakni akan membawa mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Quran banyak menyebut dan menunjukkan kedudukan akhlak sebagai bagian dari syariat islam. Allah swt memberikan gambaran mengenai Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya sebagai berikut:

“ Sesungguhnya engkau memiliki akhlak (budi pekerti)yang paling mulia” (Q.S. al-qalam :4)
Secara garis besar pendidikan yang harus dibina dalam keluarga adalah pendidikan akhlak, seperti dalam Hadits dikatakan bahwa “ Betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita dapat dimengertikan melalui doa Baginda Raulullah SAW yang bermaksud, “Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia sebagaimana Engkau menjadikan jasadku baik.” (Hadis riwayat Ahmad)
Satu lagi hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang sangat dicintai dan sangat dekat kedudukannya kepadaku pada hari akhirat ialah orang Islam yang paling baik akhlaknya dan sesungguhnya orang yang paling dibenci di kalangan kamu di sisiku dan yang paling jauh dariku di akhirat ialah orang yang buruk akhlaknya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Berbagai masalah sosial melanda umat Islam, khususnya di kalangan anak muda hari ini adalah kerana kurangnya penghayatan terhadap nilai sedia ada dalam ajaran Islam. Justru, untuk membina kembali imej dan umat Islam, maka kita perlu membangun dan membetulkan landasan akhlak mereka.
Kita perlu kembali menitik beratkan pendidikan akhlak yang tapak awalnya bermula di rumah dan kemudian nilai itu perlu diperkaya serta diperkukuhkan lagi melalui institusi pendidikan formal.
Apa yang perlu disadari, sumber pembinaan akhlak untuk membentuk personaliti dan jati diri umat Islam sudah tersedia dan terhidang di dalam al-Quran dan sunnah. Inilah satu-satunya warisan dan khazanah suluhan hidup umat Islam yang sepatutnya menjadi contoh teladan umat manusia.
Adapun Syari'at Allah kepada Nabinya.yaitu :

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.” (HR. Malik dalam kitab Muwaththo')
Rasulullah saw juga bersabda:

ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا
“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian”.
Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah ra

أكثر ما يدخل الجنة تقوى الله وحسن الخلق
“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik dan taqwa kepada Allah”.
Adapun hadits lain juga yangenai tentang akhlak adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw bersabda: “ tiga hal di antara akhlak ahli syurga: memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat buruk kepadamu”. (H.R. Al- Thabrany).
“Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (H. R. Malik). “Sesuatu yang paling berat di atas timbangan kebaikan adalah akhlak yang baik.” (H.R. Abu Dawud)
Pada hadits lain disebutkan, seseorang telah datang ke hadapan Rasulullah Saw lalu berkata, “Apakah din (agama) itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kanannya, lalu bertanya lagi, “ apakah din itu?” Beliau bersabda, “Akhlak yang baik.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kirinya, lalu bertanya lagi, “ Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan Akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari belakangnya, lalu bertanya lagi, “Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak”. Lalu orang itu bertanya lagi, “ Wahai Rasulullah, apakah din itu?” Dan Rasulullah berpaling padanya lalu bersabda, “Tidak mengertikan kamu? Baiklah janganlah kau marah!”. (H.R. Muhammad ibn Nashr Al-Marwazi)
Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “ Allah tidaklah menyempurnakan jasad dan akhlak seseorang untuk dilahap api neraka” (H.R. Ibnu Addiy). Dikisahkan ada yang bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah kesialan itu?” Beliau bersabda, “Kejelekan akhlak” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain disebutkan, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Saw, “Berilah wasiat kepadaku.” Beliau bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada.” Orang itu berkata lagi, “ Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Sertakanlah perbuatan baik setelah perbuatan jahatmu; niscaya akan menghapusnya.” Orang itu berkata lagi, “Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.” (H.R. Al-Tirmidziy)
Di dalam al- Quran juga pun terdapat beberapa ayat mengenai tentang keutamaan akhlak, seperti :

“ Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(Q.S Al- A’raf : 199)

”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S Ali- Imran : 134)
Begitu pula dalam firman Allah pada riwayat luqman tentang hikmah:
“ wahai anakku, dirikanlah shalat, serulah orang-orang untuk berbuat ma’ruf, cegahlah kemunkaran dan bersabarlah atas sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya itu semua dari hal-hal yang patut diutamakan.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S Luqman : 18)
Pada ayat-ayat tersebut di atas, Allah mengisyaratkan kewajiban untuk berperilaku mulia. Ayat-ayat itu pun menunjukkan kebaikan akhlak dan keutamaannya. Allah berfirman:

“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan”.(Q.S Asy-Syu’ara:43)
Secara garis besar, ayat-ayat Al-Quran mengisyaratkan kepada kemuliaan akhlak dan kemanisan budi pekerti.

C. Pendidikan akhlak dalam keluarga
Secara garis besar pendidikan dalam keluarga yang harus dibina salah satunya yaitu pembinaan akhlak. keluarga dalam hal ini harus memahami keutamaan akhlak yang baik, kebaikan akhlak juga tergantung pada konsistensi kekuatan amarah dan syahwat yang sejalan dengan akal dan syarak. Konsistensi ini dapat dicapai dengan tiga jalan sebagai berikut:
Dengan kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah. Karena manusia diciptakan dan dilahirkan dengan kesempurnaan akal dan kebaikan akhlak, cukuplah itu baginya untuk menguasai amarah dan syahwatnya. Kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah merupakan karunia yang sejalan dengan akal dan syarak sehingga orang dapat menjadi alim tanpa belajar atau menjadi beradab tanpa penuntun.
Proses usaha pencapaian akhlak yang baik dilakukan dengan riyadlah dan mujahadah, yakni dengan melakukan amal perbuatan baik yang diinginkan. Dengan melakukan riyadlah dan mujahadah itu, diharapkan seseorang dapat menikmati perbuatan baik yang telah menjadi kebiasaan dirinya, bahkan dia membenci perbuatan-perbuatan buruk. Rasulullah Saw bersabda, “ Aku membiasakan diri menangis di waktu shalat”. (H.R. An-nasa’i)
Dengan menyaksikan orang-orang yang berakhlak baik dan berteman dengan mereka. Orang-orang seperti itu adalah teman-teman yang baik dan menuju kebaikan. Kepribadian seseorang bisa merupakan adopsi dari kepribadian orang lain, apakah itu kepribadian baik atau kepribadian buruk.
Jika sifat paling mulia hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, kita sebagai orangtua juga harus menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak, membimbing mereka tumbuh dengannya, mengajari mereka setiap saat dan menjadi suri teladan. Tidak ada artinya orang mengajarkan akhlak mulia, sementara kehidupan ia sendiri bertolak belakang dengannya. Akan sulit menanamkan kemuliaan dalam perilaku anak jika kita tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata diri kita sendiri.
Adapun cara untuk menumbuhkan akhlak yang mulia adalah, diantaranya yaitu:
1. Menanamkan kejujuran
Seorang bapak harus benar-benar jujur dalam menghadapi anak-anaknya. Ia harus menjawab setiap pertanyaan anak dengan jawaban yang sederhana dan jujur.
Doronglah anak-anak supaya selalu jujur. Hindari cara-cara kasar ketika menghalangi kedustaan mereka.
Ingatkan anak anda pada sabda Nabi Saw dalam riwayat at-Tabrani, “ Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak jujur dan tidak ada artinya agama bagi orang yang tidak menepati janji” Dalam riwayat lain, beliau bersabda : “ Tunaikanlah amanat kepada orang yang telah mengamati kamu dan jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu”
2. Keberanian
Berilah pujian terhadap setiap upaya anak yang mengandung unsur keberanian. Segeralah menyatakan meskipun muncul pada usia dini.
Perhatikanlah keberanian di depan anak-anak dan berceritalah tentangnya. Kepribadian anda harus menjadi suri teladan bagi mereka. Anda juga boleh menceritakannya, bukan untuk membuat kesulitan-kesulitan dalam kehidupan anda, tetapi dengan cara yang tulus sehingga mereka memahami bahwa ada hal-hal sulit yang dialami bahkan oleh orang dewasa sekalipun. Ajarkan kepada mereka, keberanian adalah berani berbuat benar dan bersegera membantu orang lain, berpikir sebelum mengambil suatu langkah, dan memohon pertolongan Allah Swt sebelum melakukan ssegala sesuatu.
3. Bergaul dengan baik
Ingatkanlah anak-anak anda pada prinsip Qurani;

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.(Q.S. Fushilat : 34)
Ajarkan kepada mereka bahwa kalau ada orang yang mau mengamalkan prinsip ini tentu tidak akan terjadi permusuhan dan pertikaian.
Ajarkan kepada mereka bahwa pergaulan memerlukan sikap rendah hati, hati-hati dan tekad yang kuat. Rendah hati menunjukkan kekuatan, bukan kehinaan. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk rendah hati tanpa merasa hina dan keji. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian rendah hati dan hendaklah kalian tidak bertengkar dengan jiwa yang lain” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kita wajib bersikap lemah lembut dalam segala sesuatu. Rasulullah Saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan. Dia memberikan sesuatu kepada kelembutan yang tidak Dia berikan kepada kekasaran.” (H.R. Muslim)
Ketenangan dan kemantapan jiwa adalah nalia-nilai mulia. Rasulullah Saw bersabda, “ Maukah aku katakan kepada kalian orang yang haram terkena api neraka? Yaitu setiap orang yang lemah lembut dan mudah (menerima kebenaran).” (H.R. at-Tirmidzi)
Seorang mukmin bukan pribadi yang keras dan kaku. Allah Swt berfirman : “

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka ….”
Ajarkan sejak kecil bahwa bergaul dengan baik merupakan aktivitas nyata. Jika anak meminta sesuatu berulang-ulang dengan gelisah dan suara keras, mintalah ia untuk bersikap tenang dahulu, jangan sampai anda larut dalam kemarahannya. Tenangkan juga diri anda, kemudian ajaklah ia untuk duduk di bangku, jika anda yakin gejolak emosinya sudah mereda, berikanlah sesuatu yang diinginkan. Buatlah ia mengerti bahwa kebaikan dan ketenangan telah membantunya mendapatkan sesuatu, bukan emosi dan kemarahan. Emosi dan kemarahan tidak akan mendatangkan kebaikan dan memberikan manfaat apapun kepada kita.
Ajarkan anak-anak anda bahwa orang harus bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dan Allah Swt berfirman; “

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Rasulullah Saw bersabda, “ Tidak ada makanan yag lebih baik daripada makanan hasil jerih payah sendiri.” (H.R. Bukhari). Anak-anak harus berusaha selalu belajar dengan tekun dan rajin agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri.
Pelajari kemampuan anak-anak anda. Telusuri minat dan bakatnya. Bantulah mereka mengenali jati dirinya.
Biarkan anda-anda meraih rekornya sendiri tanpa harus disbanding-banding dengan orang lain.
Berilah penghargaan pada setiap upaya yang telah mereka lakukan.
Upayakan semaksimal mungkin, anda lebih banyak mengajukan usulan atau pilihan daripada menyuruhnya.
Upayakan untuk mengurangi pemberian putusan-putusan.
Tanyakanlah kepada mereka perihal kelemahannya dan kendala terbesar yang ia hadapi. Bantulah ia memahami bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Allah Swt berfirman: “

“(5) Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6.) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Tidak berlebihan dan disiplin
Allah Swt memberikan gelar bagi orang yang beriman melalui firman-Nya, “

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan”.
Ajari anak anda, dalam setiap perkara yang diperbolehkan, agar tidak berlebihan dalam makan, minum, berbicara, berolahraga, bergaul. Ajari ia untuk mengenal batas-batas kemampuan badan dan akal serta menghindari sikap berlebihan dan hilang kendali diri.
4. ‘iffah dan ikhlas
Allah Swt menyebutkan bahwa salah satu sifat mukmin adalah menjaga diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang haram. Allah Swt berfirman; “

“5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki”.
Orangtua yang mulia dan dapat menjaga kesucian dirinya akan menghasilkan anak-anak seperti mereka. Menjaga kesucian diri bukan berarti penghalang atau penghancur manusia sebagaimana pernyataan orang-orang yang suka mengumbar hawa nafsu, tetapi sarana kebaikan bagi umat manusia. Tanpa menjaga kesucian diri, hawa nafsu akan bebas dalam setiap kesempatan untuk berbuat sesuatu yang mencelakainya dan hancur bersamanya.
5. Menepati janji
Allah Swt berfirman. “

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.
6. Menghargai
Rasulullah Saw bersabda, “ Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati orangtua, menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak orang yang berilmu”. (H.R. Ahmad, al-Hakim dan at-Thabrani)
Jika kita menginginkan anak dapat menghormati orang lain, maka kita wajib memulainya dari diri kita sendiri. Kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka dalam sikap penuh penghormatan. Kita buat mereka merasa sebagai orang yang dihormati.
7. Rasa cinta
8. Mementingkan orang lain
Ajarkan kepada anak anda intisari sabda Rasul Saw, “ Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)
Ingatkanlah kepada mereka bahwa penduduk Madinah adalah penghulu atau figur orang-orang yang mementingkan orang lain sehingga menjadi panutan setiap orang, baik masa dahulu maupun sekarang. Dengan suka cita mereka menerima dan menolong kaum muhajirin dari Mekah serta berbagai apapun yang mereka miliki.
Allah Swt menurunkan ayat-Nya yang terus diperdengarkan sampai hari kiamat; “

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.
Ajarkan kepada mereka agar merasakan kebutuhan orang lain. Kebahagiaan pun akan muncul setelah memberikan kesenangan kepada orang lain.
9. Lemah lembut
Ingatlah bahwa anak-anak anda setiap waktu bahwa pribadi yang lembut dan sopan lebih dekat dengan hati orang lain, lebih dicintai dan disukai oleh orang lain. Allah Swt mengingatkan nabi-Nya yang memiliki akhlak mulia melalui firman-Nya;

