A. Pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik apabila diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan kata yang beragam, seperti at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap kata tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda.
Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati.
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usrohyang berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah prosest ransformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.
B. Pentingnya Pendidikan akhlak dalam keluarga
Syariat Islam menuntun manusia menuju jalan yang lurus yakni akan membawa mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Quran banyak menyebut dan menunjukkan kedudukan akhlak sebagai bagian dari syariat islam. Allah swt memberikan gambaran mengenai Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya sebagai berikut:
“ Sesungguhnya engkau memiliki akhlak (budi pekerti)yang paling mulia” (Q.S. al-qalam :4)
Secara garis besar pendidikan yang harus dibina dalam keluarga adalah pendidikan akhlak, seperti dalam Hadits dikatakan bahwa “ Betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita dapat dimengertikan melalui doa Baginda Raulullah SAW yang bermaksud, “Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia sebagaimana Engkau menjadikan jasadku baik.” (Hadis riwayat Ahmad)
Satu lagi hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang sangat dicintai dan sangat dekat kedudukannya kepadaku pada hari akhirat ialah orang Islam yang paling baik akhlaknya dan sesungguhnya orang yang paling dibenci di kalangan kamu di sisiku dan yang paling jauh dariku di akhirat ialah orang yang buruk akhlaknya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Berbagai masalah sosial melanda umat Islam, khususnya di kalangan anak muda hari ini adalah kerana kurangnya penghayatan terhadap nilai sedia ada dalam ajaran Islam. Justru, untuk membina kembali imej dan umat Islam, maka kita perlu membangun dan membetulkan landasan akhlak mereka.
Kita perlu kembali menitik beratkan pendidikan akhlak yang tapak awalnya bermula di rumah dan kemudian nilai itu perlu diperkaya serta diperkukuhkan lagi melalui institusi pendidikan formal.
Apa yang perlu disadari, sumber pembinaan akhlak untuk membentuk personaliti dan jati diri umat Islam sudah tersedia dan terhidang di dalam al-Quran dan sunnah. Inilah satu-satunya warisan dan khazanah suluhan hidup umat Islam yang sepatutnya menjadi contoh teladan umat manusia.
Adapun Syari'at Allah kepada Nabinya.yaitu :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.” (HR. Malik dalam kitab Muwaththo')
Rasulullah saw juga bersabda:
ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا
“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian”.
Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah ra
أكثر ما يدخل الجنة تقوى الله وحسن الخلق
“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik dan taqwa kepada Allah”.
Adapun hadits lain juga yangenai tentang akhlak adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw bersabda: “ tiga hal di antara akhlak ahli syurga: memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat buruk kepadamu”. (H.R. Al- Thabrany).
“Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (H. R. Malik). “Sesuatu yang paling berat di atas timbangan kebaikan adalah akhlak yang baik.” (H.R. Abu Dawud)
Pada hadits lain disebutkan, seseorang telah datang ke hadapan Rasulullah Saw lalu berkata, “Apakah din (agama) itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kanannya, lalu bertanya lagi, “ apakah din itu?” Beliau bersabda, “Akhlak yang baik.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kirinya, lalu bertanya lagi, “ Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan Akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari belakangnya, lalu bertanya lagi, “Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak”. Lalu orang itu bertanya lagi, “ Wahai Rasulullah, apakah din itu?” Dan Rasulullah berpaling padanya lalu bersabda, “Tidak mengertikan kamu? Baiklah janganlah kau marah!”. (H.R. Muhammad ibn Nashr Al-Marwazi)
Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “ Allah tidaklah menyempurnakan jasad dan akhlak seseorang untuk dilahap api neraka” (H.R. Ibnu Addiy). Dikisahkan ada yang bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah kesialan itu?” Beliau bersabda, “Kejelekan akhlak” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain disebutkan, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Saw, “Berilah wasiat kepadaku.” Beliau bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada.” Orang itu berkata lagi, “ Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Sertakanlah perbuatan baik setelah perbuatan jahatmu; niscaya akan menghapusnya.” Orang itu berkata lagi, “Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.” (H.R. Al-Tirmidziy)
Di dalam al- Quran juga pun terdapat beberapa ayat mengenai tentang keutamaan akhlak, seperti :
“ Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(Q.S Al- A’raf : 199)
”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S Ali- Imran : 134)
Begitu pula dalam firman Allah pada riwayat luqman tentang hikmah:
“ wahai anakku, dirikanlah shalat, serulah orang-orang untuk berbuat ma’ruf, cegahlah kemunkaran dan bersabarlah atas sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya itu semua dari hal-hal yang patut diutamakan.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S Luqman : 18)
Pada ayat-ayat tersebut di atas, Allah mengisyaratkan kewajiban untuk berperilaku mulia. Ayat-ayat itu pun menunjukkan kebaikan akhlak dan keutamaannya. Allah berfirman:
“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan”.(Q.S Asy-Syu’ara:43)
Secara garis besar, ayat-ayat Al-Quran mengisyaratkan kepada kemuliaan akhlak dan kemanisan budi pekerti.
C. Pendidikan akhlak dalam keluarga
Secara garis besar pendidikan dalam keluarga yang harus dibina salah satunya yaitu pembinaan akhlak. keluarga dalam hal ini harus memahami keutamaan akhlak yang baik, kebaikan akhlak juga tergantung pada konsistensi kekuatan amarah dan syahwat yang sejalan dengan akal dan syarak. Konsistensi ini dapat dicapai dengan tiga jalan sebagai berikut:
Dengan kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah. Karena manusia diciptakan dan dilahirkan dengan kesempurnaan akal dan kebaikan akhlak, cukuplah itu baginya untuk menguasai amarah dan syahwatnya. Kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah merupakan karunia yang sejalan dengan akal dan syarak sehingga orang dapat menjadi alim tanpa belajar atau menjadi beradab tanpa penuntun.
Proses usaha pencapaian akhlak yang baik dilakukan dengan riyadlah dan mujahadah, yakni dengan melakukan amal perbuatan baik yang diinginkan. Dengan melakukan riyadlah dan mujahadah itu, diharapkan seseorang dapat menikmati perbuatan baik yang telah menjadi kebiasaan dirinya, bahkan dia membenci perbuatan-perbuatan buruk. Rasulullah Saw bersabda, “ Aku membiasakan diri menangis di waktu shalat”. (H.R. An-nasa’i)
Dengan menyaksikan orang-orang yang berakhlak baik dan berteman dengan mereka. Orang-orang seperti itu adalah teman-teman yang baik dan menuju kebaikan. Kepribadian seseorang bisa merupakan adopsi dari kepribadian orang lain, apakah itu kepribadian baik atau kepribadian buruk.
Jika sifat paling mulia hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, kita sebagai orangtua juga harus menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak, membimbing mereka tumbuh dengannya, mengajari mereka setiap saat dan menjadi suri teladan. Tidak ada artinya orang mengajarkan akhlak mulia, sementara kehidupan ia sendiri bertolak belakang dengannya. Akan sulit menanamkan kemuliaan dalam perilaku anak jika kita tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata diri kita sendiri.
Adapun cara untuk menumbuhkan akhlak yang mulia adalah, diantaranya yaitu:
1. Menanamkan kejujuran
Seorang bapak harus benar-benar jujur dalam menghadapi anak-anaknya. Ia harus menjawab setiap pertanyaan anak dengan jawaban yang sederhana dan jujur.
Doronglah anak-anak supaya selalu jujur. Hindari cara-cara kasar ketika menghalangi kedustaan mereka.
Ingatkan anak anda pada sabda Nabi Saw dalam riwayat at-Tabrani, “ Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak jujur dan tidak ada artinya agama bagi orang yang tidak menepati janji” Dalam riwayat lain, beliau bersabda : “ Tunaikanlah amanat kepada orang yang telah mengamati kamu dan jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu”
2. Keberanian
Berilah pujian terhadap setiap upaya anak yang mengandung unsur keberanian. Segeralah menyatakan meskipun muncul pada usia dini.
Perhatikanlah keberanian di depan anak-anak dan berceritalah tentangnya. Kepribadian anda harus menjadi suri teladan bagi mereka. Anda juga boleh menceritakannya, bukan untuk membuat kesulitan-kesulitan dalam kehidupan anda, tetapi dengan cara yang tulus sehingga mereka memahami bahwa ada hal-hal sulit yang dialami bahkan oleh orang dewasa sekalipun. Ajarkan kepada mereka, keberanian adalah berani berbuat benar dan bersegera membantu orang lain, berpikir sebelum mengambil suatu langkah, dan memohon pertolongan Allah Swt sebelum melakukan ssegala sesuatu.
3. Bergaul dengan baik
Ingatkanlah anak-anak anda pada prinsip Qurani;
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.(Q.S. Fushilat : 34)
Ajarkan kepada mereka bahwa kalau ada orang yang mau mengamalkan prinsip ini tentu tidak akan terjadi permusuhan dan pertikaian.
Ajarkan kepada mereka bahwa pergaulan memerlukan sikap rendah hati, hati-hati dan tekad yang kuat. Rendah hati menunjukkan kekuatan, bukan kehinaan. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk rendah hati tanpa merasa hina dan keji. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian rendah hati dan hendaklah kalian tidak bertengkar dengan jiwa yang lain” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kita wajib bersikap lemah lembut dalam segala sesuatu. Rasulullah Saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan. Dia memberikan sesuatu kepada kelembutan yang tidak Dia berikan kepada kekasaran.” (H.R. Muslim)
Ketenangan dan kemantapan jiwa adalah nalia-nilai mulia. Rasulullah Saw bersabda, “ Maukah aku katakan kepada kalian orang yang haram terkena api neraka? Yaitu setiap orang yang lemah lembut dan mudah (menerima kebenaran).” (H.R. at-Tirmidzi)
Seorang mukmin bukan pribadi yang keras dan kaku. Allah Swt berfirman : “
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka ….”
Ajarkan sejak kecil bahwa bergaul dengan baik merupakan aktivitas nyata. Jika anak meminta sesuatu berulang-ulang dengan gelisah dan suara keras, mintalah ia untuk bersikap tenang dahulu, jangan sampai anda larut dalam kemarahannya. Tenangkan juga diri anda, kemudian ajaklah ia untuk duduk di bangku, jika anda yakin gejolak emosinya sudah mereda, berikanlah sesuatu yang diinginkan. Buatlah ia mengerti bahwa kebaikan dan ketenangan telah membantunya mendapatkan sesuatu, bukan emosi dan kemarahan. Emosi dan kemarahan tidak akan mendatangkan kebaikan dan memberikan manfaat apapun kepada kita.
Ajarkan anak-anak anda bahwa orang harus bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dan Allah Swt berfirman; “
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Rasulullah Saw bersabda, “ Tidak ada makanan yag lebih baik daripada makanan hasil jerih payah sendiri.” (H.R. Bukhari). Anak-anak harus berusaha selalu belajar dengan tekun dan rajin agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri.
Pelajari kemampuan anak-anak anda. Telusuri minat dan bakatnya. Bantulah mereka mengenali jati dirinya.
Biarkan anda-anda meraih rekornya sendiri tanpa harus disbanding-banding dengan orang lain.
Berilah penghargaan pada setiap upaya yang telah mereka lakukan.
Upayakan semaksimal mungkin, anda lebih banyak mengajukan usulan atau pilihan daripada menyuruhnya.
Upayakan untuk mengurangi pemberian putusan-putusan.
Tanyakanlah kepada mereka perihal kelemahannya dan kendala terbesar yang ia hadapi. Bantulah ia memahami bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Allah Swt berfirman: “
“(5) Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6.) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Tidak berlebihan dan disiplin
Allah Swt memberikan gelar bagi orang yang beriman melalui firman-Nya, “
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan”.
Ajari anak anda, dalam setiap perkara yang diperbolehkan, agar tidak berlebihan dalam makan, minum, berbicara, berolahraga, bergaul. Ajari ia untuk mengenal batas-batas kemampuan badan dan akal serta menghindari sikap berlebihan dan hilang kendali diri.
4. ‘iffah dan ikhlas
Allah Swt menyebutkan bahwa salah satu sifat mukmin adalah menjaga diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang haram. Allah Swt berfirman; “
“5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki”.
Orangtua yang mulia dan dapat menjaga kesucian dirinya akan menghasilkan anak-anak seperti mereka. Menjaga kesucian diri bukan berarti penghalang atau penghancur manusia sebagaimana pernyataan orang-orang yang suka mengumbar hawa nafsu, tetapi sarana kebaikan bagi umat manusia. Tanpa menjaga kesucian diri, hawa nafsu akan bebas dalam setiap kesempatan untuk berbuat sesuatu yang mencelakainya dan hancur bersamanya.