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka”. (Q.S. Ali-Imran: 159)
Upayakan kita selalu penuh dengan rasa cinta, sikap lembut, dan sopan terhadap semua orang, termasuk kepada anak-anak anda. Perbanyak ungkapan-ungkapan kata-kata seperti “ terima kasih”, “tolong”, dan “maaf”. Bersikap bijaklah dalam setiap perilaku anda.
10. Adil
Bersikap adil kepada anak-anak supaya mereka menerti bahwa tidak ada diskriminasi di antara mereka. Jangan sampai terjadi satu orang mendapatkan hasiah sedangkan yang lainnya tidak. Jika ada yang bersalah, satu orang dihukum sementara orang lain tidak.
Pada intinya menanamkan norma-norma seperti di atas bukan hanya sekali dalam hidup ini. Anda harus terus memantaunya agar tertanam dengan kuat dalam jiwa mereka sepanjang hayat sehingga mereka menjadi anak sholeh yang dapat membahagiakan orangtuanya di dunia dan akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan syamsi pasya,
Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Sholeh. Pustaka Rahmat. Bandung : 2010.
Imam Yahya Ibn Hamzah,
Riyadlah Upaya Pembinaan Akhlak, Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000.
http://www.mail-archive.com/milis-muslim@yahoogroups.com/msg00576.html
http://wordpress.com/2009/01/16/pendidikan-dalam-keluarga/

Sabtu, 16 Juli 2011

Teori Belajar Sebagai Pembelajaran PAI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar sebagai landasan pembelajaran PAI?
2. Bagaimana teori belajar sebagai landasan pembelajaran PAI?
3. Bagaimana aplikasi teori belajar sebagai landasan pembelajaran PAI?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Sebagai Landasan Pembelajaran PAI
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah maupun keluarganya sendiri.
Oleh karenanya, penanganan yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik.
Sedangkan Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran peserta didik. Berdasarkan suatu teori belajar, suatu pembelajaran diharapkan dapat lebih meningkatkan perolehan peserta didik sebagai hasil belajar (Trianto, 2007: 12). Teori belajar juga dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang terkait dengan peristiwa belajar khususnya dalam pembelajaran PAI.
Secara pragmatis, teori belajar dapat di fahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Diantara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen terdapat tigal conditioning, dan macam yang sangat menonjol yakni Connectionism, Classical conditioning, dan operant Conditioning. Teori-teori tersebut merupakan ilham yang mendorong para ahli melakukan eksperimen-eksperimen lainnya untuk mengembangkan teori-teori baru yang juga berkaitan dengan belajar.
B. Teori Belajar Sebagai Landasan Pembelajaran PAI
Teori belajar yang dipakai sebagai landasan pembelajar PAI adalah sebagai berikut:
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil Jelasnya, aliran ini memandang bahwa hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus-respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap apa yang datang dari luar individu. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku dari stimulus yang diterimanya (Muhaimin, 2002: 196).
Berdasarkan hal tersebut diatas, teori behavioristik juga sering disebut dengan teori stimulus-respons belajar.
Beberapa teori yang termasuk kategori aliran behaviorisme adalah koneksionisme, pembiasaan klasik (classical conditioning), pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) dan Social Learning.
a. Teori Thorndike : Koneksionisme atau Bond-Psychology (1874-1949)
Thorndike adalah salah seorang tokoh dalam lapangan psikologi pendidikan yang besar pengaruhnya. Dalam tulisannya yang mula-mula sekali Thorndike berpendapat, bahwa yang menjadi dasar belajar itu ialah asosiasi antara kesan pancaindera (sense impresion) dengan implus untuk bertindak (impulse to action).
Menurut teori ini belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahui dengan yang baru. Proses belajar mengikuti tiga hokum, yaitu hokum kesiapan, latiahn, dan hokum efek. Hukum kesiapan (law of readness), merupakan aktivitas belajar yang dapat langsung efektif dan efisien bila subyek telah memiliki kesiapan belajar. Hukum latihan (law of exercise), merupakan koneksi antara kondisi dan tindakan yang akan menjadi lebih kuat bila ada latihan. Hukum Efek (law of effect ), menyatakan bahwa aktifitas belajar yang memberi efek menyenangkan akan terjadi sebaliknya.
Ketiga hukum tersebut, dikenal adanya transfer training. Konsep transfer training bertolak dari teori unsur identik yang menyatakan bahwa hasil latihan pada sesuatu kecakapan dapat di transfer pada kecakapan lain bila banyak mengandung unsur identik.
Adapun hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu, lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1) Siswa harus mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus.
2) Belajar dibimbing/diarahkan ke suatu tingkat yang penting melalui sikap siswa itu sendiri.
3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimulus yang semula), yang oleh Thorndike disebut dengan “perubahan asosiatif”.
4) Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila siswa melihat adanya analog dengan situasi-situasi terdahulu.
5) Siswa dapat mereaksi secara selektif terhadap faktor-faktor yang esensial di dalam situasi itu.
Jadi, teori koneksionisme cocok bila diterapkan dalam PAI. Sebab dalam koneksionisme, belajar merupakan pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Artinya, dalam belajar PAI hal utama yang paling menentukan adalah adanya stimulus yang bisa membangkitkan dan membentuk minat siswa untuk mau belajar PAI, dimana asa puas yang ditimbulakan akan mendorong pembelajaran.
Selain stimulus-respon, teori ini juga sering disebut dengan “trial and error” yang berarti berani mencoba tanpa takut salah. Jadi, dalam belajar PAI siswa diharapkan untuk berani mencoba mempelajari PAI. Sehingga siswa menemukan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Umpanya, dalam mata pelajaran PAI siswa diberi beberapa pertanyaan dan siswa juga dituntut untuk dapat menjawabnya tapi dengan teori koneksionisme trial and error siswa diberi kesempatan untuk berani menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa rasa takut salah dalam menjawab dan akan tetap terus berusaha sehingga ia dapat menjawab pertanyan tersebut dengan sempurna.
b. Ivan Petrovich Pavlov: Pavlovianisme:(Classical Conditioning) (1849-1936)
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) sebagaimana telah diuraikan di awal. Seperti halnya dengan Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu (Sanjaya, 2006: 115).
Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu (Sanjaya, 2006: 116). Hal ini dikarenakan classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Syah, 1999: 106).
Teori ini disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya Ivan Pavlov yang paling pertama di bidang conditioning (upaya pembiasaan) serta untuk membedakan dari teori conditioning lainnya (Djaali, 2007: 85).
Berdasarkan eksperimen tersebut, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubahan yang di tandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Jadi, pada prinsipnya hasil eksperimen E.L Thondike di muka kurang lebih sama dengan hasil eksperimen Pavlov yang memang di anggap sebagai pendahulu dan anutan Thondike yang behavioriatik itu. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari eksperimen pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu di sertai dengan stimulus penguat (UCS), Stimulus tadi (CS) cepat atau lambat ahlinya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini (CR).
Selanjutnya, Skiner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung dalam eksperimen Pavlov itu tunduk kepada dua macam hukum yang berbeda yakni low of respondent conditioning dan low of responden extinction. Secara harfiah low of respondent conditioning adalah hukum pemusnahan yang di tuntut.
Jadi teori classical conditioning juga cocok bila diterapkan dalam pembelajaran PAI, sebab belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali. Atau dengan perkataan lain, ulangan –ulangan dalam hal belajar adalah penting. Sebagai contoh; siswa-siswa sedang membaca do’a diawal pelajaran (UR) apabila melihat seorang guru hendak masuk kelas (US) mulanya berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel masuk kelas (CS) bersama-sam dengan datangnya guru ke kelas (UCS). Setelah kegiatan berulang-ulang ini selesai, suatu hari suara bel masuk kelas tadi berbunyi tanpa disertai dengan kedatangan guru ke kelas ternyata siswa-siswa tersebut tetap membaca do’a juga (CR) meskipun hanya mendengarkan suara bel. Jadi (CS) akan menghasilkan (CR) apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan bersama.
c. Teori Skinner . Operant Conditoning
Seperti Pavlov dan Watson, skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respin, tetapi berbeda dengan kedua tokoh tersebut, yang terdahulu itu. Skinner membuat perincian lebih jauh.
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
Dalam penerapanya teori operant conditioniang juga cocok bagi PAI, sebab dalam teori ini “reward” atau “reinforcement” dianggap sebagai faktor terpenting dalam proses belajar, artinya bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan, rangsangan, stimulus). Dilanjutkan bahwa dengan memberikan ganjaran positif, suatu perilaku akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran negatif suatu perilaku akan dihambat.
Dalam situasi belajar PAI, hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement langsung. Hukuman menunjukkan apa yang tidakboleh dilakukan oleh murid. Sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid. Sebagai contoh; murid yang tidak menghafalkan pelajaran Qur’an hadits selalu disuruh berdiri didepan kelasoleh gurunya. Sebaliknya jika ia sudah hafal maka ia disuruh duduk kembali dan dipuji oleh gurunya. Lama-kelamaan anak itu belajar menghafal setiap pelajaran Qur’an hadits.
d. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
Begitu juga dengan teori-teori sebelumnya, teori ini juga cocok bila diterapkan dalam pembelajaran PAI, sebab teori ini memandang bahwa tingkah laku manusia bukan refleks otomatis atas stimulus melainkan juga akibat reaksi antara stimulus dan lingkungan.
2. Teori Humanistik
Beberapa teori yang termasuk kategori aliran Humanistik adalah:
a. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya..
b. Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
b. Carl Rogers
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.
Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
3. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan
4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
a. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
C. Aplikasi Teori Belajar Sebagai Landasan Pembelajaran PAI
Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
1. Aplikasi Teori Behaviorisme
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :
a. Aplikasi Teori Pavlov
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
b. Aplikasi Teori Thorndike
• Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
• Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
• Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
c. Aplikasi Teori Skinner
Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.
2. Aplikasi Teori Humanistik
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
3. Aplikasi teori belajar kognitif Menurut Piaget
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
4. Aplikasi teori belajar Gestalt
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

BAB III
PENUTUP

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
Teori belajar humanisme, behaviorisme, piaget dan gestal memiliki ciri khas masing-masing . Teori belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Teori piaget dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Sedangkan teori gestalt Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Implikasi perkembangan teori pembelajaran sekarang sangatlah beragam. Guru dapat menerapkan menurut aliran-aliran teori tertentu. Seperti teori behavioristik dalam pembelajaran guru memperhatikan tujuan belajar, karakteristik siswa, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta: 2005.
Darsono, Max.
Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2001.
Djaali,
Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara: 2007.
Muhibbin Syah,
Psikologi Belajar Rajawali press,Jakarta: 2009.
Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta.Jakarta: 2003.
Sobry sutikno,
Belajar dan Pembelajaran, Prospect. Bandung.2009.
Sumadi Suryabrata,
Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers. Jakarta : 2008
Sumiati,
Metode Pembelajaran, Wacana Prima. Bandung: 2007

Jumat, 15 Juli 2011

Tafsir Q.S Al-Ikhlaash

Dikutip dalam Buku “Tafsir Kontemporer” Oleh : Ustadz Aam Amiruddin
Artinya : 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Al-Ikhlaash artinya memurnikan keesaaan Allah Swt, surat ini terdiri atas empat ayat, ayat ini termasuk golongan ayat makiyyah karena diturunkan sebelum Rasululah Saw hijrah ke Madinah. Dinamai Al- Ikhlaash karena inti pesan yang terkandung dalam surat ini adalah menjelaskan keesaan Allah Swt. Allah itu Esa, tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakan serta tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.
Anas r.a. berkata, seorang lelaki Anshar menjadi imam di Mesjid Quba. Setiap selesai membaca Al-Fatihah, ia selalu membaca Al- Ikhlaash sebelum membaca surat-surat lainnya. Lalu kawan-kawannya berkomentar, “Mengapa Anda selalu membacanya? Tidakkah Anda bosan? Sahabat itu menjawab, “ Sungguh aku tak bisa meninggalkannya. Kalau kalian tidak suka aku menjadi imam karena sering membaca Al- Ikhlaash, silakan cari imam yang lain.” Namun karena tidak ada orang yang paling baik bacaan Al-Qurannya selain dia, akhirnya ia tetap menjadi imam.
Ketika Rasulullah Saw berkunjung ke mesjid itu, kasus ini diceritakan kepadanya. Rasulullah Saw kemudian bertanya kepada lelaki Anshar tersebut, “ Apa alasan kamu melakukan itu?” “ Inni uhibuha (saya sangat mencintainya),” Jawabnya. Lalu Rasulullah Saw bersabda, “ Hubbuka iyaha adkhalakal jannata (kecintaanmu pada Al-Ikhlaash bisa mengantarkanmu ke Surga).” (H.R. Bukhari).
Rasulullah berkata demikian karena yang melatarbelakangi sahabat tersebut selalu membaca Al-Ikhlaash adalah kecintaannya yang mendalam. Rasa cinta inilah yang membedakannya dengan kita. Kita juga sering membaca Al-Ikhlaash, hanya saja latar belakangnya bukan cinta yang mendalam tapi karena pendeknya surat tersebut.
Jadi, kalau kita ingin seperti sahabat tadi, mulai saat ini membaca Al-Ikhlaash jangan karena pendeknya, tapi harus karena mencintainya. Kita tidak akan jatuh cinta kalau tidak mengenalnya.
Sahabat tersebut sangat mencintai Al-Ikhlaash karena mengenal kandungannya secara baik. Untuk itu, mari kita kenali kandungan Al-Ikhlaash agar kita pun bisa mencintainya secara mendalam, sehingga bisa mengantarkan kita pada Surga-Nya…. Amin
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”
Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim, menyebutkan kata Qul yang berarti “Katakanlah” membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw. Selalu menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al-Quran yang disampaikan oleh malaikat jibril. Beliau tidak mengubahnya walau hanya satu huruf. Secara tidak langsung ini merupakan penolakan terhadap anggapan sebagian orang kafir yang menuduh bahwa Al-Quran itu karangan Nabi Saw, bukan firman Allah Swt.
Sementara Ustadz Muhammad Abduh dalam Tafsir AL-Quran Al-Karim (Juz Amma) menyebutkan kata Qul huwa mengandung makna informasi yang yang disampaikan itu kebenarannya sudah pasti dan didukung oleh bukti rasional yang tak ada sedikit pun keraguan kepadanya, bahwa Allah itu Esa dalam dzat-Nya. Dengan kata lain, keberadaan Dzat Allah yang Esa itu merupakan suatu aksioma.
Ayat ini menegaskan, konsep ketuhanan dalam Islam sangat konsisten, sangat mudah dicerna oleh siapa pun, dan sangat rasional. Allah Swt itu satu dalam dazt-Nya. Kapan dan di mana pun, secara konsisten kita menyatakan Allah itu dzat-Nya hanya satu, hanya Dia satu-satunya Maha Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Pemberi Kehidupan dan seluruh Maha lainnya hanya milik Allah, dzat yang tunggal.
Sesungguhnya keesaan Allah Swt bukan hanya dari aspek keesaan dzat-Nya, namun juga memiliki Keesaan Sifat-Nya, Keesaan Perbuatan-Nya, Keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