5. Menepati janji
Allah Swt berfirman. “
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.
6. Menghargai
Rasulullah Saw bersabda, “ Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati orangtua, menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak orang yang berilmu”. (H.R. Ahmad, al-Hakim dan at-Thabrani)
Jika kita menginginkan anak dapat menghormati orang lain, maka kita wajib memulainya dari diri kita sendiri. Kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka dalam sikap penuh penghormatan. Kita buat mereka merasa sebagai orang yang dihormati.
7. Rasa cinta
8. Mementingkan orang lain
Ajarkan kepada anak anda intisari sabda Rasul Saw, “ Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)
Ingatkanlah kepada mereka bahwa penduduk Madinah adalah penghulu atau figur orang-orang yang mementingkan orang lain sehingga menjadi panutan setiap orang, baik masa dahulu maupun sekarang. Dengan suka cita mereka menerima dan menolong kaum muhajirin dari Mekah serta berbagai apapun yang mereka miliki.
Allah Swt menurunkan ayat-Nya yang terus diperdengarkan sampai hari kiamat; “
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.
Ajarkan kepada mereka agar merasakan kebutuhan orang lain. Kebahagiaan pun akan muncul setelah memberikan kesenangan kepada orang lain.
9. Lemah lembut
Ingatlah bahwa anak-anak anda setiap waktu bahwa pribadi yang lembut dan sopan lebih dekat dengan hati orang lain, lebih dicintai dan disukai oleh orang lain. Allah Swt mengingatkan nabi-Nya yang memiliki akhlak mulia melalui firman-Nya;
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka”. (Q.S. Ali-Imran: 159)
Upayakan kita selalu penuh dengan rasa cinta, sikap lembut, dan sopan terhadap semua orang, termasuk kepada anak-anak anda. Perbanyak ungkapan-ungkapan kata-kata seperti “ terima kasih”, “tolong”, dan “maaf”. Bersikap bijaklah dalam setiap perilaku anda.
10. Adil
Bersikap adil kepada anak-anak supaya mereka menerti bahwa tidak ada diskriminasi di antara mereka. Jangan sampai terjadi satu orang mendapatkan hasiah sedangkan yang lainnya tidak. Jika ada yang bersalah, satu orang dihukum sementara orang lain tidak.
Pada intinya menanamkan norma-norma seperti di atas bukan hanya sekali dalam hidup ini. Anda harus terus memantaunya agar tertanam dengan kuat dalam jiwa mereka sepanjang hayat sehingga mereka menjadi anak sholeh yang dapat membahagiakan orangtuanya di dunia dan akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan syamsi pasya,
Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Sholeh. Pustaka Rahmat. Bandung : 2010.
Imam Yahya Ibn Hamzah,
Riyadlah Upaya Pembinaan Akhlak, Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000.
http://www.mail-archive.com/milis-muslim@yahoogroups.com/msg00576.html
http://wordpress.com/2009/01/16/pendidikan-dalam-keluarga/
Blog ini merupakan salah satu pembelajaran bagi saya dan semoga bermanfaat untuk ikhwah fillah semuanya...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Minggu, 17 Juli 2011
Pendidikan Akhlak dalam Keluarga
A. Pengertian pendidikan akhlak dalam keluarga
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik apabila diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan kata yang beragam, seperti at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap kata tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda.
Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati.
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usrohyang berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah prosest ransformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.
B. Pentingnya Pendidikan akhlak dalam keluarga
Syariat Islam menuntun manusia menuju jalan yang lurus yakni akan membawa mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Quran banyak menyebut dan menunjukkan kedudukan akhlak sebagai bagian dari syariat islam. Allah swt memberikan gambaran mengenai Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya sebagai berikut:
“ Sesungguhnya engkau memiliki akhlak (budi pekerti)yang paling mulia” (Q.S. al-qalam :4)
Secara garis besar pendidikan yang harus dibina dalam keluarga adalah pendidikan akhlak, seperti dalam Hadits dikatakan bahwa “ Betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita dapat dimengertikan melalui doa Baginda Raulullah SAW yang bermaksud, “Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia sebagaimana Engkau menjadikan jasadku baik.” (Hadis riwayat Ahmad)
Satu lagi hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang sangat dicintai dan sangat dekat kedudukannya kepadaku pada hari akhirat ialah orang Islam yang paling baik akhlaknya dan sesungguhnya orang yang paling dibenci di kalangan kamu di sisiku dan yang paling jauh dariku di akhirat ialah orang yang buruk akhlaknya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Berbagai masalah sosial melanda umat Islam, khususnya di kalangan anak muda hari ini adalah kerana kurangnya penghayatan terhadap nilai sedia ada dalam ajaran Islam. Justru, untuk membina kembali imej dan umat Islam, maka kita perlu membangun dan membetulkan landasan akhlak mereka.
Kita perlu kembali menitik beratkan pendidikan akhlak yang tapak awalnya bermula di rumah dan kemudian nilai itu perlu diperkaya serta diperkukuhkan lagi melalui institusi pendidikan formal.
Apa yang perlu disadari, sumber pembinaan akhlak untuk membentuk personaliti dan jati diri umat Islam sudah tersedia dan terhidang di dalam al-Quran dan sunnah. Inilah satu-satunya warisan dan khazanah suluhan hidup umat Islam yang sepatutnya menjadi contoh teladan umat manusia.
Adapun Syari'at Allah kepada Nabinya.yaitu :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.” (HR. Malik dalam kitab Muwaththo')
Rasulullah saw juga bersabda:
ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا
“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian”.
Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah ra
أكثر ما يدخل الجنة تقوى الله وحسن الخلق
“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik dan taqwa kepada Allah”.
Adapun hadits lain juga yangenai tentang akhlak adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw bersabda: “ tiga hal di antara akhlak ahli syurga: memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat buruk kepadamu”. (H.R. Al- Thabrany).
“Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (H. R. Malik). “Sesuatu yang paling berat di atas timbangan kebaikan adalah akhlak yang baik.” (H.R. Abu Dawud)
Pada hadits lain disebutkan, seseorang telah datang ke hadapan Rasulullah Saw lalu berkata, “Apakah din (agama) itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kanannya, lalu bertanya lagi, “ apakah din itu?” Beliau bersabda, “Akhlak yang baik.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kirinya, lalu bertanya lagi, “ Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan Akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari belakangnya, lalu bertanya lagi, “Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak”. Lalu orang itu bertanya lagi, “ Wahai Rasulullah, apakah din itu?” Dan Rasulullah berpaling padanya lalu bersabda, “Tidak mengertikan kamu? Baiklah janganlah kau marah!”. (H.R. Muhammad ibn Nashr Al-Marwazi)
Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “ Allah tidaklah menyempurnakan jasad dan akhlak seseorang untuk dilahap api neraka” (H.R. Ibnu Addiy). Dikisahkan ada yang bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah kesialan itu?” Beliau bersabda, “Kejelekan akhlak” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain disebutkan, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Saw, “Berilah wasiat kepadaku.” Beliau bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada.” Orang itu berkata lagi, “ Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Sertakanlah perbuatan baik setelah perbuatan jahatmu; niscaya akan menghapusnya.” Orang itu berkata lagi, “Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.” (H.R. Al-Tirmidziy)
Di dalam al- Quran juga pun terdapat beberapa ayat mengenai tentang keutamaan akhlak, seperti :
“ Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(Q.S Al- A’raf : 199)
”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S Ali- Imran : 134)
Begitu pula dalam firman Allah pada riwayat luqman tentang hikmah:
“ wahai anakku, dirikanlah shalat, serulah orang-orang untuk berbuat ma’ruf, cegahlah kemunkaran dan bersabarlah atas sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya itu semua dari hal-hal yang patut diutamakan.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S Luqman : 18)
Pada ayat-ayat tersebut di atas, Allah mengisyaratkan kewajiban untuk berperilaku mulia. Ayat-ayat itu pun menunjukkan kebaikan akhlak dan keutamaannya. Allah berfirman:
“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan”.(Q.S Asy-Syu’ara:43)
Secara garis besar, ayat-ayat Al-Quran mengisyaratkan kepada kemuliaan akhlak dan kemanisan budi pekerti.
C. Pendidikan akhlak dalam keluarga
Secara garis besar pendidikan dalam keluarga yang harus dibina salah satunya yaitu pembinaan akhlak. keluarga dalam hal ini harus memahami keutamaan akhlak yang baik, kebaikan akhlak juga tergantung pada konsistensi kekuatan amarah dan syahwat yang sejalan dengan akal dan syarak. Konsistensi ini dapat dicapai dengan tiga jalan sebagai berikut:
Dengan kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah. Karena manusia diciptakan dan dilahirkan dengan kesempurnaan akal dan kebaikan akhlak, cukuplah itu baginya untuk menguasai amarah dan syahwatnya. Kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah merupakan karunia yang sejalan dengan akal dan syarak sehingga orang dapat menjadi alim tanpa belajar atau menjadi beradab tanpa penuntun.
Proses usaha pencapaian akhlak yang baik dilakukan dengan riyadlah dan mujahadah, yakni dengan melakukan amal perbuatan baik yang diinginkan. Dengan melakukan riyadlah dan mujahadah itu, diharapkan seseorang dapat menikmati perbuatan baik yang telah menjadi kebiasaan dirinya, bahkan dia membenci perbuatan-perbuatan buruk. Rasulullah Saw bersabda, “ Aku membiasakan diri menangis di waktu shalat”. (H.R. An-nasa’i)
Dengan menyaksikan orang-orang yang berakhlak baik dan berteman dengan mereka. Orang-orang seperti itu adalah teman-teman yang baik dan menuju kebaikan. Kepribadian seseorang bisa merupakan adopsi dari kepribadian orang lain, apakah itu kepribadian baik atau kepribadian buruk.
Jika sifat paling mulia hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, kita sebagai orangtua juga harus menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak, membimbing mereka tumbuh dengannya, mengajari mereka setiap saat dan menjadi suri teladan. Tidak ada artinya orang mengajarkan akhlak mulia, sementara kehidupan ia sendiri bertolak belakang dengannya. Akan sulit menanamkan kemuliaan dalam perilaku anak jika kita tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata diri kita sendiri.
Adapun cara untuk menumbuhkan akhlak yang mulia adalah, diantaranya yaitu:
1. Menanamkan kejujuran
Seorang bapak harus benar-benar jujur dalam menghadapi anak-anaknya. Ia harus menjawab setiap pertanyaan anak dengan jawaban yang sederhana dan jujur.
Doronglah anak-anak supaya selalu jujur. Hindari cara-cara kasar ketika menghalangi kedustaan mereka.
Ingatkan anak anda pada sabda Nabi Saw dalam riwayat at-Tabrani, “ Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak jujur dan tidak ada artinya agama bagi orang yang tidak menepati janji” Dalam riwayat lain, beliau bersabda : “ Tunaikanlah amanat kepada orang yang telah mengamati kamu dan jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu”
2. Keberanian
Berilah pujian terhadap setiap upaya anak yang mengandung unsur keberanian. Segeralah menyatakan meskipun muncul pada usia dini.
Perhatikanlah keberanian di depan anak-anak dan berceritalah tentangnya. Kepribadian anda harus menjadi suri teladan bagi mereka. Anda juga boleh menceritakannya, bukan untuk membuat kesulitan-kesulitan dalam kehidupan anda, tetapi dengan cara yang tulus sehingga mereka memahami bahwa ada hal-hal sulit yang dialami bahkan oleh orang dewasa sekalipun. Ajarkan kepada mereka, keberanian adalah berani berbuat benar dan bersegera membantu orang lain, berpikir sebelum mengambil suatu langkah, dan memohon pertolongan Allah Swt sebelum melakukan ssegala sesuatu.
3. Bergaul dengan baik
Ingatkanlah anak-anak anda pada prinsip Qurani;
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.(Q.S. Fushilat : 34)
Ajarkan kepada mereka bahwa kalau ada orang yang mau mengamalkan prinsip ini tentu tidak akan terjadi permusuhan dan pertikaian.
Ajarkan kepada mereka bahwa pergaulan memerlukan sikap rendah hati, hati-hati dan tekad yang kuat. Rendah hati menunjukkan kekuatan, bukan kehinaan. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk rendah hati tanpa merasa hina dan keji. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian rendah hati dan hendaklah kalian tidak bertengkar dengan jiwa yang lain” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kita wajib bersikap lemah lembut dalam segala sesuatu. Rasulullah Saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan. Dia memberikan sesuatu kepada kelembutan yang tidak Dia berikan kepada kekasaran.” (H.R. Muslim)
Ketenangan dan kemantapan jiwa adalah nalia-nilai mulia. Rasulullah Saw bersabda, “ Maukah aku katakan kepada kalian orang yang haram terkena api neraka? Yaitu setiap orang yang lemah lembut dan mudah (menerima kebenaran).” (H.R. at-Tirmidzi)
Seorang mukmin bukan pribadi yang keras dan kaku. Allah Swt berfirman : “
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka ….”