“ Allah tempat bergantung segala sesuatu”
Ayat ini menjelaskan, hanya Allah yang harus menjadi tumpuan harapan. Hanya kepada-Nya kita bergantung dan memohon pertolongan. Rasulullah Saw pernah berwasiat, “Apabila kamu memohon, mohonlah kepada-Nya, dan bila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada-Nya.” (H.R. Tirmidzi)
Ustadz Muhammad Abduh dalam karyanya Tafsir Al-Quran Al-Karim menyatakan, kata Ash-Shamad mengisyaratkan pengertian bahwa kepada Allahlah secara langsung bermuara setiap permohonan, tanpa harus ada perantara atau pemberi syafaat. Penegasan AllahuShamad merupakan antitesis (perlawanan) terhadap keyakinan kaum musyrikin dan penganut agama-agama lainnya yang berkeyakinan bahwa Tuhan harus didekati melalui perantaraan orang-orang saleh.
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.”
Ada dua kata dalam Al-Quran yang sering digunakan untuk menafikan atau meniadakan sesuatu, yaitu kata lam (huruf lam berharakat fatah disambung huruf mim yang berharakat sukun) dan kata lam (haruf lam berharakat fatah disambung huruf nun yang berharakat sukun). Kata lam digunakan untuk menafikan sesuatu yang telah terjadi. Sedangkan lan digunakan untuk menafikan sesuatu yang akan terjadi.
Kata lam didigunakan pada ayat ini untuk menggambarkan bahwa saat itu telah beredar keyakinan bahwa Tuhan itu bisa beranak sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut,
Artinya : “ 88. Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". 89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, 90. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, 91. Karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. 92. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. 93. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. 94. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. 95. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.”
Singkatnya, kata lam yang digunakan pada ayat lam yalid wa lam yulad merupakan koreksi teradap keyakinan yang beredar saat itu.
Kemudian surat Al-Ikhlaash ditutup dengan ayat yang menafikan segala hal yang sama dengan Allah Swt.
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Maksudnya bukan hanya dari segi beranak dan diperanakan, tapi Allah itu berbeda dengan makhluk dengan segala dimensinya. Wallahu A’lam.
Tafsiran Q.S Al-Ikhlaash ini sangat bermnfaat untuk kita semua semoga setelah mengetahui makna yang terkandung dalam Al-Ikhlaash ini bisa kita aplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita tidak melihat pendeknya surat Al-Ikhlaash ini… Amin

Kamis, 14 Juli 2011

Penelitian Tindakan Kelas

BAB I
A. Judul Penelitian:
“PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP 1 CISEWU DALAM PERAGAAN TATA CARA SHALAT RAWATIB”
B. Bidang Kajian
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi pelajaran tata cara Shalat Rawatib kelas VIII SMP1 Cisewu, sedangkan bidang kajian adalah tentang Media Pembelajaran Visual.
Tata cara shalat rawatib adalah tata cara abstrak, peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami tata cara shalat rawatib baik gerakannya maupun bacaannnya. Perlu gambaran yang nyata antara bacaan dan gerakannya itu sesuai dengan kaidahnya. Untuk mempelajari tata cara shalat rawatib perlu adanya penyajian yang abstrak dan menarik dalam bentuk media pembelajaran.
C. Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar dalam menyiapkan siswa, untuk meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan ataupun latihan. Meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan bisa berupa praktik. Akan tetapi ada kalanya meyakini, memahami dan menghayati sulit untuk ditampilkan secara abstrak seperti halnya dalam pembelajaran tata cara Shalat Rawatib.
Penjelasan berupa ceramah belum dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif sehingga perlu adanya media yang dapat menggambarkan secara visual bagaimana supaya proses tata cara Shalat Rawatib lebih dapat dipahami oleh siswa.
Tetapi melihat realita yang ada khususnya di Di SMP 1 Cisewu masih banyak siswa yang belum bisa memperagakan shalat rawatib yang benar sesuai hukum dan aturan. Itu disebabkan karena sarana prasarananya yang kurang sehingga tidak bisa menggunakan media visual. Di SMP 1 Cisewu pun dalam sistem pembelajarannya tidak begitu efektif dalam menyampaikan materi dikarenakan banyaknya siswa sehingga tidak terkondisikan. Karena kurangnya media untuk memudahkan materi dalam proses belajar, maka siswa mengalami kesulitan dalam memperagakan tata cara shalat rawatib yang baik dan benar.
Media Visual berupa media yang dapat dilihat dengan panca indera. Media visual merupakan hal yang sangat penting untuk diperkenalkan dan dipergunakan oleh guru ketika membelajarkan siswanya sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi tata cara Shalat Rawatib.
Melalui kegiatan ini tata cara Shalat Rawatib dapat digambarkan secara terstruktur dan terurut sehingga siswa dapat memahaminya dengan lebih mudah.
D. Perumusan Dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah; kesulitan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu dalam memahami materi tata cara Shalat Rawatib. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan media pembelajaran visual dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu pada Praktik Shalat Rawatib?
2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam memahami tata cara shalat rawatib, dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran visual yang menyajikan berupa gambaran. Oleh karena itu penulis merumuskan hipotesis tindakan “ Media pembelajaran visual dapat meningkatkan kemampuan siswa”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kurangnya kemampuan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu, dengan memperagakan tata cara shalat rawatib. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu dalam memperagakan tata cara shalat rawatib dengan menggunakan media visual.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari penelitian kelas VIII SMP 1 Cisewu ini adalah :
1. Meningkatnya kemampuan belajar siswa terhadap materi memperagakan tata cara shalat rawatib.
2. meningkatnya prestasi belajar siswa terhadap materi memperagakan tata cara shalat rawatib.
3. Dapat menggunakan media dalam proses pembelajaran.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pasan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, dkk , 1984:6). Media sering kita temukan sebagai istilah dalam bidang komunikasi maupun transportasi yang memiki arti alat untuk berkomunikasi atau alat untuk bertransportasi. Menurut Yudhi Munada (2008 : 6) Media dapat diartikan sebagai alat informasi, dan komunikasi, sarana prasarana, fasilitas, penunjang penghubung, penyalur.
Sobry Sutikno, Ida Rosyidah (2009 :19) menyatakan bahwa media visual merupakan media yang dapat dilihat dengan panca indera. Media visual merupakan hal yang sangat penting untuk diperkenalkan dan dipergunakan oleh guru ketika membelajarkan siswanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana.
Taksonomi media menurut Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar stimulus belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih-ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
Menurut Yudhi Munadi (2008 :36) terdapat beberapa fungsi media, yaitu:
a. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar
b. Fungsi Semantik
c. Fungsi Menipulatif
d. Fungsi Psikologis
e. Fungsi Sosio-Kultural
Menurut Arief S. Sadiman, dkk (1984: 84) menyatakan bahwa beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu : tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang dinginkan (audio, visual,gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkuan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan dalam pemilihan.
Untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya lebih dahulu harus diingat bahwa pembelajaran adalah bagian dari sistem instruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari konteksnya sebagai komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen dari sistem instruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat. Adapun pemilihan media untuk pemebelajaran, yaitu:
a. Karakteristik Siswa
b. Tujuan Belajar
c. Sifat Bahan Ajar
d. Pengadaan Media
e. Sifat Pemanfaatan Media
Adapun cirri-ciri umum media pembelajaran, yaitu:
a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik dikenal istilah perangkat keras yaitu suatu benda yangdapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera.
b. Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal dengan istilah perangkat lunak (software)
c. Media pembelajaran dapat digunakan secara masal atau perorangan.
d. Penekanan media pembelajaran terdapat pada audio dan visual
e. Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar, baik didalam maupun diluar kelas
f. Media pembelajaran dugunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Arief S. Sadiman (1990 :189) membagi pemanfaatan media pembelajaran pada dua pola, yakni pemanfaatan media dalam situasi belajar mengajar di dalam kelas atau ruang dan pemanfaatan media di luar kelas. Pemanfaatan media pembelajaran di kelas ini, yaitu: persiapan guru, persiapan kelas, penyajian, langkah lanjutan dan aplikasi. Pola pemanfaatan media pembelajaran di luar kelas menurut Arief S. Sadiman (1990 : 190-197) dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yakni kelompok yang terkontrol, tidak terkontrol, dan jumlah sasaran.
2. Media Visual
Adapun media yang digunakan adalah media visual gambar. Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual.
Media pembelajaran visual telah terbukti lebih efisien dalam melakukan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Dapat kita simpulkan bahwa media pembelajaran visual (seperti gambar diam, gambar bergerak, televisi, objek tiga dimensi, dll) mempunyai hubungan positif yang cukup tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran visual merupakan media pembelajaran yang cukup baik dan efisien. Dan siapapun bisa mepergunakan media pembelajaran visual dengan baik dan benar.
Media pembelajaran visual gambar baiknya digunakan di tempat yang tepat, sesuai dengan jenis medianya. Seperti gambar memperagakan shalat itu masih bisa dilaksanakan di dalam kelas.
Karakteristik media visual gambar, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo. Sketsa bisa disebut juga sebagai gambar garis yakni gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Lukisan merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistic seseorang tentang suatu objek atau situasi. Photo yakni gambar hasil pemotretan atau photografi.
Azhar Arsyad (1997:107) Dalam proses penataan harus diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan dan kesinambungan. Unsur-unsur visual selanjutnya perlu dipertimbangkan adalah bentuk, garis, ruang, tekstur, dan warna. Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam situasi visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan yang mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat, dan mudah dimengerti. Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting. Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang keseluruhannya simetris disebut keseimbangan formal. Keseimbangan seperti ini menampakan dua bayangan visual yang sama dan sebangun. Oleh karena itu, keseimbangan formal cenderung tampak statis. Sebaliknya, keseimbangan informal tidak keseluruhannya simetris memberikan kesan dinamis dan dapat menarik perhatian.
Beberapa kelebihan media visual antara lain sebagai berikut:
1. Menarik
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik, dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.
2. Lebih mudah diingat
Gambar akan lebih mudah diingat oleh para peserta didik. Apabila dibandingkan dengan media pembelajaran yang hanya berupa text book, para peserta didik akan sedikit kesulitan untuk mengingatnya.
3. Variatif
Karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.
4. Dapat melibatkan anak untuk menggunakannya
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan media gambar pendidikan, yaitu: harus autenti (Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya), sederhana (Komposisinya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar).
3. Kemampuan Meperagakan Tata Cara Shalat Rawatib
Kemampuan hampir sama dengan keterampilan menurut Muhibbin Syah (2004 : 118) keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Hal serupa yang diungkapkan oleh Taksonomi Bloom dalam Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan merupakan aktivitas seseorang dalam melakukan pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Memperagakan menurut Taksonomi Bloom Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Berdasarkan uraian di atas kemampuan memperagakan adalah aktivitas seseorang dalam mempelajari keterampilan yang termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Seperti siswa memperagakan shalat rawatib.
Menurut Taksonomi Bloom dari setiap ranah dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti Domain Psikomotor, rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. Yaitu: Persepsi (Perception) (Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan), Kesiapan (Set) (Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan), Guided Response (Respon Terpimpin) (Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba), Mekanisme (Mechanism) (Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.), Repon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) (Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks), Penyesuaian (Adaptation) (Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi), Penciptaan (Origination), (Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu).
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah; (1) peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama.
Hasil belajar keterampilan dan kemampuan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Adapun Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor adalah sebagai berikut:
Tingkat Deskripsi
1. Gerakan Refleks Yakni :gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang. Contoh :mengupas mangga dengan pisau
2. Gerakan dasar (basic fundamental movements) Yakni :gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak. Contoh : Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
3. Gerakan Persepsi (Perceptual obilities) Yakni :Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perceptual
4. Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities) Yakni :Gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
5. Gerakan terampil (Skilled movements) Yakni :dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
6. Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communicatio) Yakni :mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan

4. Materi Tata Cara Shalat Rawatib
Arti shalat menurut mayoritas ahli bahasa, shalat artinya do’a, sebagaimana dikatakan :
صليت عليه ا ي دعوت له
Saya shalat atasnya : artinya saya berdo’a untuknya
Menurut Aceng Zakaria. (2005: 68) Pengertian shalat yang berarti do’a ini tercantum dalam al-Quran dan Hadits. Dalam firman Allah disebutkan:
وصل عليهم ان صلا تك سكن لهم و الله سميع عليم
Dan do’akanlah mereka, sesungguhnnya do’amu menenteramkan mereka. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S At-Taubah [9] : 103))
Adapun shalat menurut syara’ adalah:
عبادة تتضمن اقوالا و افعا مخصوصة مفتتحة بتكبير الله تعا لى مختتمة بالتسليم
Ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang khusus, dimulai dengan menggagungkan Allah Ta’ala (takbir), diakhiri dengan salam. (Fiqh as-Sunnah 1: 78)
Dalam Islam, shalat mempunyai kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama; tidak akan berdiri Islam kecuali dengannya. Rasulullah Saw bersabda:
راس هذا الاءمر الاسلام وعموده الصلاة
Pokok urusan (agama)ini adalah Islam dan tiangnya adalah Shalat….
Rawatib berasal dari kata ratibah yang artinya tetap atau terus-menerus dengan kata lain dawam. Menurut syariat salat sunat rawatib adalah salat sunat yang keberadaannya senantiasa mengikuti adanya salat wajib. Jadi, Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini ada 22 rakaat, yaitu :
a. 2 rakaat sebelum shalat subuh (sesudah shalat subuh tidak ada sunnah ba’diyah)
b. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur : 2 atau 4 rakaat shalat dzuhur
c. 2 rakaat atau 4 rakaat sebelum shalat ashar, (sesudah shalat ashar tidak ada sunnah ba’diyah)
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib
e. 2 rakaat sebelum shalat isya
f. 2 rakaat sesudah shalat isya.
Diantara shalat-shalat tersebut ada ada yang dinamakan “sunnah muakad” artinya sunnah yang sangat kuat, yaitu:
a. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur
b. 2 rakaat sesudah shalat dzuhur
c. 2 rakaat sebelum shalat ashar
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib
e. 2 rakaat sebelum shalat isya
f. 2 rakaat sesudah shalat isya
Ada beberapa keuntungan dari beberapa shalat sunnah di atas yaitu : Keuntungan shalat sunnah sebelum subuh, Nabi Muhammad Saw Bersabda : “ Dari Aisyah ra. Bahwa Nabi Saw. Telah Bersabda : Dua rakaat fajar (shalat sunnah yang dikerjakan sebelum subuh) itu lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (H.R Muslim ), selanjutnya Keuntungan shalat sunnah sebelum dan sesudah dzuhur, dinyatakan oleh Nabi Muhammad dengan Sabdanya: “ Dari Ibnu Umar ra. Berkata : pernah saya shalat bersama Rasulullah Saw; dua rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudah jumat dan dua rakaat sesudah isya”. (H.R Bukhari dan Muslim).
Adapun Tata Cara dan Syarat Kondisi
1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah
2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.
3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.
4. Tidak didahului adzan dan qamat.
Shalat-shalat tersebut yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan “Qalbiyah”. Dan yang dikerjakan sesudah shalat fardhu dinamakan “Ba’diyah”.
Berdasarkan uraian di atas, tata cara shalat rawatib adalah aturan yang tersusun untuk melakukan sesuatu yang bernilai ibadah dan mempunyai amalan-amalan khusus sesuai dengan ketentuan hukum syara.
B. Rencana dan Prosedur Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII SMP 1 Cisewu, direncanakan dalam kurun waktu minggu ke 1 bulan Mei sampai minggu ke 2 bulan Mei 2011
2. Desain Penelitian adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas dengan alur kegiatan :
Refleksi awal Perencanan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Observasi, Refleksi, dan Evaluasi I Perencanan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Observasi, Refleksi, dan Evaluasi II.
Berdasarkan desain di atas, tahapan penellitian dijelaskan sebagai berikut:
a. Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam peragaan tata cara shalat rawatib.
b. Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan, yaitu menyusun instrument penelitian berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), memilih media visual, tes soal dan lembar observasi.
c. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan perencanaan pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data hasil lembar observasi dan hasil tes.
Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan I: Mempraktikkan shalat sunah rawatib qabliyah, dan pelaksanaan tindakan II: Mempraktikkan shalat sunah rawatib ba'diyah.
d. Observasi, Refleksi dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.

Kehidupanku…

Setiap orang pasti akan mengalami kehidupan, sedih, susah senang ataupun bahagia itulah kehidupan yang harus setiap orang hadapinya. Seperti apakah hidup yang baik itu? Sedikit saya akan cerita kisah-kisah hidupku…
Dikala waktu saya SD, saya pernah mendapat Peringkat 3 yang tak pernah disangka-sangka olehku karena memang hobiku waktu SD selalu main dan main hanya saja saya bisa belajar ketika menghadapi Ujian caturwulan itupun disuruh oleh orang tuaku.
Menginjak kelas 1 Tsanawiyyah saya mulai berpisah dari orang tua, selain statusku sebagai murid di sekolah, saya pun sebagai santri di pondok sekolah tersebut. Begitu asingnya nama pesantren bagiku sehingga ada rasa kecemasan dalam hati dalam mengemban statusku sebagai santri. Tetapi kecemasan-kecemasan tersebut lama kalamaan terhapuskan oleh kakak-kakak asrama dan pembimbing asrama/ ustadz yang selalu membimbingku dari hal yang terkecil sampai hal-hal yang besar. Semua suka duka selalu saya kenang begitu indahnya dan dapat menjadi proses pendawasaan buat saya, dari hal keseharian saya di pondok, ataupun kejadian-kejadian yang lucu, bahagia bahkan menyedihkan masih selalu saya kenang …
Hal yang paling indah ketika saya dengan teman saya berniat mengazzamkan diri untuk kuliah ke Mesir, dari sana saya dan teman selalu mentargetkan untuk menghafalkan al-Quran, dari mulai bagaimana metode menghafalnya, sampai minjam bukun ke salah satu ustadz di pesantren yang kebetulan ustadz tersebut kuliahnya di Libya. Disela-sela kesibukan untuk mencapai cita-cita tersebut sayapun di amanahi sebagai bidang Pendidikan dan Dakwah di salah satu Organisasi Santri yaitu ISFI (Ikatan Santri Firdaus).
Hal yang paling membanggakan lagi ketika Haflah Imtihan saya mendapat Juara 1 yang kebetulan saya lulus Tsanawiyyah, begitu merasa aneh yang biasanya saya mendapat 5 besar menjadi Juara 1 dan memang itu membutuhkan perjuangan yang sangat besar karena yang saya rasakan mata palajarannya sangat banyak yaitu sebanyak ± 30 mata pelajaran, dan Alhamdulillah ternyata pernah merasakan Juara 1 di Tingkat Tsanawiyyah… kebahagiaan yang sungguh luar biasa…
Ketika menginjak Aliyyah masih di sekolah yang sama, kebetulan pesantren sekolah saya di mulai dari RA/TK, Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, dan Aliyyah. Saya berniat untuk menyibukan diri dengan sesuatu yang bermanfaat dari mulai saya ikutan kursus bahasa arab, bahasa inggris, dan aktif di salah satu organisasi d Thulabi Club disana kita dilibatkan dalam kegiatan mentoring, begitu indahnya hidup yang saya rasa…
Kebahagiaan lainnya ketika saya di Aliyyah Alhamdulillah saya selalu peringkat 1 sampai kelas XII dan Hal yang paling membahagiakan lagi ketika saya mendapat Beasiswa Depag untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, setelah ada informasi bahwa kata ustadz harus kembali ke pesantren untuk persiapan pendaftaran, saya dan teman disibukkan untuk mengurus semua administrasi yang harus disiapkan dari mulai menentukkan Universitas dan Jurusannya, pada waktu itu saya memilih UIN Kalijaga jurusan Tafsir Hadits. Beberapa hari kemudian informasi tahap kedua di umumkan dari sana saya ada perasaan sedih dan ada juga perasaan senang karena yang lulus ke tahap tiga hanya saya sendiri. Dengan waktu yang sangat mendesak saya disibukkan untuk belajar lagi semua pelajaran untuk persiapan test yang diadakan di SMA cijerah yang pesertanya ± 5000 orang se-indonesia. Ada perasaan pesimis juga ketika itu, melihat dari berbagai keadaan. Dan akhirnya memang saya dinyatakan tidak lulus, ada perasaan sedih juga ketika itu mungkin memang dari persiapan atau dari usaha saya tidak maksimal. Tetapi walaupun demikian semua kejadian yang menimpa saya semuanya sangat bermanfaat dan dapat dijadikan pelajaran untuk saya.
Itulah kehidupan yang saya alami, kehidupan dapat berarti jika kita semua melakukannya dengan baik yang sesuai dengan ketentuan-Nya, sedih, senang itu hanya perjalanan kehidupan menuju kehidupan yang lebih Baik lagi…

Selasa, 12 Juli 2011

Catatan

Semangat pagi hawa… hawa… andai kita ditakdirkan tiada cinta dari adam untukmu… cukuplah hak Cinta Allah yang menyinari dan memenuhi jiwamu,biarkanlah haknya memenuhi jiwamu,, biarkanlah hak cinta kedua orangtuamu yang memberi kebahagiaan buat dirimu,,, cukuplah cinta adik bradik dan keluarga yang membahagiakan dirimu… keep spirit…
Allah tak pernah janjikan langit biru, jalan hidup tanpa batu, matahari tanpa hujan, kebahagiaan tanpa kesedihan, sukses tanpa perjuangan, tapi Allah akan janjikan kekuatan dari kelemahan.
Diantara yang dapat melemahkan iman adalah “Al-Futhur” : malas atau jemu, menunda-nunda, atau lamban setelah semangat dan bersungguh-sungguh maka Nabi selalu mendawamkan do’a : “ Allahuma inii au’dzubika mina ‘lajzi walkasali.
“ Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas”
Pernahkah kita berpikir kapan kita akan mati? Pernahkah kita meneteskan air mata karena mengingat dosa? Pernahkan kita membayangkan malaikat maut ada dihadapan kita?
Sudah siapkah kita kalau ajal menjemput? Cukupkah amal kita untuk masuk syurga?
Sudahkah kita beristighfar hari ini? Berapa banyak?
Saudaraku jika hari ini ku terlalu gembira sadarkanlahku dengan larangan Allah SWT. Jika ku bersedih tanpa kata bujuklah ku dengan tarbiyah sang Pencipta. Jika ku lemah tak berdaya ingatlah ku dengan kehebatan syurga. Jika antara kita ada tembok yang memisahkan ajaklah ku untuk melarikannya segera. Jika pernah hatimu terluka karena ku katakanlah agar aku berubah. Dan jika esok ku terlena tanpa terjaga iringilah lenaku dengan alunan do’a berjanjilah saudariku ukhuwah kita akan tetap terjaga…

Minggu, 17 Juli 2011

Pendidikan Akhlak dalam Keluarga

A. Pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik apabila diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan kata yang beragam, seperti at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap kata tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda.
Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati.
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usrohyang berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah prosest ransformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.
B. Pentingnya Pendidikan akhlak dalam keluarga
Syariat Islam menuntun manusia menuju jalan yang lurus yakni akan membawa mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Quran banyak menyebut dan menunjukkan kedudukan akhlak sebagai bagian dari syariat islam. Allah swt memberikan gambaran mengenai Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya sebagai berikut:

“ Sesungguhnya engkau memiliki akhlak (budi pekerti)yang paling mulia” (Q.S. al-qalam :4)
Secara garis besar pendidikan yang harus dibina dalam keluarga adalah pendidikan akhlak, seperti dalam Hadits dikatakan bahwa “ Betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita dapat dimengertikan melalui doa Baginda Raulullah SAW yang bermaksud, “Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia sebagaimana Engkau menjadikan jasadku baik.” (Hadis riwayat Ahmad)
Satu lagi hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang sangat dicintai dan sangat dekat kedudukannya kepadaku pada hari akhirat ialah orang Islam yang paling baik akhlaknya dan sesungguhnya orang yang paling dibenci di kalangan kamu di sisiku dan yang paling jauh dariku di akhirat ialah orang yang buruk akhlaknya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Berbagai masalah sosial melanda umat Islam, khususnya di kalangan anak muda hari ini adalah kerana kurangnya penghayatan terhadap nilai sedia ada dalam ajaran Islam. Justru, untuk membina kembali imej dan umat Islam, maka kita perlu membangun dan membetulkan landasan akhlak mereka.
Kita perlu kembali menitik beratkan pendidikan akhlak yang tapak awalnya bermula di rumah dan kemudian nilai itu perlu diperkaya serta diperkukuhkan lagi melalui institusi pendidikan formal.
Apa yang perlu disadari, sumber pembinaan akhlak untuk membentuk personaliti dan jati diri umat Islam sudah tersedia dan terhidang di dalam al-Quran dan sunnah. Inilah satu-satunya warisan dan khazanah suluhan hidup umat Islam yang sepatutnya menjadi contoh teladan umat manusia.
Adapun Syari'at Allah kepada Nabinya.yaitu :

إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.” (HR. Malik dalam kitab Muwaththo')
Rasulullah saw juga bersabda:

ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا
“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian”.
Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah ra

أكثر ما يدخل الجنة تقوى الله وحسن الخلق
“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik dan taqwa kepada Allah”.
Adapun hadits lain juga yangenai tentang akhlak adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw bersabda: “ tiga hal di antara akhlak ahli syurga: memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat buruk kepadamu”. (H.R. Al- Thabrany).
“Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (H. R. Malik). “Sesuatu yang paling berat di atas timbangan kebaikan adalah akhlak yang baik.” (H.R. Abu Dawud)
Pada hadits lain disebutkan, seseorang telah datang ke hadapan Rasulullah Saw lalu berkata, “Apakah din (agama) itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kanannya, lalu bertanya lagi, “ apakah din itu?” Beliau bersabda, “Akhlak yang baik.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kirinya, lalu bertanya lagi, “ Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan Akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari belakangnya, lalu bertanya lagi, “Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak”. Lalu orang itu bertanya lagi, “ Wahai Rasulullah, apakah din itu?” Dan Rasulullah berpaling padanya lalu bersabda, “Tidak mengertikan kamu? Baiklah janganlah kau marah!”. (H.R. Muhammad ibn Nashr Al-Marwazi)
Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “ Allah tidaklah menyempurnakan jasad dan akhlak seseorang untuk dilahap api neraka” (H.R. Ibnu Addiy). Dikisahkan ada yang bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah kesialan itu?” Beliau bersabda, “Kejelekan akhlak” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain disebutkan, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Saw, “Berilah wasiat kepadaku.” Beliau bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada.” Orang itu berkata lagi, “ Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Sertakanlah perbuatan baik setelah perbuatan jahatmu; niscaya akan menghapusnya.” Orang itu berkata lagi, “Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.” (H.R. Al-Tirmidziy)
Di dalam al- Quran juga pun terdapat beberapa ayat mengenai tentang keutamaan akhlak, seperti :

“ Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(Q.S Al- A’raf : 199)

”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S Ali- Imran : 134)
Begitu pula dalam firman Allah pada riwayat luqman tentang hikmah:
“ wahai anakku, dirikanlah shalat, serulah orang-orang untuk berbuat ma’ruf, cegahlah kemunkaran dan bersabarlah atas sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya itu semua dari hal-hal yang patut diutamakan.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S Luqman : 18)
Pada ayat-ayat tersebut di atas, Allah mengisyaratkan kewajiban untuk berperilaku mulia. Ayat-ayat itu pun menunjukkan kebaikan akhlak dan keutamaannya. Allah berfirman:

“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan”.(Q.S Asy-Syu’ara:43)
Secara garis besar, ayat-ayat Al-Quran mengisyaratkan kepada kemuliaan akhlak dan kemanisan budi pekerti.