Ajarkan sejak kecil bahwa bergaul dengan baik merupakan aktivitas nyata. Jika anak meminta sesuatu berulang-ulang dengan gelisah dan suara keras, mintalah ia untuk bersikap tenang dahulu, jangan sampai anda larut dalam kemarahannya. Tenangkan juga diri anda, kemudian ajaklah ia untuk duduk di bangku, jika anda yakin gejolak emosinya sudah mereda, berikanlah sesuatu yang diinginkan. Buatlah ia mengerti bahwa kebaikan dan ketenangan telah membantunya mendapatkan sesuatu, bukan emosi dan kemarahan. Emosi dan kemarahan tidak akan mendatangkan kebaikan dan memberikan manfaat apapun kepada kita.
Ajarkan anak-anak anda bahwa orang harus bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dan Allah Swt berfirman; “
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Rasulullah Saw bersabda, “ Tidak ada makanan yag lebih baik daripada makanan hasil jerih payah sendiri.” (H.R. Bukhari). Anak-anak harus berusaha selalu belajar dengan tekun dan rajin agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri.
Pelajari kemampuan anak-anak anda. Telusuri minat dan bakatnya. Bantulah mereka mengenali jati dirinya.
Biarkan anda-anda meraih rekornya sendiri tanpa harus disbanding-banding dengan orang lain.
Berilah penghargaan pada setiap upaya yang telah mereka lakukan.
Upayakan semaksimal mungkin, anda lebih banyak mengajukan usulan atau pilihan daripada menyuruhnya.
Upayakan untuk mengurangi pemberian putusan-putusan.
Tanyakanlah kepada mereka perihal kelemahannya dan kendala terbesar yang ia hadapi. Bantulah ia memahami bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Allah Swt berfirman: “
“(5) Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6.) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Tidak berlebihan dan disiplin
Allah Swt memberikan gelar bagi orang yang beriman melalui firman-Nya, “
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan”.
Ajari anak anda, dalam setiap perkara yang diperbolehkan, agar tidak berlebihan dalam makan, minum, berbicara, berolahraga, bergaul. Ajari ia untuk mengenal batas-batas kemampuan badan dan akal serta menghindari sikap berlebihan dan hilang kendali diri.
4. ‘iffah dan ikhlas
Allah Swt menyebutkan bahwa salah satu sifat mukmin adalah menjaga diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang haram. Allah Swt berfirman; “
“5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki”.
Orangtua yang mulia dan dapat menjaga kesucian dirinya akan menghasilkan anak-anak seperti mereka. Menjaga kesucian diri bukan berarti penghalang atau penghancur manusia sebagaimana pernyataan orang-orang yang suka mengumbar hawa nafsu, tetapi sarana kebaikan bagi umat manusia. Tanpa menjaga kesucian diri, hawa nafsu akan bebas dalam setiap kesempatan untuk berbuat sesuatu yang mencelakainya dan hancur bersamanya.
5. Menepati janji
Allah Swt berfirman. “
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.
6. Menghargai
Rasulullah Saw bersabda, “ Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati orangtua, menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak orang yang berilmu”. (H.R. Ahmad, al-Hakim dan at-Thabrani)
Jika kita menginginkan anak dapat menghormati orang lain, maka kita wajib memulainya dari diri kita sendiri. Kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka dalam sikap penuh penghormatan. Kita buat mereka merasa sebagai orang yang dihormati.
7. Rasa cinta
8. Mementingkan orang lain
Ajarkan kepada anak anda intisari sabda Rasul Saw, “ Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)
Ingatkanlah kepada mereka bahwa penduduk Madinah adalah penghulu atau figur orang-orang yang mementingkan orang lain sehingga menjadi panutan setiap orang, baik masa dahulu maupun sekarang. Dengan suka cita mereka menerima dan menolong kaum muhajirin dari Mekah serta berbagai apapun yang mereka miliki.
Allah Swt menurunkan ayat-Nya yang terus diperdengarkan sampai hari kiamat; “
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.
Ajarkan kepada mereka agar merasakan kebutuhan orang lain. Kebahagiaan pun akan muncul setelah memberikan kesenangan kepada orang lain.
9. Lemah lembut
Ingatlah bahwa anak-anak anda setiap waktu bahwa pribadi yang lembut dan sopan lebih dekat dengan hati orang lain, lebih dicintai dan disukai oleh orang lain. Allah Swt mengingatkan nabi-Nya yang memiliki akhlak mulia melalui firman-Nya;
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka”. (Q.S. Ali-Imran: 159)
Upayakan kita selalu penuh dengan rasa cinta, sikap lembut, dan sopan terhadap semua orang, termasuk kepada anak-anak anda. Perbanyak ungkapan-ungkapan kata-kata seperti “ terima kasih”, “tolong”, dan “maaf”. Bersikap bijaklah dalam setiap perilaku anda.
10. Adil
Bersikap adil kepada anak-anak supaya mereka menerti bahwa tidak ada diskriminasi di antara mereka. Jangan sampai terjadi satu orang mendapatkan hasiah sedangkan yang lainnya tidak. Jika ada yang bersalah, satu orang dihukum sementara orang lain tidak.
Pada intinya menanamkan norma-norma seperti di atas bukan hanya sekali dalam hidup ini. Anda harus terus memantaunya agar tertanam dengan kuat dalam jiwa mereka sepanjang hayat sehingga mereka menjadi anak sholeh yang dapat membahagiakan orangtuanya di dunia dan akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan syamsi pasya,
Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Sholeh. Pustaka Rahmat. Bandung : 2010.
Imam Yahya Ibn Hamzah,
Riyadlah Upaya Pembinaan Akhlak, Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000.
http://www.mail-archive.com/milis-muslim@yahoogroups.com/msg00576.html
http://wordpress.com/2009/01/16/pendidikan-dalam-keluarga/
Kata pendidikan menurut etimologi berasal dari kata dasar didik apabila diberi awalan me, menjadi mendidik maka akan membentuk kata kerja yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran). Sedangkan bila berbentuk kata benda akan menjadi pendidikan yang memiliki arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Istilah pendidikan dalam konteks Islam telah banyak dikenal dengan menggunakan kata yang beragam, seperti at-Tarbiyah, at-Ta’lim dan at-Ta’dib. Setiap kata tersebut mempunyai makna dan pemahaman yang berbeda.
Akhlak adalah keadaan batin seseorang yang menjadi sumber lahirnya perbuatan dimana perbuatan itu lahir dengan mudah tanpa memikirkan untung rugi. Orang yang berakhlak baik, melakukan kebaikan secara spontan tanpa pamrih apapun, demikian juga orang yang berakhlak buruk, melakukan keburukan secara spontan tanpa mempertimbangkan akibat bagi dirinya maupun bagi yang dijahati.
Keluarga dalam bahasa Arab adalah al-Usrohyang berasal dari kata al-asru yang secara etimologis mampunyai arti ikatan. Kata keluarga dapat diambil kefahaman sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, atau suatu organisasi bio-psiko-sosio-spiritual dimana anggota keluarga terkait dalam suatu ikatan khusus untuk hidup bersama dalam ikatan perkawinan dan bukan ikatan yang sifatnya statis dan membelenggu dengan saling menjaga keharmonisan hubungan satu dengan yang lain atau hubungan silaturrahim. Al- Razi mengatakanal-asru maknanya mengikat dengan tali, kemudian meluas menjadi segala sesuatu yang diikat baik dengan tali atau yang lain. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian pendidikan keluarga adalah prosest ransformasi prilaku dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil dalam masyarakat. Sebab keluarga merupakan lingkungan budaya yang pertama dan utama dalam menanamkan norma dan mengembangkan berbagai kebiasaan dan prilaku yang penting bagi kehidupan pribadi,keluarga dan masyarakat.
B. Pentingnya Pendidikan akhlak dalam keluarga
Syariat Islam menuntun manusia menuju jalan yang lurus yakni akan membawa mereka meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Quran banyak menyebut dan menunjukkan kedudukan akhlak sebagai bagian dari syariat islam. Allah swt memberikan gambaran mengenai Nabi Muhammad Saw dalam firman-Nya sebagai berikut:
“ Sesungguhnya engkau memiliki akhlak (budi pekerti)yang paling mulia” (Q.S. al-qalam :4)
Secara garis besar pendidikan yang harus dibina dalam keluarga adalah pendidikan akhlak, seperti dalam Hadits dikatakan bahwa “ Betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan kita dapat dimengertikan melalui doa Baginda Raulullah SAW yang bermaksud, “Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia sebagaimana Engkau menjadikan jasadku baik.” (Hadis riwayat Ahmad)
Satu lagi hadis Nabi SAW yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang sangat dicintai dan sangat dekat kedudukannya kepadaku pada hari akhirat ialah orang Islam yang paling baik akhlaknya dan sesungguhnya orang yang paling dibenci di kalangan kamu di sisiku dan yang paling jauh dariku di akhirat ialah orang yang buruk akhlaknya.” (Hadis riwayat Ahmad)
Berbagai masalah sosial melanda umat Islam, khususnya di kalangan anak muda hari ini adalah kerana kurangnya penghayatan terhadap nilai sedia ada dalam ajaran Islam. Justru, untuk membina kembali imej dan umat Islam, maka kita perlu membangun dan membetulkan landasan akhlak mereka.
Kita perlu kembali menitik beratkan pendidikan akhlak yang tapak awalnya bermula di rumah dan kemudian nilai itu perlu diperkaya serta diperkukuhkan lagi melalui institusi pendidikan formal.
Apa yang perlu disadari, sumber pembinaan akhlak untuk membentuk personaliti dan jati diri umat Islam sudah tersedia dan terhidang di dalam al-Quran dan sunnah. Inilah satu-satunya warisan dan khazanah suluhan hidup umat Islam yang sepatutnya menjadi contoh teladan umat manusia.
Adapun Syari'at Allah kepada Nabinya.yaitu :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq mulia.” (HR. Malik dalam kitab Muwaththo')
Rasulullah saw juga bersabda:
ألا أخبركم بأحبكم إلي وأقربكم منى مجلسًا يوم القيامة قالوا بلى قال أحسنكم خلقًا
“Maukah kalian aku beritahukan tentang seseorang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku tempat duduknya pada hari kiamat kelak?”, para sahabat menjawab: “tentu”, Beliaupun bersabda: “dia adalah orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian”.
Dan disebutkan didalam hadits Abu Hurairah ra
أكثر ما يدخل الجنة تقوى الله وحسن الخلق
“(Amalan) yang paling banyak memasukkan ke jannah adalah akhlak yang baik dan taqwa kepada Allah”.
Adapun hadits lain juga yangenai tentang akhlak adalah sebagai berikut:
Rasulullah saw bersabda: “ tiga hal di antara akhlak ahli syurga: memaafkan orang yang telah menganiayamu, memberi kepada orang yang mengharamkanmu, dan berbuat baik terhadap orang yang telah berbuat buruk kepadamu”. (H.R. Al- Thabrany).
“Aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak (H. R. Malik). “Sesuatu yang paling berat di atas timbangan kebaikan adalah akhlak yang baik.” (H.R. Abu Dawud)
Pada hadits lain disebutkan, seseorang telah datang ke hadapan Rasulullah Saw lalu berkata, “Apakah din (agama) itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kanannya, lalu bertanya lagi, “ apakah din itu?” Beliau bersabda, “Akhlak yang baik.” Kemudian orang itu mendatanginya dari sebelah kirinya, lalu bertanya lagi, “ Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan Akhlak.” Kemudian orang itu mendatanginya dari belakangnya, lalu bertanya lagi, “Apakah din itu?” Beliau bersabda, “Kebaikan akhlak”. Lalu orang itu bertanya lagi, “ Wahai Rasulullah, apakah din itu?” Dan Rasulullah berpaling padanya lalu bersabda, “Tidak mengertikan kamu? Baiklah janganlah kau marah!”. (H.R. Muhammad ibn Nashr Al-Marwazi)
Rasulullah Saw juga pernah bersabda: “ Allah tidaklah menyempurnakan jasad dan akhlak seseorang untuk dilahap api neraka” (H.R. Ibnu Addiy). Dikisahkan ada yang bertanya kepada Rasulullah Saw, “Apakah kesialan itu?” Beliau bersabda, “Kejelekan akhlak” (H.R. Ahmad). Dalam hadits lain disebutkan, ada seseorang berkata kepada Rasulullah Saw, “Berilah wasiat kepadaku.” Beliau bersabda, “Takutlah kepada Allah di manapun kamu berada.” Orang itu berkata lagi, “ Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Sertakanlah perbuatan baik setelah perbuatan jahatmu; niscaya akan menghapusnya.” Orang itu berkata lagi, “Berilah tambahan wasiat.” Beliau bersabda, “Bergaullah dengan orang-orang dengan akhlak yang baik.” (H.R. Al-Tirmidziy)
Di dalam al- Quran juga pun terdapat beberapa ayat mengenai tentang keutamaan akhlak, seperti :
“ Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(Q.S Al- A’raf : 199)
”(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (Q.S Ali- Imran : 134)
Begitu pula dalam firman Allah pada riwayat luqman tentang hikmah:
“ wahai anakku, dirikanlah shalat, serulah orang-orang untuk berbuat ma’ruf, cegahlah kemunkaran dan bersabarlah atas sesuatu yang menimpamu. Sesungguhnya itu semua dari hal-hal yang patut diutamakan.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Q.S Luqman : 18)
Pada ayat-ayat tersebut di atas, Allah mengisyaratkan kewajiban untuk berperilaku mulia. Ayat-ayat itu pun menunjukkan kebaikan akhlak dan keutamaannya. Allah berfirman:
“Tetapi orang yang bersabar dan mema'afkan, Sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diutamakan”.(Q.S Asy-Syu’ara:43)
Secara garis besar, ayat-ayat Al-Quran mengisyaratkan kepada kemuliaan akhlak dan kemanisan budi pekerti.