C. Pendidikan akhlak dalam keluarga
Secara garis besar pendidikan dalam keluarga yang harus dibina salah satunya yaitu pembinaan akhlak. keluarga dalam hal ini harus memahami keutamaan akhlak yang baik, kebaikan akhlak juga tergantung pada konsistensi kekuatan amarah dan syahwat yang sejalan dengan akal dan syarak. Konsistensi ini dapat dicapai dengan tiga jalan sebagai berikut:
Dengan kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah. Karena manusia diciptakan dan dilahirkan dengan kesempurnaan akal dan kebaikan akhlak, cukuplah itu baginya untuk menguasai amarah dan syahwatnya. Kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah merupakan karunia yang sejalan dengan akal dan syarak sehingga orang dapat menjadi alim tanpa belajar atau menjadi beradab tanpa penuntun.
Proses usaha pencapaian akhlak yang baik dilakukan dengan riyadlah dan mujahadah, yakni dengan melakukan amal perbuatan baik yang diinginkan. Dengan melakukan riyadlah dan mujahadah itu, diharapkan seseorang dapat menikmati perbuatan baik yang telah menjadi kebiasaan dirinya, bahkan dia membenci perbuatan-perbuatan buruk. Rasulullah Saw bersabda, “ Aku membiasakan diri menangis di waktu shalat”. (H.R. An-nasa’i)
Dengan menyaksikan orang-orang yang berakhlak baik dan berteman dengan mereka. Orang-orang seperti itu adalah teman-teman yang baik dan menuju kebaikan. Kepribadian seseorang bisa merupakan adopsi dari kepribadian orang lain, apakah itu kepribadian baik atau kepribadian buruk.
Jika sifat paling mulia hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, kita sebagai orangtua juga harus menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak, membimbing mereka tumbuh dengannya, mengajari mereka setiap saat dan menjadi suri teladan. Tidak ada artinya orang mengajarkan akhlak mulia, sementara kehidupan ia sendiri bertolak belakang dengannya. Akan sulit menanamkan kemuliaan dalam perilaku anak jika kita tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata diri kita sendiri.
Adapun cara untuk menumbuhkan akhlak yang mulia adalah, diantaranya yaitu:
1. Menanamkan kejujuran
Seorang bapak harus benar-benar jujur dalam menghadapi anak-anaknya. Ia harus menjawab setiap pertanyaan anak dengan jawaban yang sederhana dan jujur.
Doronglah anak-anak supaya selalu jujur. Hindari cara-cara kasar ketika menghalangi kedustaan mereka.
Ingatkan anak anda pada sabda Nabi Saw dalam riwayat at-Tabrani, “ Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak jujur dan tidak ada artinya agama bagi orang yang tidak menepati janji” Dalam riwayat lain, beliau bersabda : “ Tunaikanlah amanat kepada orang yang telah mengamati kamu dan jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu”
2. Keberanian
Berilah pujian terhadap setiap upaya anak yang mengandung unsur keberanian. Segeralah menyatakan meskipun muncul pada usia dini.
Perhatikanlah keberanian di depan anak-anak dan berceritalah tentangnya. Kepribadian anda harus menjadi suri teladan bagi mereka. Anda juga boleh menceritakannya, bukan untuk membuat kesulitan-kesulitan dalam kehidupan anda, tetapi dengan cara yang tulus sehingga mereka memahami bahwa ada hal-hal sulit yang dialami bahkan oleh orang dewasa sekalipun. Ajarkan kepada mereka, keberanian adalah berani berbuat benar dan bersegera membantu orang lain, berpikir sebelum mengambil suatu langkah, dan memohon pertolongan Allah Swt sebelum melakukan ssegala sesuatu.
3. Bergaul dengan baik
Ingatkanlah anak-anak anda pada prinsip Qurani;

“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.(Q.S. Fushilat : 34)
Ajarkan kepada mereka bahwa kalau ada orang yang mau mengamalkan prinsip ini tentu tidak akan terjadi permusuhan dan pertikaian.
Ajarkan kepada mereka bahwa pergaulan memerlukan sikap rendah hati, hati-hati dan tekad yang kuat. Rendah hati menunjukkan kekuatan, bukan kehinaan. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk rendah hati tanpa merasa hina dan keji. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian rendah hati dan hendaklah kalian tidak bertengkar dengan jiwa yang lain” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kita wajib bersikap lemah lembut dalam segala sesuatu. Rasulullah Saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan. Dia memberikan sesuatu kepada kelembutan yang tidak Dia berikan kepada kekasaran.” (H.R. Muslim)
Ketenangan dan kemantapan jiwa adalah nalia-nilai mulia. Rasulullah Saw bersabda, “ Maukah aku katakan kepada kalian orang yang haram terkena api neraka? Yaitu setiap orang yang lemah lembut dan mudah (menerima kebenaran).” (H.R. at-Tirmidzi)
Seorang mukmin bukan pribadi yang keras dan kaku. Allah Swt berfirman : “

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka ….”
Ajarkan sejak kecil bahwa bergaul dengan baik merupakan aktivitas nyata. Jika anak meminta sesuatu berulang-ulang dengan gelisah dan suara keras, mintalah ia untuk bersikap tenang dahulu, jangan sampai anda larut dalam kemarahannya. Tenangkan juga diri anda, kemudian ajaklah ia untuk duduk di bangku, jika anda yakin gejolak emosinya sudah mereda, berikanlah sesuatu yang diinginkan. Buatlah ia mengerti bahwa kebaikan dan ketenangan telah membantunya mendapatkan sesuatu, bukan emosi dan kemarahan. Emosi dan kemarahan tidak akan mendatangkan kebaikan dan memberikan manfaat apapun kepada kita.
Ajarkan anak-anak anda bahwa orang harus bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dan Allah Swt berfirman; “

“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Rasulullah Saw bersabda, “ Tidak ada makanan yag lebih baik daripada makanan hasil jerih payah sendiri.” (H.R. Bukhari). Anak-anak harus berusaha selalu belajar dengan tekun dan rajin agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri.
Pelajari kemampuan anak-anak anda. Telusuri minat dan bakatnya. Bantulah mereka mengenali jati dirinya.
Biarkan anda-anda meraih rekornya sendiri tanpa harus disbanding-banding dengan orang lain.
Berilah penghargaan pada setiap upaya yang telah mereka lakukan.
Upayakan semaksimal mungkin, anda lebih banyak mengajukan usulan atau pilihan daripada menyuruhnya.
Upayakan untuk mengurangi pemberian putusan-putusan.
Tanyakanlah kepada mereka perihal kelemahannya dan kendala terbesar yang ia hadapi. Bantulah ia memahami bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Allah Swt berfirman: “

“(5) Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6.) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Tidak berlebihan dan disiplin
Allah Swt memberikan gelar bagi orang yang beriman melalui firman-Nya, “

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan”.
Ajari anak anda, dalam setiap perkara yang diperbolehkan, agar tidak berlebihan dalam makan, minum, berbicara, berolahraga, bergaul. Ajari ia untuk mengenal batas-batas kemampuan badan dan akal serta menghindari sikap berlebihan dan hilang kendali diri.
4. ‘iffah dan ikhlas
Allah Swt menyebutkan bahwa salah satu sifat mukmin adalah menjaga diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang haram. Allah Swt berfirman; “

“5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki”.
Orangtua yang mulia dan dapat menjaga kesucian dirinya akan menghasilkan anak-anak seperti mereka. Menjaga kesucian diri bukan berarti penghalang atau penghancur manusia sebagaimana pernyataan orang-orang yang suka mengumbar hawa nafsu, tetapi sarana kebaikan bagi umat manusia. Tanpa menjaga kesucian diri, hawa nafsu akan bebas dalam setiap kesempatan untuk berbuat sesuatu yang mencelakainya dan hancur bersamanya.
5. Menepati janji
Allah Swt berfirman. “

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.
6. Menghargai
Rasulullah Saw bersabda, “ Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati orangtua, menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak orang yang berilmu”. (H.R. Ahmad, al-Hakim dan at-Thabrani)
Jika kita menginginkan anak dapat menghormati orang lain, maka kita wajib memulainya dari diri kita sendiri. Kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka dalam sikap penuh penghormatan. Kita buat mereka merasa sebagai orang yang dihormati.
7. Rasa cinta
8. Mementingkan orang lain
Ajarkan kepada anak anda intisari sabda Rasul Saw, “ Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)
Ingatkanlah kepada mereka bahwa penduduk Madinah adalah penghulu atau figur orang-orang yang mementingkan orang lain sehingga menjadi panutan setiap orang, baik masa dahulu maupun sekarang. Dengan suka cita mereka menerima dan menolong kaum muhajirin dari Mekah serta berbagai apapun yang mereka miliki.
Allah Swt menurunkan ayat-Nya yang terus diperdengarkan sampai hari kiamat; “

“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.
Ajarkan kepada mereka agar merasakan kebutuhan orang lain. Kebahagiaan pun akan muncul setelah memberikan kesenangan kepada orang lain.
9. Lemah lembut
Ingatlah bahwa anak-anak anda setiap waktu bahwa pribadi yang lembut dan sopan lebih dekat dengan hati orang lain, lebih dicintai dan disukai oleh orang lain. Allah Swt mengingatkan nabi-Nya yang memiliki akhlak mulia melalui firman-Nya;

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka”. (Q.S. Ali-Imran: 159)
Upayakan kita selalu penuh dengan rasa cinta, sikap lembut, dan sopan terhadap semua orang, termasuk kepada anak-anak anda. Perbanyak ungkapan-ungkapan kata-kata seperti “ terima kasih”, “tolong”, dan “maaf”. Bersikap bijaklah dalam setiap perilaku anda.
10. Adil
Bersikap adil kepada anak-anak supaya mereka menerti bahwa tidak ada diskriminasi di antara mereka. Jangan sampai terjadi satu orang mendapatkan hasiah sedangkan yang lainnya tidak. Jika ada yang bersalah, satu orang dihukum sementara orang lain tidak.
Pada intinya menanamkan norma-norma seperti di atas bukan hanya sekali dalam hidup ini. Anda harus terus memantaunya agar tertanam dengan kuat dalam jiwa mereka sepanjang hayat sehingga mereka menjadi anak sholeh yang dapat membahagiakan orangtuanya di dunia dan akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan syamsi pasya,
Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Sholeh. Pustaka Rahmat. Bandung : 2010.
Imam Yahya Ibn Hamzah,
Riyadlah Upaya Pembinaan Akhlak, Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000.
http://www.mail-archive.com/milis-muslim@yahoogroups.com/msg00576.html
http://wordpress.com/2009/01/16/pendidikan-dalam-keluarga/

Sabtu, 16 Juli 2011

Teori Belajar Sebagai Pembelajaran PAI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak lepas dari individu yang lainnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dengan ketidak terbatasannya akal dan keinginan manusia, untuk itu perlu difahami secara benar mengenai pengertian proses dan interaksi belajar. Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah-laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan menyediakan kondisi yang merangsang serta mangarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan serta kesadaran diri sebagai pribadi.
Secara luas teori belajar selalu dikaitkan dengan ruang lingkup bidang psikologi atau bagaimanapun juga membicarakan masalah belajar ialah membicarakan sosok manusia. Ini dapat diartikan bahwa ada beberapa ranah yang harus mendapat perhatian. anah-ranah itu ialah ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Akan tetapi manusia sebagai makhluk yang berpikir, berbeda dengan binatang. Binatang adalah juga makhluk yang dapat diberi pelajaran, tetapi tidak menggunakan pikiran dan akal budi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori belajar sebagai landasan pembelajaran PAI?
2. Bagaimana teori belajar sebagai landasan pembelajaran PAI?
3. Bagaimana aplikasi teori belajar sebagai landasan pembelajaran PAI?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar Sebagai Landasan Pembelajaran PAI
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah maupun keluarganya sendiri.
Oleh karenanya, penanganan yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak di perlukan oleh para pendidik.
Sedangkan Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran peserta didik. Berdasarkan suatu teori belajar, suatu pembelajaran diharapkan dapat lebih meningkatkan perolehan peserta didik sebagai hasil belajar (Trianto, 2007: 12). Teori belajar juga dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang terkait dengan peristiwa belajar khususnya dalam pembelajaran PAI.
Secara pragmatis, teori belajar dapat di fahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Diantara sekian banyak teori yang berdasarkan hasil eksperimen terdapat tigal conditioning, dan macam yang sangat menonjol yakni Connectionism, Classical conditioning, dan operant Conditioning. Teori-teori tersebut merupakan ilham yang mendorong para ahli melakukan eksperimen-eksperimen lainnya untuk mengembangkan teori-teori baru yang juga berkaitan dengan belajar.
B. Teori Belajar Sebagai Landasan Pembelajaran PAI
Teori belajar yang dipakai sebagai landasan pembelajar PAI adalah sebagai berikut:
1. Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil Jelasnya, aliran ini memandang bahwa hakekat belajar adalah perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus-respons), yaitu suatu proses yang memberikan respons tertentu terhadap apa yang datang dari luar individu. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku dari stimulus yang diterimanya (Muhaimin, 2002: 196).
Berdasarkan hal tersebut diatas, teori behavioristik juga sering disebut dengan teori stimulus-respons belajar.
Beberapa teori yang termasuk kategori aliran behaviorisme adalah koneksionisme, pembiasaan klasik (classical conditioning), pembiasaan perilaku respons (operant conditioning) dan Social Learning.
a. Teori Thorndike : Koneksionisme atau Bond-Psychology (1874-1949)
Thorndike adalah salah seorang tokoh dalam lapangan psikologi pendidikan yang besar pengaruhnya. Dalam tulisannya yang mula-mula sekali Thorndike berpendapat, bahwa yang menjadi dasar belajar itu ialah asosiasi antara kesan pancaindera (sense impresion) dengan implus untuk bertindak (impulse to action).
Menurut teori ini belajar adalah proses pembentukan asosiasi antara yang sudah diketahui dengan yang baru. Proses belajar mengikuti tiga hokum, yaitu hokum kesiapan, latiahn, dan hokum efek. Hukum kesiapan (law of readness), merupakan aktivitas belajar yang dapat langsung efektif dan efisien bila subyek telah memiliki kesiapan belajar. Hukum latihan (law of exercise), merupakan koneksi antara kondisi dan tindakan yang akan menjadi lebih kuat bila ada latihan. Hukum Efek (law of effect ), menyatakan bahwa aktifitas belajar yang memberi efek menyenangkan akan terjadi sebaliknya.
Ketiga hukum tersebut, dikenal adanya transfer training. Konsep transfer training bertolak dari teori unsur identik yang menyatakan bahwa hasil latihan pada sesuatu kecakapan dapat di transfer pada kecakapan lain bila banyak mengandung unsur identik.
Adapun hukum-hukum yang dikemukakan oleh Thorndike itu, lebih dilengkapi dengan prinsip-prinsip, sebagai berikut:
1) Siswa harus mampu membuat berbagai jawaban terhadap stimulus.
2) Belajar dibimbing/diarahkan ke suatu tingkat yang penting melalui sikap siswa itu sendiri.
3) Suatu jawaban yang telah dipelajari dengan baik dapat digunakan juga terhadap stimulus yang lain (bukan stimulus yang semula), yang oleh Thorndike disebut dengan “perubahan asosiatif”.
4) Jawaban-jawaban terhadap situasi-situasi baru dapat dibuat apabila siswa melihat adanya analog dengan situasi-situasi terdahulu.
5) Siswa dapat mereaksi secara selektif terhadap faktor-faktor yang esensial di dalam situasi itu.
Jadi, teori koneksionisme cocok bila diterapkan dalam PAI. Sebab dalam koneksionisme, belajar merupakan pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Artinya, dalam belajar PAI hal utama yang paling menentukan adalah adanya stimulus yang bisa membangkitkan dan membentuk minat siswa untuk mau belajar PAI, dimana asa puas yang ditimbulakan akan mendorong pembelajaran.
Selain stimulus-respon, teori ini juga sering disebut dengan “trial and error” yang berarti berani mencoba tanpa takut salah. Jadi, dalam belajar PAI siswa diharapkan untuk berani mencoba mempelajari PAI. Sehingga siswa menemukan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Umpanya, dalam mata pelajaran PAI siswa diberi beberapa pertanyaan dan siswa juga dituntut untuk dapat menjawabnya tapi dengan teori koneksionisme trial and error siswa diberi kesempatan untuk berani menjawab pertanyaan yang diajukan tanpa rasa takut salah dalam menjawab dan akan tetap terus berusaha sehingga ia dapat menjawab pertanyan tersebut dengan sempurna.
b. Ivan Petrovich Pavlov: Pavlovianisme:(Classical Conditioning) (1849-1936)
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849-1936) sebagaimana telah diuraikan di awal. Seperti halnya dengan Thorndike, Pavlov dan Watson yang menjadi tokoh teori ini juga percaya bahwa belajar pada hewan memiliki prinsip yang sama dengan manusia. Belajar atau pembentukan perilaku perlu dibantu dengan kondisi tertentu (Sanjaya, 2006: 115).
Berdasarkan eksperimen dengan menggunakan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa untuk membentuk tingkah laku tertentu harus dilakukan secara berulang-ulang dengan melakukan pengkondisian tertentu. Pengkondisian itu adalah dengan melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku itu (Sanjaya, 2006: 116). Hal ini dikarenakan classical conditioning adalah sebuah prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Syah, 1999: 106).
Teori ini disebut classical karena yang mengawali nama teori ini untuk menghargai karya Ivan Pavlov yang paling pertama di bidang conditioning (upaya pembiasaan) serta untuk membedakan dari teori conditioning lainnya (Djaali, 2007: 85).
Berdasarkan eksperimen tersebut, semakin jelaslah bahwa belajar adalah perubahan yang di tandai dengan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Jadi, pada prinsipnya hasil eksperimen E.L Thondike di muka kurang lebih sama dengan hasil eksperimen Pavlov yang memang di anggap sebagai pendahulu dan anutan Thondike yang behavioriatik itu. Kesimpulan yang dapat kita ambil dari eksperimen pavlov ialah apabila stimulus yang diadakan (CS) selalu di sertai dengan stimulus penguat (UCS), Stimulus tadi (CS) cepat atau lambat ahlinya akan menimbulkan respon atau perubahan yang kita kehendaki yang dalam hal ini (CR).
Selanjutnya, Skiner berpendapat bahwa proses belajar yang berlangsung dalam eksperimen Pavlov itu tunduk kepada dua macam hukum yang berbeda yakni low of respondent conditioning dan low of responden extinction. Secara harfiah low of respondent conditioning adalah hukum pemusnahan yang di tuntut.
Jadi teori classical conditioning juga cocok bila diterapkan dalam pembelajaran PAI, sebab belajar erat hubungannya dengan prinsip penguatan kembali. Atau dengan perkataan lain, ulangan –ulangan dalam hal belajar adalah penting. Sebagai contoh; siswa-siswa sedang membaca do’a diawal pelajaran (UR) apabila melihat seorang guru hendak masuk kelas (US) mulanya berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel masuk kelas (CS) bersama-sam dengan datangnya guru ke kelas (UCS). Setelah kegiatan berulang-ulang ini selesai, suatu hari suara bel masuk kelas tadi berbunyi tanpa disertai dengan kedatangan guru ke kelas ternyata siswa-siswa tersebut tetap membaca do’a juga (CR) meskipun hanya mendengarkan suara bel. Jadi (CS) akan menghasilkan (CR) apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan bersama.
c. Teori Skinner . Operant Conditoning
Seperti Pavlov dan Watson, skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respin, tetapi berbeda dengan kedua tokoh tersebut, yang terdahulu itu. Skinner membuat perincian lebih jauh.
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
Dalam penerapanya teori operant conditioniang juga cocok bagi PAI, sebab dalam teori ini “reward” atau “reinforcement” dianggap sebagai faktor terpenting dalam proses belajar, artinya bahwa perilaku manusia selalu dikendalikan oleh faktor luar (faktor lingkungan, rangsangan, stimulus). Dilanjutkan bahwa dengan memberikan ganjaran positif, suatu perilaku akan ditumbuhkan dan dikembangkan. Sebaliknya, jika diberikan ganjaran negatif suatu perilaku akan dihambat.
Dalam situasi belajar PAI, hukuman dapat mengatasi tingkah laku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat, untuk itu perlu disertai dengan reinforcement langsung. Hukuman menunjukkan apa yang tidakboleh dilakukan oleh murid. Sedangkan reward menunjukkan apa yang mesti dilakukan oleh murid. Sebagai contoh; murid yang tidak menghafalkan pelajaran Qur’an hadits selalu disuruh berdiri didepan kelasoleh gurunya. Sebaliknya jika ia sudah hafal maka ia disuruh duduk kembali dan dipuji oleh gurunya. Lama-kelamaan anak itu belajar menghafal setiap pelajaran Qur’an hadits.
d. Social Learning menurut Albert Bandura
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Berbeda dengan penganut Behaviorisme lainnya, Bandura memandang Perilaku individu tidak semata-mata refleks otomatis atas stimulus (S-R Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri. Prinsip dasar belajar menurut teori ini, bahwa yang dipelajari individu terutama dalam belajar sosial dan moral terjadi melalui peniruan (imitation) dan penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih memandang pentingnya conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan berfikir dan memutuskan perilaku sosial mana yang perlu dilakukan.
Sebetulnya masih banyak tokoh-tokoh lain yang mengembangkan teori belajar behavioristik ini, seperti : Watson yang menghasilkan prinsip kekerapan dan prinsip kebaruan, Guthrie dengan teorinya yang disebut Contiguity Theory yang menghasilkan Metode Ambang (the treshold method), metode meletihkan (The Fatigue Method) dan Metode rangsangan tak serasi (The Incompatible Response Method), Miller dan Dollard dengan teori pengurangan dorongan.
Begitu juga dengan teori-teori sebelumnya, teori ini juga cocok bila diterapkan dalam pembelajaran PAI, sebab teori ini memandang bahwa tingkah laku manusia bukan refleks otomatis atas stimulus melainkan juga akibat reaksi antara stimulus dan lingkungan.
2. Teori Humanistik
Beberapa teori yang termasuk kategori aliran Humanistik adalah:
a. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya..
b. Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Dalam artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist” Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik. Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikan salah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
b. Carl Rogers
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.
Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
3. Teori Belajar Kognitif menurut Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pelopor aliran konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembangan individu. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi empat tahap yaitu : (1) sensory motor; (2) pre operational; (3) concrete operational dan (4) formal operational. Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu asimilasi dan akomodasi.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan
4. Teori Belajar Gestalt
Gestalt berasal dari bahasa Jerman yang mempunyai padanan arti sebagai “bentuk atau konfigurasi”. Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Terdapat empat asumsi yang mendasari pandangan Gestalt, yaitu:
a. Perilaku “Molar“ hendaknya banyak dipelajari dibandingkan dengan perilaku “Molecular”. Perilaku “Molecular” adalah perilaku dalam bentuk kontraksi otot atau keluarnya kelenjar, sedangkan perilaku “Molar” adalah perilaku dalam keterkaitan dengan lingkungan luar. Berlari, berjalan, mengikuti kuliah, bermain sepakbola adalah beberapa perilaku “Molar”. Perilaku “Molar” lebih mempunyai makna dibanding dengan perilaku “Molecular”.
b. Hal yang penting dalam mempelajari perilaku ialah membedakan antara lingkungan geografis dengan lingkungan behavioral. Lingkungan geografis adalah lingkungan yang sebenarnya ada, sedangkan lingkungan behavioral merujuk pada sesuatu yang nampak. Misalnya, gunung yang nampak dari jauh seolah-olah sesuatu yang indah. (lingkungan behavioral), padahal kenyataannya merupakan suatu lingkungan yang penuh dengan hutan yang lebat (lingkungan geografis).
c. Organisme tidak mereaksi terhadap rangsangan lokal atau unsur atau suatu bagian peristiwa, akan tetapi mereaksi terhadap keseluruhan obyek atau peristiwa. Misalnya, adanya penamaan kumpulan bintang, seperti : sagitarius, virgo, pisces, gemini dan sebagainya adalah contoh dari prinsip ini. Contoh lain, gumpalan awan tampak seperti gunung atau binatang tertentu.
d. Pemberian makna terhadap suatu rangsangan sensoris adalah merupakan suatu proses yang dinamis dan bukan sebagai suatu reaksi yang statis. Proses pengamatan merupakan suatu proses yang dinamis dalam memberikan tafsiran terhadap rangsangan yang diterima.
C. Aplikasi Teori Belajar Sebagai Landasan Pembelajaran PAI
Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
1. Aplikasi Teori Behaviorisme
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :
a. Aplikasi Teori Pavlov
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
b. Aplikasi Teori Thorndike
• Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya.
• Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill.
• Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
c. Aplikasi Teori Skinner
Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.
2. Aplikasi Teori Humanistik
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
3. Aplikasi teori belajar kognitif Menurut Piaget
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
a. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
b. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
c. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
d. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
e. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
4. Aplikasi teori belajar Gestalt
Aplikasi teori Gestalt dalam proses pembelajaran antara lain :
a. Pengalaman tilikan (insight); bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Dalam proses pembelajaran, hendaknya peserta didik memiliki kemampuan tilikan yaitu kemampuan mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu obyek atau peristiwa.
b. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning); kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Hal ini sangat penting dalam kegiatan pemecahan masalah, khususnya dalam identifikasi masalah dan pengembangan alternatif pemecahannya. Hal-hal yang dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan logis dengan proses kehidupannya.
c. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada keterkaitannya dengan dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses pembelajaran akan berjalan efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapainya. Oleh karena itu, guru hendaknya menyadari tujuan sebagai arah aktivitas pengajaran dan membantu peserta didik dalam memahami tujuannya.
d. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik.
e. Transfer dalam Belajar; yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Menurut pandangan Gestalt, transfer belajar terjadi dengan jalan melepaskan pengertian obyek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata-susunan yang tepat. Judd menekankan pentingnya penangkapan prinsip-prinsip pokok yang luas dalam pembelajaran dan kemudian menyusun ketentuan-ketentuan umum (generalisasi). Transfer belajar akan terjadi apabila peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.

BAB III
PENUTUP

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
Teori belajar humanisme, behaviorisme, piaget dan gestal memiliki ciri khas masing-masing . Teori belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan siswa mempunyai pengalaman baru. Aplikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal. Teori piaget dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Sedangkan teori gestalt Pokok pandangan Gestalt adalah bahwa obyek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai sesuatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Implikasi perkembangan teori pembelajaran sekarang sangatlah beragam. Guru dapat menerapkan menurut aliran-aliran teori tertentu. Seperti teori behavioristik dalam pembelajaran guru memperhatikan tujuan belajar, karakteristik siswa, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta: 2005.
Darsono, Max.
Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2001.
Djaali,
Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara: 2007.
Muhibbin Syah,
Psikologi Belajar Rajawali press,Jakarta: 2009.
Slameto,
Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Rineka Cipta.Jakarta: 2003.
Sobry sutikno,
Belajar dan Pembelajaran, Prospect. Bandung.2009.
Sumadi Suryabrata,
Psikologi Pendidikan, Rajawali Pers. Jakarta : 2008
Sumiati,
Metode Pembelajaran, Wacana Prima. Bandung: 2007

Jumat, 15 Juli 2011

Tafsir Q.S Al-Ikhlaash

Dikutip dalam Buku “Tafsir Kontemporer” Oleh : Ustadz Aam Amiruddin
Artinya : 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Al-Ikhlaash artinya memurnikan keesaaan Allah Swt, surat ini terdiri atas empat ayat, ayat ini termasuk golongan ayat makiyyah karena diturunkan sebelum Rasululah Saw hijrah ke Madinah. Dinamai Al- Ikhlaash karena inti pesan yang terkandung dalam surat ini adalah menjelaskan keesaan Allah Swt. Allah itu Esa, tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakan serta tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.
Anas r.a. berkata, seorang lelaki Anshar menjadi imam di Mesjid Quba. Setiap selesai membaca Al-Fatihah, ia selalu membaca Al- Ikhlaash sebelum membaca surat-surat lainnya. Lalu kawan-kawannya berkomentar, “Mengapa Anda selalu membacanya? Tidakkah Anda bosan? Sahabat itu menjawab, “ Sungguh aku tak bisa meninggalkannya. Kalau kalian tidak suka aku menjadi imam karena sering membaca Al- Ikhlaash, silakan cari imam yang lain.” Namun karena tidak ada orang yang paling baik bacaan Al-Qurannya selain dia, akhirnya ia tetap menjadi imam.
Ketika Rasulullah Saw berkunjung ke mesjid itu, kasus ini diceritakan kepadanya. Rasulullah Saw kemudian bertanya kepada lelaki Anshar tersebut, “ Apa alasan kamu melakukan itu?” “ Inni uhibuha (saya sangat mencintainya),” Jawabnya. Lalu Rasulullah Saw bersabda, “ Hubbuka iyaha adkhalakal jannata (kecintaanmu pada Al-Ikhlaash bisa mengantarkanmu ke Surga).” (H.R. Bukhari).
Rasulullah berkata demikian karena yang melatarbelakangi sahabat tersebut selalu membaca Al-Ikhlaash adalah kecintaannya yang mendalam. Rasa cinta inilah yang membedakannya dengan kita. Kita juga sering membaca Al-Ikhlaash, hanya saja latar belakangnya bukan cinta yang mendalam tapi karena pendeknya surat tersebut.
Jadi, kalau kita ingin seperti sahabat tadi, mulai saat ini membaca Al-Ikhlaash jangan karena pendeknya, tapi harus karena mencintainya. Kita tidak akan jatuh cinta kalau tidak mengenalnya.
Sahabat tersebut sangat mencintai Al-Ikhlaash karena mengenal kandungannya secara baik. Untuk itu, mari kita kenali kandungan Al-Ikhlaash agar kita pun bisa mencintainya secara mendalam, sehingga bisa mengantarkan kita pada Surga-Nya…. Amin
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”
Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim, menyebutkan kata Qul yang berarti “Katakanlah” membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw. Selalu menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al-Quran yang disampaikan oleh malaikat jibril. Beliau tidak mengubahnya walau hanya satu huruf. Secara tidak langsung ini merupakan penolakan terhadap anggapan sebagian orang kafir yang menuduh bahwa Al-Quran itu karangan Nabi Saw, bukan firman Allah Swt.
Sementara Ustadz Muhammad Abduh dalam Tafsir AL-Quran Al-Karim (Juz Amma) menyebutkan kata Qul huwa mengandung makna informasi yang yang disampaikan itu kebenarannya sudah pasti dan didukung oleh bukti rasional yang tak ada sedikit pun keraguan kepadanya, bahwa Allah itu Esa dalam dzat-Nya. Dengan kata lain, keberadaan Dzat Allah yang Esa itu merupakan suatu aksioma.
Ayat ini menegaskan, konsep ketuhanan dalam Islam sangat konsisten, sangat mudah dicerna oleh siapa pun, dan sangat rasional. Allah Swt itu satu dalam dazt-Nya. Kapan dan di mana pun, secara konsisten kita menyatakan Allah itu dzat-Nya hanya satu, hanya Dia satu-satunya Maha Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Pemberi Kehidupan dan seluruh Maha lainnya hanya milik Allah, dzat yang tunggal.
Sesungguhnya keesaan Allah Swt bukan hanya dari aspek keesaan dzat-Nya, namun juga memiliki Keesaan Sifat-Nya, Keesaan Perbuatan-Nya, Keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

“ Allah tempat bergantung segala sesuatu”
Ayat ini menjelaskan, hanya Allah yang harus menjadi tumpuan harapan. Hanya kepada-Nya kita bergantung dan memohon pertolongan. Rasulullah Saw pernah berwasiat, “Apabila kamu memohon, mohonlah kepada-Nya, dan bila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada-Nya.” (H.R. Tirmidzi)
Ustadz Muhammad Abduh dalam karyanya Tafsir Al-Quran Al-Karim menyatakan, kata Ash-Shamad mengisyaratkan pengertian bahwa kepada Allahlah secara langsung bermuara setiap permohonan, tanpa harus ada perantara atau pemberi syafaat. Penegasan AllahuShamad merupakan antitesis (perlawanan) terhadap keyakinan kaum musyrikin dan penganut agama-agama lainnya yang berkeyakinan bahwa Tuhan harus didekati melalui perantaraan orang-orang saleh.
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.”
Ada dua kata dalam Al-Quran yang sering digunakan untuk menafikan atau meniadakan sesuatu, yaitu kata lam (huruf lam berharakat fatah disambung huruf mim yang berharakat sukun) dan kata lam (haruf lam berharakat fatah disambung huruf nun yang berharakat sukun). Kata lam digunakan untuk menafikan sesuatu yang telah terjadi. Sedangkan lan digunakan untuk menafikan sesuatu yang akan terjadi.
Kata lam didigunakan pada ayat ini untuk menggambarkan bahwa saat itu telah beredar keyakinan bahwa Tuhan itu bisa beranak sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut,
Artinya : “ 88. Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". 89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, 90. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, 91. Karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. 92. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. 93. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. 94. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. 95. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.”
Singkatnya, kata lam yang digunakan pada ayat lam yalid wa lam yulad merupakan koreksi teradap keyakinan yang beredar saat itu.
Kemudian surat Al-Ikhlaash ditutup dengan ayat yang menafikan segala hal yang sama dengan Allah Swt.
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Maksudnya bukan hanya dari segi beranak dan diperanakan, tapi Allah itu berbeda dengan makhluk dengan segala dimensinya. Wallahu A’lam.
Tafsiran Q.S Al-Ikhlaash ini sangat bermnfaat untuk kita semua semoga setelah mengetahui makna yang terkandung dalam Al-Ikhlaash ini bisa kita aplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita tidak melihat pendeknya surat Al-Ikhlaash ini… Amin

Kamis, 14 Juli 2011

Penelitian Tindakan Kelas

BAB I
A. Judul Penelitian:
“PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP 1 CISEWU DALAM PERAGAAN TATA CARA SHALAT RAWATIB”
B. Bidang Kajian
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi pelajaran tata cara Shalat Rawatib kelas VIII SMP1 Cisewu, sedangkan bidang kajian adalah tentang Media Pembelajaran Visual.
Tata cara shalat rawatib adalah tata cara abstrak, peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami tata cara shalat rawatib baik gerakannya maupun bacaannnya. Perlu gambaran yang nyata antara bacaan dan gerakannya itu sesuai dengan kaidahnya. Untuk mempelajari tata cara shalat rawatib perlu adanya penyajian yang abstrak dan menarik dalam bentuk media pembelajaran.
C. Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar dalam menyiapkan siswa, untuk meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan ataupun latihan. Meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan bisa berupa praktik. Akan tetapi ada kalanya meyakini, memahami dan menghayati sulit untuk ditampilkan secara abstrak seperti halnya dalam pembelajaran tata cara Shalat Rawatib.
Penjelasan berupa ceramah belum dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif sehingga perlu adanya media yang dapat menggambarkan secara visual bagaimana supaya proses tata cara Shalat Rawatib lebih dapat dipahami oleh siswa.
Tetapi melihat realita yang ada khususnya di Di SMP 1 Cisewu masih banyak siswa yang belum bisa memperagakan shalat rawatib yang benar sesuai hukum dan aturan. Itu disebabkan karena sarana prasarananya yang kurang sehingga tidak bisa menggunakan media visual. Di SMP 1 Cisewu pun dalam sistem pembelajarannya tidak begitu efektif dalam menyampaikan materi dikarenakan banyaknya siswa sehingga tidak terkondisikan. Karena kurangnya media untuk memudahkan materi dalam proses belajar, maka siswa mengalami kesulitan dalam memperagakan tata cara shalat rawatib yang baik dan benar.
Media Visual berupa media yang dapat dilihat dengan panca indera. Media visual merupakan hal yang sangat penting untuk diperkenalkan dan dipergunakan oleh guru ketika membelajarkan siswanya sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi tata cara Shalat Rawatib.
Melalui kegiatan ini tata cara Shalat Rawatib dapat digambarkan secara terstruktur dan terurut sehingga siswa dapat memahaminya dengan lebih mudah.
D. Perumusan Dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah; kesulitan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu dalam memahami materi tata cara Shalat Rawatib. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan media pembelajaran visual dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu pada Praktik Shalat Rawatib?
2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam memahami tata cara shalat rawatib, dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran visual yang menyajikan berupa gambaran. Oleh karena itu penulis merumuskan hipotesis tindakan “ Media pembelajaran visual dapat meningkatkan kemampuan siswa”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kurangnya kemampuan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu, dengan memperagakan tata cara shalat rawatib. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu dalam memperagakan tata cara shalat rawatib dengan menggunakan media visual.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari penelitian kelas VIII SMP 1 Cisewu ini adalah :
1. Meningkatnya kemampuan belajar siswa terhadap materi memperagakan tata cara shalat rawatib.
2. meningkatnya prestasi belajar siswa terhadap materi memperagakan tata cara shalat rawatib.
3. Dapat menggunakan media dalam proses pembelajaran.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pasan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, dkk , 1984:6). Media sering kita temukan sebagai istilah dalam bidang komunikasi maupun transportasi yang memiki arti alat untuk berkomunikasi atau alat untuk bertransportasi. Menurut Yudhi Munada (2008 : 6) Media dapat diartikan sebagai alat informasi, dan komunikasi, sarana prasarana, fasilitas, penunjang penghubung, penyalur.
Sobry Sutikno, Ida Rosyidah (2009 :19) menyatakan bahwa media visual merupakan media yang dapat dilihat dengan panca indera. Media visual merupakan hal yang sangat penting untuk diperkenalkan dan dipergunakan oleh guru ketika membelajarkan siswanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana.
Taksonomi media menurut Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar stimulus belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih-ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
Menurut Yudhi Munadi (2008 :36) terdapat beberapa fungsi media, yaitu:
a. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar
b. Fungsi Semantik
c. Fungsi Menipulatif
d. Fungsi Psikologis
e. Fungsi Sosio-Kultural
Menurut Arief S. Sadiman, dkk (1984: 84) menyatakan bahwa beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu : tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang dinginkan (audio, visual,gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkuan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan dalam pemilihan.
Untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya lebih dahulu harus diingat bahwa pembelajaran adalah bagian dari sistem instruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari konteksnya sebagai komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen dari sistem instruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat. Adapun pemilihan media untuk pemebelajaran, yaitu:
a. Karakteristik Siswa
b. Tujuan Belajar
c. Sifat Bahan Ajar
d. Pengadaan Media
e. Sifat Pemanfaatan Media
Adapun cirri-ciri umum media pembelajaran, yaitu:
a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik dikenal istilah perangkat keras yaitu suatu benda yangdapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera.
b. Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal dengan istilah perangkat lunak (software)
c. Media pembelajaran dapat digunakan secara masal atau perorangan.
d. Penekanan media pembelajaran terdapat pada audio dan visual
e. Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar, baik didalam maupun diluar kelas
f. Media pembelajaran dugunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Arief S. Sadiman (1990 :189) membagi pemanfaatan media pembelajaran pada dua pola, yakni pemanfaatan media dalam situasi belajar mengajar di dalam kelas atau ruang dan pemanfaatan media di luar kelas. Pemanfaatan media pembelajaran di kelas ini, yaitu: persiapan guru, persiapan kelas, penyajian, langkah lanjutan dan aplikasi. Pola pemanfaatan media pembelajaran di luar kelas menurut Arief S. Sadiman (1990 : 190-197) dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yakni kelompok yang terkontrol, tidak terkontrol, dan jumlah sasaran.
2. Media Visual
Adapun media yang digunakan adalah media visual gambar. Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual.
Media pembelajaran visual telah terbukti lebih efisien dalam melakukan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Dapat kita simpulkan bahwa media pembelajaran visual (seperti gambar diam, gambar bergerak, televisi, objek tiga dimensi, dll) mempunyai hubungan positif yang cukup tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran visual merupakan media pembelajaran yang cukup baik dan efisien. Dan siapapun bisa mepergunakan media pembelajaran visual dengan baik dan benar.
Media pembelajaran visual gambar baiknya digunakan di tempat yang tepat, sesuai dengan jenis medianya. Seperti gambar memperagakan shalat itu masih bisa dilaksanakan di dalam kelas.
Karakteristik media visual gambar, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo. Sketsa bisa disebut juga sebagai gambar garis yakni gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Lukisan merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistic seseorang tentang suatu objek atau situasi. Photo yakni gambar hasil pemotretan atau photografi.
Azhar Arsyad (1997:107) Dalam proses penataan harus diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan dan kesinambungan. Unsur-unsur visual selanjutnya perlu dipertimbangkan adalah bentuk, garis, ruang, tekstur, dan warna. Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam situasi visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan yang mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat, dan mudah dimengerti. Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting. Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang keseluruhannya simetris disebut keseimbangan formal. Keseimbangan seperti ini menampakan dua bayangan visual yang sama dan sebangun. Oleh karena itu, keseimbangan formal cenderung tampak statis. Sebaliknya, keseimbangan informal tidak keseluruhannya simetris memberikan kesan dinamis dan dapat menarik perhatian.
Beberapa kelebihan media visual antara lain sebagai berikut:
1. Menarik
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik, dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.
2. Lebih mudah diingat
Gambar akan lebih mudah diingat oleh para peserta didik. Apabila dibandingkan dengan media pembelajaran yang hanya berupa text book, para peserta didik akan sedikit kesulitan untuk mengingatnya.
3. Variatif
Karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.
4. Dapat melibatkan anak untuk menggunakannya
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan media gambar pendidikan, yaitu: harus autenti (Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya), sederhana (Komposisinya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar).
3. Kemampuan Meperagakan Tata Cara Shalat Rawatib
Kemampuan hampir sama dengan keterampilan menurut Muhibbin Syah (2004 : 118) keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Hal serupa yang diungkapkan oleh Taksonomi Bloom dalam Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan merupakan aktivitas seseorang dalam melakukan pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Memperagakan menurut Taksonomi Bloom Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Berdasarkan uraian di atas kemampuan memperagakan adalah aktivitas seseorang dalam mempelajari keterampilan yang termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Seperti siswa memperagakan shalat rawatib.
Menurut Taksonomi Bloom dari setiap ranah dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti Domain Psikomotor, rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. Yaitu: Persepsi (Perception) (Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan), Kesiapan (Set) (Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan), Guided Response (Respon Terpimpin) (Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba), Mekanisme (Mechanism) (Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.), Repon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) (Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks), Penyesuaian (Adaptation) (Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi), Penciptaan (Origination), (Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu).
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah; (1) peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama.
Hasil belajar keterampilan dan kemampuan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Adapun Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor adalah sebagai berikut:
Tingkat Deskripsi
1. Gerakan Refleks Yakni :gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang. Contoh :mengupas mangga dengan pisau
2. Gerakan dasar (basic fundamental movements) Yakni :gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak. Contoh : Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
3. Gerakan Persepsi (Perceptual obilities) Yakni :Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perceptual
4. Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities) Yakni :Gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
5. Gerakan terampil (Skilled movements) Yakni :dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
6. Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communicatio) Yakni :mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan

4. Materi Tata Cara Shalat Rawatib
Arti shalat menurut mayoritas ahli bahasa, shalat artinya do’a, sebagaimana dikatakan :
صليت عليه ا ي دعوت له
Saya shalat atasnya : artinya saya berdo’a untuknya
Menurut Aceng Zakaria. (2005: 68) Pengertian shalat yang berarti do’a ini tercantum dalam al-Quran dan Hadits. Dalam firman Allah disebutkan:
وصل عليهم ان صلا تك سكن لهم و الله سميع عليم
Dan do’akanlah mereka, sesungguhnnya do’amu menenteramkan mereka. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S At-Taubah [9] : 103))
Adapun shalat menurut syara’ adalah:
عبادة تتضمن اقوالا و افعا مخصوصة مفتتحة بتكبير الله تعا لى مختتمة بالتسليم
Ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang khusus, dimulai dengan menggagungkan Allah Ta’ala (takbir), diakhiri dengan salam. (Fiqh as-Sunnah 1: 78)
Dalam Islam, shalat mempunyai kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama; tidak akan berdiri Islam kecuali dengannya. Rasulullah Saw bersabda:
راس هذا الاءمر الاسلام وعموده الصلاة
Pokok urusan (agama)ini adalah Islam dan tiangnya adalah Shalat….
Rawatib berasal dari kata ratibah yang artinya tetap atau terus-menerus dengan kata lain dawam. Menurut syariat salat sunat rawatib adalah salat sunat yang keberadaannya senantiasa mengikuti adanya salat wajib. Jadi, Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini ada 22 rakaat, yaitu :
a. 2 rakaat sebelum shalat subuh (sesudah shalat subuh tidak ada sunnah ba’diyah)
b. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur : 2 atau 4 rakaat shalat dzuhur
c. 2 rakaat atau 4 rakaat sebelum shalat ashar, (sesudah shalat ashar tidak ada sunnah ba’diyah)
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib
e. 2 rakaat sebelum shalat isya
f. 2 rakaat sesudah shalat isya.
Diantara shalat-shalat tersebut ada ada yang dinamakan “sunnah muakad” artinya sunnah yang sangat kuat, yaitu:
a. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur
b. 2 rakaat sesudah shalat dzuhur
c. 2 rakaat sebelum shalat ashar
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib
e. 2 rakaat sebelum shalat isya
f. 2 rakaat sesudah shalat isya
Ada beberapa keuntungan dari beberapa shalat sunnah di atas yaitu : Keuntungan shalat sunnah sebelum subuh, Nabi Muhammad Saw Bersabda : “ Dari Aisyah ra. Bahwa Nabi Saw. Telah Bersabda : Dua rakaat fajar (shalat sunnah yang dikerjakan sebelum subuh) itu lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (H.R Muslim ), selanjutnya Keuntungan shalat sunnah sebelum dan sesudah dzuhur, dinyatakan oleh Nabi Muhammad dengan Sabdanya: “ Dari Ibnu Umar ra. Berkata : pernah saya shalat bersama Rasulullah Saw; dua rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudah jumat dan dua rakaat sesudah isya”. (H.R Bukhari dan Muslim).
Adapun Tata Cara dan Syarat Kondisi
1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah
2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.
3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.
4. Tidak didahului adzan dan qamat.
Shalat-shalat tersebut yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan “Qalbiyah”. Dan yang dikerjakan sesudah shalat fardhu dinamakan “Ba’diyah”.
Berdasarkan uraian di atas, tata cara shalat rawatib adalah aturan yang tersusun untuk melakukan sesuatu yang bernilai ibadah dan mempunyai amalan-amalan khusus sesuai dengan ketentuan hukum syara.
B. Rencana dan Prosedur Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII SMP 1 Cisewu, direncanakan dalam kurun waktu minggu ke 1 bulan Mei sampai minggu ke 2 bulan Mei 2011
2. Desain Penelitian adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas dengan alur kegiatan :
Refleksi awal Perencanan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Observasi, Refleksi, dan Evaluasi I Perencanan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Observasi, Refleksi, dan Evaluasi II.
Berdasarkan desain di atas, tahapan penellitian dijelaskan sebagai berikut:
a. Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam peragaan tata cara shalat rawatib.
b. Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan, yaitu menyusun instrument penelitian berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), memilih media visual, tes soal dan lembar observasi.
c. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan perencanaan pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data hasil lembar observasi dan hasil tes.
Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan I: Mempraktikkan shalat sunah rawatib qabliyah, dan pelaksanaan tindakan II: Mempraktikkan shalat sunah rawatib ba'diyah.
d. Observasi, Refleksi dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.

Kehidupanku…

Setiap orang pasti akan mengalami kehidupan, sedih, susah senang ataupun bahagia itulah kehidupan yang harus setiap orang hadapinya. Seperti apakah hidup yang baik itu? Sedikit saya akan cerita kisah-kisah hidupku…
Dikala waktu saya SD, saya pernah mendapat Peringkat 3 yang tak pernah disangka-sangka olehku karena memang hobiku waktu SD selalu main dan main hanya saja saya bisa belajar ketika menghadapi Ujian caturwulan itupun disuruh oleh orang tuaku.
Menginjak kelas 1 Tsanawiyyah saya mulai berpisah dari orang tua, selain statusku sebagai murid di sekolah, saya pun sebagai santri di pondok sekolah tersebut. Begitu asingnya nama pesantren bagiku sehingga ada rasa kecemasan dalam hati dalam mengemban statusku sebagai santri. Tetapi kecemasan-kecemasan tersebut lama kalamaan terhapuskan oleh kakak-kakak asrama dan pembimbing asrama/ ustadz yang selalu membimbingku dari hal yang terkecil sampai hal-hal yang besar. Semua suka duka selalu saya kenang begitu indahnya dan dapat menjadi proses pendawasaan buat saya, dari hal keseharian saya di pondok, ataupun kejadian-kejadian yang lucu, bahagia bahkan menyedihkan masih selalu saya kenang …
Hal yang paling indah ketika saya dengan teman saya berniat mengazzamkan diri untuk kuliah ke Mesir, dari sana saya dan teman selalu mentargetkan untuk menghafalkan al-Quran, dari mulai bagaimana metode menghafalnya, sampai minjam bukun ke salah satu ustadz di pesantren yang kebetulan ustadz tersebut kuliahnya di Libya. Disela-sela kesibukan untuk mencapai cita-cita tersebut sayapun di amanahi sebagai bidang Pendidikan dan Dakwah di salah satu Organisasi Santri yaitu ISFI (Ikatan Santri Firdaus).
Hal yang paling membanggakan lagi ketika Haflah Imtihan saya mendapat Juara 1 yang kebetulan saya lulus Tsanawiyyah, begitu merasa aneh yang biasanya saya mendapat 5 besar menjadi Juara 1 dan memang itu membutuhkan perjuangan yang sangat besar karena yang saya rasakan mata palajarannya sangat banyak yaitu sebanyak ± 30 mata pelajaran, dan Alhamdulillah ternyata pernah merasakan Juara 1 di Tingkat Tsanawiyyah… kebahagiaan yang sungguh luar biasa…
Ketika menginjak Aliyyah masih di sekolah yang sama, kebetulan pesantren sekolah saya di mulai dari RA/TK, Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah, dan Aliyyah. Saya berniat untuk menyibukan diri dengan sesuatu yang bermanfaat dari mulai saya ikutan kursus bahasa arab, bahasa inggris, dan aktif di salah satu organisasi d Thulabi Club disana kita dilibatkan dalam kegiatan mentoring, begitu indahnya hidup yang saya rasa…
Kebahagiaan lainnya ketika saya di Aliyyah Alhamdulillah saya selalu peringkat 1 sampai kelas XII dan Hal yang paling membahagiakan lagi ketika saya mendapat Beasiswa Depag untuk melanjutkan ke perguruan tinggi, setelah ada informasi bahwa kata ustadz harus kembali ke pesantren untuk persiapan pendaftaran, saya dan teman disibukkan untuk mengurus semua administrasi yang harus disiapkan dari mulai menentukkan Universitas dan Jurusannya, pada waktu itu saya memilih UIN Kalijaga jurusan Tafsir Hadits. Beberapa hari kemudian informasi tahap kedua di umumkan dari sana saya ada perasaan sedih dan ada juga perasaan senang karena yang lulus ke tahap tiga hanya saya sendiri. Dengan waktu yang sangat mendesak saya disibukkan untuk belajar lagi semua pelajaran untuk persiapan test yang diadakan di SMA cijerah yang pesertanya ± 5000 orang se-indonesia. Ada perasaan pesimis juga ketika itu, melihat dari berbagai keadaan. Dan akhirnya memang saya dinyatakan tidak lulus, ada perasaan sedih juga ketika itu mungkin memang dari persiapan atau dari usaha saya tidak maksimal. Tetapi walaupun demikian semua kejadian yang menimpa saya semuanya sangat bermanfaat dan dapat dijadikan pelajaran untuk saya.
Itulah kehidupan yang saya alami, kehidupan dapat berarti jika kita semua melakukannya dengan baik yang sesuai dengan ketentuan-Nya, sedih, senang itu hanya perjalanan kehidupan menuju kehidupan yang lebih Baik lagi…

Selasa, 12 Juli 2011

Catatan

Semangat pagi hawa… hawa… andai kita ditakdirkan tiada cinta dari adam untukmu… cukuplah hak Cinta Allah yang menyinari dan memenuhi jiwamu,biarkanlah haknya memenuhi jiwamu,, biarkanlah hak cinta kedua orangtuamu yang memberi kebahagiaan buat dirimu,,, cukuplah cinta adik bradik dan keluarga yang membahagiakan dirimu… keep spirit…
Allah tak pernah janjikan langit biru, jalan hidup tanpa batu, matahari tanpa hujan, kebahagiaan tanpa kesedihan, sukses tanpa perjuangan, tapi Allah akan janjikan kekuatan dari kelemahan.
Diantara yang dapat melemahkan iman adalah “Al-Futhur” : malas atau jemu, menunda-nunda, atau lamban setelah semangat dan bersungguh-sungguh maka Nabi selalu mendawamkan do’a : “ Allahuma inii au’dzubika mina ‘lajzi walkasali.
“ Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas”
Pernahkah kita berpikir kapan kita akan mati? Pernahkah kita meneteskan air mata karena mengingat dosa? Pernahkan kita membayangkan malaikat maut ada dihadapan kita?
Sudah siapkah kita kalau ajal menjemput? Cukupkah amal kita untuk masuk syurga?
Sudahkah kita beristighfar hari ini? Berapa banyak?
Saudaraku jika hari ini ku terlalu gembira sadarkanlahku dengan larangan Allah SWT. Jika ku bersedih tanpa kata bujuklah ku dengan tarbiyah sang Pencipta. Jika ku lemah tak berdaya ingatlah ku dengan kehebatan syurga. Jika antara kita ada tembok yang memisahkan ajaklah ku untuk melarikannya segera. Jika pernah hatimu terluka karena ku katakanlah agar aku berubah. Dan jika esok ku terlena tanpa terjaga iringilah lenaku dengan alunan do’a berjanjilah saudariku ukhuwah kita akan tetap terjaga…