C. Pendidikan akhlak dalam keluarga
Secara garis besar pendidikan dalam keluarga yang harus dibina salah satunya yaitu pembinaan akhlak. keluarga dalam hal ini harus memahami keutamaan akhlak yang baik, kebaikan akhlak juga tergantung pada konsistensi kekuatan amarah dan syahwat yang sejalan dengan akal dan syarak. Konsistensi ini dapat dicapai dengan tiga jalan sebagai berikut:
Dengan kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah. Karena manusia diciptakan dan dilahirkan dengan kesempurnaan akal dan kebaikan akhlak, cukuplah itu baginya untuk menguasai amarah dan syahwatnya. Kemurahan ilahiah dan kesempurnaan fitrah merupakan karunia yang sejalan dengan akal dan syarak sehingga orang dapat menjadi alim tanpa belajar atau menjadi beradab tanpa penuntun.
Proses usaha pencapaian akhlak yang baik dilakukan dengan riyadlah dan mujahadah, yakni dengan melakukan amal perbuatan baik yang diinginkan. Dengan melakukan riyadlah dan mujahadah itu, diharapkan seseorang dapat menikmati perbuatan baik yang telah menjadi kebiasaan dirinya, bahkan dia membenci perbuatan-perbuatan buruk. Rasulullah Saw bersabda, “ Aku membiasakan diri menangis di waktu shalat”. (H.R. An-nasa’i)
Dengan menyaksikan orang-orang yang berakhlak baik dan berteman dengan mereka. Orang-orang seperti itu adalah teman-teman yang baik dan menuju kebaikan. Kepribadian seseorang bisa merupakan adopsi dari kepribadian orang lain, apakah itu kepribadian baik atau kepribadian buruk.
Jika sifat paling mulia hanya diberikan kepada Nabi Muhammad Saw, kita sebagai orangtua juga harus menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak, membimbing mereka tumbuh dengannya, mengajari mereka setiap saat dan menjadi suri teladan. Tidak ada artinya orang mengajarkan akhlak mulia, sementara kehidupan ia sendiri bertolak belakang dengannya. Akan sulit menanamkan kemuliaan dalam perilaku anak jika kita tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata diri kita sendiri.
Adapun cara untuk menumbuhkan akhlak yang mulia adalah, diantaranya yaitu:
1. Menanamkan kejujuran
Seorang bapak harus benar-benar jujur dalam menghadapi anak-anaknya. Ia harus menjawab setiap pertanyaan anak dengan jawaban yang sederhana dan jujur.
Doronglah anak-anak supaya selalu jujur. Hindari cara-cara kasar ketika menghalangi kedustaan mereka.
Ingatkan anak anda pada sabda Nabi Saw dalam riwayat at-Tabrani, “ Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak jujur dan tidak ada artinya agama bagi orang yang tidak menepati janji” Dalam riwayat lain, beliau bersabda : “ Tunaikanlah amanat kepada orang yang telah mengamati kamu dan jangan mengkhianati orang yang berkhianat kepadamu”
2. Keberanian
Berilah pujian terhadap setiap upaya anak yang mengandung unsur keberanian. Segeralah menyatakan meskipun muncul pada usia dini.
Perhatikanlah keberanian di depan anak-anak dan berceritalah tentangnya. Kepribadian anda harus menjadi suri teladan bagi mereka. Anda juga boleh menceritakannya, bukan untuk membuat kesulitan-kesulitan dalam kehidupan anda, tetapi dengan cara yang tulus sehingga mereka memahami bahwa ada hal-hal sulit yang dialami bahkan oleh orang dewasa sekalipun. Ajarkan kepada mereka, keberanian adalah berani berbuat benar dan bersegera membantu orang lain, berpikir sebelum mengambil suatu langkah, dan memohon pertolongan Allah Swt sebelum melakukan ssegala sesuatu.
3. Bergaul dengan baik
Ingatkanlah anak-anak anda pada prinsip Qurani;
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.(Q.S. Fushilat : 34)
Ajarkan kepada mereka bahwa kalau ada orang yang mau mengamalkan prinsip ini tentu tidak akan terjadi permusuhan dan pertikaian.
Ajarkan kepada mereka bahwa pergaulan memerlukan sikap rendah hati, hati-hati dan tekad yang kuat. Rendah hati menunjukkan kekuatan, bukan kehinaan. Rasulullah Saw menyuruh kita untuk rendah hati tanpa merasa hina dan keji. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian rendah hati dan hendaklah kalian tidak bertengkar dengan jiwa yang lain” (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Kita wajib bersikap lemah lembut dalam segala sesuatu. Rasulullah Saw bersabda, “ Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelemahlembutan. Dia memberikan sesuatu kepada kelembutan yang tidak Dia berikan kepada kekasaran.” (H.R. Muslim)
Ketenangan dan kemantapan jiwa adalah nalia-nilai mulia. Rasulullah Saw bersabda, “ Maukah aku katakan kepada kalian orang yang haram terkena api neraka? Yaitu setiap orang yang lemah lembut dan mudah (menerima kebenaran).” (H.R. at-Tirmidzi)
Seorang mukmin bukan pribadi yang keras dan kaku. Allah Swt berfirman : “
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka ….”
Ajarkan sejak kecil bahwa bergaul dengan baik merupakan aktivitas nyata. Jika anak meminta sesuatu berulang-ulang dengan gelisah dan suara keras, mintalah ia untuk bersikap tenang dahulu, jangan sampai anda larut dalam kemarahannya. Tenangkan juga diri anda, kemudian ajaklah ia untuk duduk di bangku, jika anda yakin gejolak emosinya sudah mereda, berikanlah sesuatu yang diinginkan. Buatlah ia mengerti bahwa kebaikan dan ketenangan telah membantunya mendapatkan sesuatu, bukan emosi dan kemarahan. Emosi dan kemarahan tidak akan mendatangkan kebaikan dan memberikan manfaat apapun kepada kita.
Ajarkan anak-anak anda bahwa orang harus bekerja dan bersungguh-sungguh dalam pekerjaannya. Dan Allah Swt berfirman; “
“Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. Rasulullah Saw bersabda, “ Tidak ada makanan yag lebih baik daripada makanan hasil jerih payah sendiri.” (H.R. Bukhari). Anak-anak harus berusaha selalu belajar dengan tekun dan rajin agar menjadi pribadi yang mandiri dan dapat hidup dari hasil keringatnya sendiri.
Pelajari kemampuan anak-anak anda. Telusuri minat dan bakatnya. Bantulah mereka mengenali jati dirinya.
Biarkan anda-anda meraih rekornya sendiri tanpa harus disbanding-banding dengan orang lain.
Berilah penghargaan pada setiap upaya yang telah mereka lakukan.
Upayakan semaksimal mungkin, anda lebih banyak mengajukan usulan atau pilihan daripada menyuruhnya.
Upayakan untuk mengurangi pemberian putusan-putusan.
Tanyakanlah kepada mereka perihal kelemahannya dan kendala terbesar yang ia hadapi. Bantulah ia memahami bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluarnya. Allah Swt berfirman: “
“(5) Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, (6.) Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Tidak berlebihan dan disiplin
Allah Swt memberikan gelar bagi orang yang beriman melalui firman-Nya, “
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan”.
Ajari anak anda, dalam setiap perkara yang diperbolehkan, agar tidak berlebihan dalam makan, minum, berbicara, berolahraga, bergaul. Ajari ia untuk mengenal batas-batas kemampuan badan dan akal serta menghindari sikap berlebihan dan hilang kendali diri.
4. ‘iffah dan ikhlas
Allah Swt menyebutkan bahwa salah satu sifat mukmin adalah menjaga diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang haram. Allah Swt berfirman; “
“5. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki”.
Orangtua yang mulia dan dapat menjaga kesucian dirinya akan menghasilkan anak-anak seperti mereka. Menjaga kesucian diri bukan berarti penghalang atau penghancur manusia sebagaimana pernyataan orang-orang yang suka mengumbar hawa nafsu, tetapi sarana kebaikan bagi umat manusia. Tanpa menjaga kesucian diri, hawa nafsu akan bebas dalam setiap kesempatan untuk berbuat sesuatu yang mencelakainya dan hancur bersamanya.
5. Menepati janji
Allah Swt berfirman. “
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.
6. Menghargai
Rasulullah Saw bersabda, “ Bukan termasuk umatku orang yang tidak menghormati orangtua, menyayangi yang lebih muda, dan mengetahui hak orang yang berilmu”. (H.R. Ahmad, al-Hakim dan at-Thabrani)
Jika kita menginginkan anak dapat menghormati orang lain, maka kita wajib memulainya dari diri kita sendiri. Kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan mereka dalam sikap penuh penghormatan. Kita buat mereka merasa sebagai orang yang dihormati.
7. Rasa cinta
8. Mementingkan orang lain
Ajarkan kepada anak anda intisari sabda Rasul Saw, “ Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari Muslim)
Ingatkanlah kepada mereka bahwa penduduk Madinah adalah penghulu atau figur orang-orang yang mementingkan orang lain sehingga menjadi panutan setiap orang, baik masa dahulu maupun sekarang. Dengan suka cita mereka menerima dan menolong kaum muhajirin dari Mekah serta berbagai apapun yang mereka miliki.
Allah Swt menurunkan ayat-Nya yang terus diperdengarkan sampai hari kiamat; “
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.
Ajarkan kepada mereka agar merasakan kebutuhan orang lain. Kebahagiaan pun akan muncul setelah memberikan kesenangan kepada orang lain.
9. Lemah lembut
Ingatlah bahwa anak-anak anda setiap waktu bahwa pribadi yang lembut dan sopan lebih dekat dengan hati orang lain, lebih dicintai dan disukai oleh orang lain. Allah Swt mengingatkan nabi-Nya yang memiliki akhlak mulia melalui firman-Nya;
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka”. (Q.S. Ali-Imran: 159)
Upayakan kita selalu penuh dengan rasa cinta, sikap lembut, dan sopan terhadap semua orang, termasuk kepada anak-anak anda. Perbanyak ungkapan-ungkapan kata-kata seperti “ terima kasih”, “tolong”, dan “maaf”. Bersikap bijaklah dalam setiap perilaku anda.
10. Adil
Bersikap adil kepada anak-anak supaya mereka menerti bahwa tidak ada diskriminasi di antara mereka. Jangan sampai terjadi satu orang mendapatkan hasiah sedangkan yang lainnya tidak. Jika ada yang bersalah, satu orang dihukum sementara orang lain tidak.
Pada intinya menanamkan norma-norma seperti di atas bukan hanya sekali dalam hidup ini. Anda harus terus memantaunya agar tertanam dengan kuat dalam jiwa mereka sepanjang hayat sehingga mereka menjadi anak sholeh yang dapat membahagiakan orangtuanya di dunia dan akhirat kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan syamsi pasya,
Ibu, Bimbing Aku Menjadi Anak Sholeh. Pustaka Rahmat. Bandung : 2010.
Imam Yahya Ibn Hamzah,
Riyadlah Upaya Pembinaan Akhlak, Remaja Rosdakarya. Bandung. 2000.
http://www.mail-archive.com/milis-muslim@yahoogroups.com/msg00576.html
http://wordpress.com/2009/01/16/pendidikan-dalam-keluarga/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar