Pages

Kamis, 14 Juli 2011

Penelitian Tindakan Kelas

BAB I
A. Judul Penelitian:
“PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP 1 CISEWU DALAM PERAGAAN TATA CARA SHALAT RAWATIB”
B. Bidang Kajian
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi pelajaran tata cara Shalat Rawatib kelas VIII SMP1 Cisewu, sedangkan bidang kajian adalah tentang Media Pembelajaran Visual.
Tata cara shalat rawatib adalah tata cara abstrak, peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami tata cara shalat rawatib baik gerakannya maupun bacaannnya. Perlu gambaran yang nyata antara bacaan dan gerakannya itu sesuai dengan kaidahnya. Untuk mempelajari tata cara shalat rawatib perlu adanya penyajian yang abstrak dan menarik dalam bentuk media pembelajaran.
C. Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar dalam menyiapkan siswa, untuk meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan ataupun latihan. Meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan bisa berupa praktik. Akan tetapi ada kalanya meyakini, memahami dan menghayati sulit untuk ditampilkan secara abstrak seperti halnya dalam pembelajaran tata cara Shalat Rawatib.
Penjelasan berupa ceramah belum dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif sehingga perlu adanya media yang dapat menggambarkan secara visual bagaimana supaya proses tata cara Shalat Rawatib lebih dapat dipahami oleh siswa.
Tetapi melihat realita yang ada khususnya di Di SMP 1 Cisewu masih banyak siswa yang belum bisa memperagakan shalat rawatib yang benar sesuai hukum dan aturan. Itu disebabkan karena sarana prasarananya yang kurang sehingga tidak bisa menggunakan media visual. Di SMP 1 Cisewu pun dalam sistem pembelajarannya tidak begitu efektif dalam menyampaikan materi dikarenakan banyaknya siswa sehingga tidak terkondisikan. Karena kurangnya media untuk memudahkan materi dalam proses belajar, maka siswa mengalami kesulitan dalam memperagakan tata cara shalat rawatib yang baik dan benar.
Media Visual berupa media yang dapat dilihat dengan panca indera. Media visual merupakan hal yang sangat penting untuk diperkenalkan dan dipergunakan oleh guru ketika membelajarkan siswanya sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi tata cara Shalat Rawatib.
Melalui kegiatan ini tata cara Shalat Rawatib dapat digambarkan secara terstruktur dan terurut sehingga siswa dapat memahaminya dengan lebih mudah.
D. Perumusan Dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah; kesulitan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu dalam memahami materi tata cara Shalat Rawatib. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan media pembelajaran visual dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu pada Praktik Shalat Rawatib?
2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam memahami tata cara shalat rawatib, dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran visual yang menyajikan berupa gambaran. Oleh karena itu penulis merumuskan hipotesis tindakan “ Media pembelajaran visual dapat meningkatkan kemampuan siswa”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kurangnya kemampuan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu, dengan memperagakan tata cara shalat rawatib. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu dalam memperagakan tata cara shalat rawatib dengan menggunakan media visual.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari penelitian kelas VIII SMP 1 Cisewu ini adalah :
1. Meningkatnya kemampuan belajar siswa terhadap materi memperagakan tata cara shalat rawatib.
2. meningkatnya prestasi belajar siswa terhadap materi memperagakan tata cara shalat rawatib.
3. Dapat menggunakan media dalam proses pembelajaran.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pasan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, dkk , 1984:6). Media sering kita temukan sebagai istilah dalam bidang komunikasi maupun transportasi yang memiki arti alat untuk berkomunikasi atau alat untuk bertransportasi. Menurut Yudhi Munada (2008 : 6) Media dapat diartikan sebagai alat informasi, dan komunikasi, sarana prasarana, fasilitas, penunjang penghubung, penyalur.
Sobry Sutikno, Ida Rosyidah (2009 :19) menyatakan bahwa media visual merupakan media yang dapat dilihat dengan panca indera. Media visual merupakan hal yang sangat penting untuk diperkenalkan dan dipergunakan oleh guru ketika membelajarkan siswanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana.
Taksonomi media menurut Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar stimulus belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih-ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
Menurut Yudhi Munadi (2008 :36) terdapat beberapa fungsi media, yaitu:
a. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar
b. Fungsi Semantik
c. Fungsi Menipulatif
d. Fungsi Psikologis
e. Fungsi Sosio-Kultural
Menurut Arief S. Sadiman, dkk (1984: 84) menyatakan bahwa beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu : tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang dinginkan (audio, visual,gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkuan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan dalam pemilihan.
Untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya lebih dahulu harus diingat bahwa pembelajaran adalah bagian dari sistem instruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari konteksnya sebagai komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen dari sistem instruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat. Adapun pemilihan media untuk pemebelajaran, yaitu:
a. Karakteristik Siswa
b. Tujuan Belajar
c. Sifat Bahan Ajar
d. Pengadaan Media
e. Sifat Pemanfaatan Media
Adapun cirri-ciri umum media pembelajaran, yaitu:
a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik dikenal istilah perangkat keras yaitu suatu benda yangdapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera.
b. Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal dengan istilah perangkat lunak (software)
c. Media pembelajaran dapat digunakan secara masal atau perorangan.
d. Penekanan media pembelajaran terdapat pada audio dan visual
e. Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar, baik didalam maupun diluar kelas
f. Media pembelajaran dugunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Arief S. Sadiman (1990 :189) membagi pemanfaatan media pembelajaran pada dua pola, yakni pemanfaatan media dalam situasi belajar mengajar di dalam kelas atau ruang dan pemanfaatan media di luar kelas. Pemanfaatan media pembelajaran di kelas ini, yaitu: persiapan guru, persiapan kelas, penyajian, langkah lanjutan dan aplikasi. Pola pemanfaatan media pembelajaran di luar kelas menurut Arief S. Sadiman (1990 : 190-197) dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yakni kelompok yang terkontrol, tidak terkontrol, dan jumlah sasaran.
2. Media Visual
Adapun media yang digunakan adalah media visual gambar. Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual.
Media pembelajaran visual telah terbukti lebih efisien dalam melakukan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Dapat kita simpulkan bahwa media pembelajaran visual (seperti gambar diam, gambar bergerak, televisi, objek tiga dimensi, dll) mempunyai hubungan positif yang cukup tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran visual merupakan media pembelajaran yang cukup baik dan efisien. Dan siapapun bisa mepergunakan media pembelajaran visual dengan baik dan benar.
Media pembelajaran visual gambar baiknya digunakan di tempat yang tepat, sesuai dengan jenis medianya. Seperti gambar memperagakan shalat itu masih bisa dilaksanakan di dalam kelas.
Karakteristik media visual gambar, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo. Sketsa bisa disebut juga sebagai gambar garis yakni gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Lukisan merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistic seseorang tentang suatu objek atau situasi. Photo yakni gambar hasil pemotretan atau photografi.
Azhar Arsyad (1997:107) Dalam proses penataan harus diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan dan kesinambungan. Unsur-unsur visual selanjutnya perlu dipertimbangkan adalah bentuk, garis, ruang, tekstur, dan warna. Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam situasi visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan yang mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat, dan mudah dimengerti. Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting. Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang keseluruhannya simetris disebut keseimbangan formal. Keseimbangan seperti ini menampakan dua bayangan visual yang sama dan sebangun. Oleh karena itu, keseimbangan formal cenderung tampak statis. Sebaliknya, keseimbangan informal tidak keseluruhannya simetris memberikan kesan dinamis dan dapat menarik perhatian.
Beberapa kelebihan media visual antara lain sebagai berikut:
1. Menarik
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik, dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.
2. Lebih mudah diingat
Gambar akan lebih mudah diingat oleh para peserta didik. Apabila dibandingkan dengan media pembelajaran yang hanya berupa text book, para peserta didik akan sedikit kesulitan untuk mengingatnya.
3. Variatif
Karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.
4. Dapat melibatkan anak untuk menggunakannya
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan media gambar pendidikan, yaitu: harus autenti (Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya), sederhana (Komposisinya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar).
3. Kemampuan Meperagakan Tata Cara Shalat Rawatib
Kemampuan hampir sama dengan keterampilan menurut Muhibbin Syah (2004 : 118) keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Hal serupa yang diungkapkan oleh Taksonomi Bloom dalam Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan merupakan aktivitas seseorang dalam melakukan pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Memperagakan menurut Taksonomi Bloom Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Berdasarkan uraian di atas kemampuan memperagakan adalah aktivitas seseorang dalam mempelajari keterampilan yang termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Seperti siswa memperagakan shalat rawatib.
Menurut Taksonomi Bloom dari setiap ranah dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti Domain Psikomotor, rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. Yaitu: Persepsi (Perception) (Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan), Kesiapan (Set) (Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan), Guided Response (Respon Terpimpin) (Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba), Mekanisme (Mechanism) (Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.), Repon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) (Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks), Penyesuaian (Adaptation) (Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi), Penciptaan (Origination), (Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu).
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah; (1) peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama.
Hasil belajar keterampilan dan kemampuan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Adapun Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor adalah sebagai berikut:
Tingkat Deskripsi
1. Gerakan Refleks Yakni :gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang. Contoh :mengupas mangga dengan pisau
2. Gerakan dasar (basic fundamental movements) Yakni :gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak. Contoh : Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
3. Gerakan Persepsi (Perceptual obilities) Yakni :Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perceptual
4. Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities) Yakni :Gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
5. Gerakan terampil (Skilled movements) Yakni :dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
6. Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communicatio) Yakni :mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan

4. Materi Tata Cara Shalat Rawatib
Arti shalat menurut mayoritas ahli bahasa, shalat artinya do’a, sebagaimana dikatakan :
صليت عليه ا ي دعوت له
Saya shalat atasnya : artinya saya berdo’a untuknya
Menurut Aceng Zakaria. (2005: 68) Pengertian shalat yang berarti do’a ini tercantum dalam al-Quran dan Hadits. Dalam firman Allah disebutkan:
وصل عليهم ان صلا تك سكن لهم و الله سميع عليم
Dan do’akanlah mereka, sesungguhnnya do’amu menenteramkan mereka. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S At-Taubah [9] : 103))
Adapun shalat menurut syara’ adalah:
عبادة تتضمن اقوالا و افعا مخصوصة مفتتحة بتكبير الله تعا لى مختتمة بالتسليم
Ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang khusus, dimulai dengan menggagungkan Allah Ta’ala (takbir), diakhiri dengan salam. (Fiqh as-Sunnah 1: 78)
Dalam Islam, shalat mempunyai kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama; tidak akan berdiri Islam kecuali dengannya. Rasulullah Saw bersabda:
راس هذا الاءمر الاسلام وعموده الصلاة
Pokok urusan (agama)ini adalah Islam dan tiangnya adalah Shalat….
Rawatib berasal dari kata ratibah yang artinya tetap atau terus-menerus dengan kata lain dawam. Menurut syariat salat sunat rawatib adalah salat sunat yang keberadaannya senantiasa mengikuti adanya salat wajib. Jadi, Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini ada 22 rakaat, yaitu :
a. 2 rakaat sebelum shalat subuh (sesudah shalat subuh tidak ada sunnah ba’diyah)
b. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur : 2 atau 4 rakaat shalat dzuhur
c. 2 rakaat atau 4 rakaat sebelum shalat ashar, (sesudah shalat ashar tidak ada sunnah ba’diyah)
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib
e. 2 rakaat sebelum shalat isya
f. 2 rakaat sesudah shalat isya.
Diantara shalat-shalat tersebut ada ada yang dinamakan “sunnah muakad” artinya sunnah yang sangat kuat, yaitu:
a. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur
b. 2 rakaat sesudah shalat dzuhur
c. 2 rakaat sebelum shalat ashar
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib
e. 2 rakaat sebelum shalat isya
f. 2 rakaat sesudah shalat isya
Ada beberapa keuntungan dari beberapa shalat sunnah di atas yaitu : Keuntungan shalat sunnah sebelum subuh, Nabi Muhammad Saw Bersabda : “ Dari Aisyah ra. Bahwa Nabi Saw. Telah Bersabda : Dua rakaat fajar (shalat sunnah yang dikerjakan sebelum subuh) itu lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (H.R Muslim ), selanjutnya Keuntungan shalat sunnah sebelum dan sesudah dzuhur, dinyatakan oleh Nabi Muhammad dengan Sabdanya: “ Dari Ibnu Umar ra. Berkata : pernah saya shalat bersama Rasulullah Saw; dua rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudah jumat dan dua rakaat sesudah isya”. (H.R Bukhari dan Muslim).
Adapun Tata Cara dan Syarat Kondisi
1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah
2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.
3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.
4. Tidak didahului adzan dan qamat.
Shalat-shalat tersebut yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan “Qalbiyah”. Dan yang dikerjakan sesudah shalat fardhu dinamakan “Ba’diyah”.
Berdasarkan uraian di atas, tata cara shalat rawatib adalah aturan yang tersusun untuk melakukan sesuatu yang bernilai ibadah dan mempunyai amalan-amalan khusus sesuai dengan ketentuan hukum syara.
B. Rencana dan Prosedur Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII SMP 1 Cisewu, direncanakan dalam kurun waktu minggu ke 1 bulan Mei sampai minggu ke 2 bulan Mei 2011
2. Desain Penelitian adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas dengan alur kegiatan :
Refleksi awal Perencanan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Observasi, Refleksi, dan Evaluasi I Perencanan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Observasi, Refleksi, dan Evaluasi II.
Berdasarkan desain di atas, tahapan penellitian dijelaskan sebagai berikut:
a. Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam peragaan tata cara shalat rawatib.
b. Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan, yaitu menyusun instrument penelitian berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), memilih media visual, tes soal dan lembar observasi.
c. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan perencanaan pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data hasil lembar observasi dan hasil tes.
Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan I: Mempraktikkan shalat sunah rawatib qabliyah, dan pelaksanaan tindakan II: Mempraktikkan shalat sunah rawatib ba'diyah.
d. Observasi, Refleksi dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kamis, 14 Juli 2011

Penelitian Tindakan Kelas

BAB I
A. Judul Penelitian:
“PENGGUNAAN MEDIA VISUAL DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII SMP 1 CISEWU DALAM PERAGAAN TATA CARA SHALAT RAWATIB”
B. Bidang Kajian
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi pelajaran tata cara Shalat Rawatib kelas VIII SMP1 Cisewu, sedangkan bidang kajian adalah tentang Media Pembelajaran Visual.
Tata cara shalat rawatib adalah tata cara abstrak, peserta didik mengalami kesulitan untuk memahami tata cara shalat rawatib baik gerakannya maupun bacaannnya. Perlu gambaran yang nyata antara bacaan dan gerakannya itu sesuai dengan kaidahnya. Untuk mempelajari tata cara shalat rawatib perlu adanya penyajian yang abstrak dan menarik dalam bentuk media pembelajaran.
C. Pendahuluan
Pendidikan Agama Islam adalah Usaha sadar dalam menyiapkan siswa, untuk meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan ataupun latihan. Meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan bisa berupa praktik. Akan tetapi ada kalanya meyakini, memahami dan menghayati sulit untuk ditampilkan secara abstrak seperti halnya dalam pembelajaran tata cara Shalat Rawatib.
Penjelasan berupa ceramah belum dapat menghasilkan pemahaman yang komprehensif sehingga perlu adanya media yang dapat menggambarkan secara visual bagaimana supaya proses tata cara Shalat Rawatib lebih dapat dipahami oleh siswa.
Tetapi melihat realita yang ada khususnya di Di SMP 1 Cisewu masih banyak siswa yang belum bisa memperagakan shalat rawatib yang benar sesuai hukum dan aturan. Itu disebabkan karena sarana prasarananya yang kurang sehingga tidak bisa menggunakan media visual. Di SMP 1 Cisewu pun dalam sistem pembelajarannya tidak begitu efektif dalam menyampaikan materi dikarenakan banyaknya siswa sehingga tidak terkondisikan. Karena kurangnya media untuk memudahkan materi dalam proses belajar, maka siswa mengalami kesulitan dalam memperagakan tata cara shalat rawatib yang baik dan benar.
Media Visual berupa media yang dapat dilihat dengan panca indera. Media visual merupakan hal yang sangat penting untuk diperkenalkan dan dipergunakan oleh guru ketika membelajarkan siswanya sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa sekaligus meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi tata cara Shalat Rawatib.
Melalui kegiatan ini tata cara Shalat Rawatib dapat digambarkan secara terstruktur dan terurut sehingga siswa dapat memahaminya dengan lebih mudah.
D. Perumusan Dan Pemecahan Masalah
1. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah; kesulitan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu dalam memahami materi tata cara Shalat Rawatib. Masalah tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggunaan media pembelajaran visual dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu pada Praktik Shalat Rawatib?
2. Pemecahan Masalah
Untuk mengatasi masalah kesulitan siswa dalam memahami tata cara shalat rawatib, dapat dilakukan dengan menggunakan media pembelajaran visual yang menyajikan berupa gambaran. Oleh karena itu penulis merumuskan hipotesis tindakan “ Media pembelajaran visual dapat meningkatkan kemampuan siswa”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengatasi kurangnya kemampuan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu, dengan memperagakan tata cara shalat rawatib. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas VIII SMP 1 Cisewu dalam memperagakan tata cara shalat rawatib dengan menggunakan media visual.
F. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang diharapakan dari penelitian kelas VIII SMP 1 Cisewu ini adalah :
1. Meningkatnya kemampuan belajar siswa terhadap materi memperagakan tata cara shalat rawatib.
2. meningkatnya prestasi belajar siswa terhadap materi memperagakan tata cara shalat rawatib.
3. Dapat menggunakan media dalam proses pembelajaran.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Medoe adalah perantara atau pengantar pasan dari pengirim ke penerima pesan (Arief S. Sadiman, dkk , 1984:6). Media sering kita temukan sebagai istilah dalam bidang komunikasi maupun transportasi yang memiki arti alat untuk berkomunikasi atau alat untuk bertransportasi. Menurut Yudhi Munada (2008 : 6) Media dapat diartikan sebagai alat informasi, dan komunikasi, sarana prasarana, fasilitas, penunjang penghubung, penyalur.
Sobry Sutikno, Ida Rosyidah (2009 :19) menyatakan bahwa media visual merupakan media yang dapat dilihat dengan panca indera. Media visual merupakan hal yang sangat penting untuk diperkenalkan dan dipergunakan oleh guru ketika membelajarkan siswanya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana.
Taksonomi media menurut Gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara dan mesin belajar. Ketujuh kelompok media ini dikaitkan dengan kemampuannya memenuhi fungsi menurut tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya, yaitu: pelontar stimulus belajar, memberi kondisi eksternal, menuntun cara berfikir, memasukan alih-ilmu, menilai prestasi dan pemberi umpan balik.
Menurut Yudhi Munadi (2008 :36) terdapat beberapa fungsi media, yaitu:
a. Fungsi media pembelajaran sebagai sumber belajar
b. Fungsi Semantik
c. Fungsi Menipulatif
d. Fungsi Psikologis
e. Fungsi Sosio-Kultural
Menurut Arief S. Sadiman, dkk (1984: 84) menyatakan bahwa beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu : tujuan instruksional yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang dinginkan (audio, visual,gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat, dan luasnya jangkuan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut akhirnya harus diterjemahkan dalam keputusan dalam pemilihan.
Untuk memudahkan dalam memilih media, tentunya lebih dahulu harus diingat bahwa pembelajaran adalah bagian dari sistem instruksional. Artinya, keberadaan media tersebut tidak terlepas dari konteksnya sebagai komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Berdasarkan komponen-komponen dari sistem instruksional inilah kriteria pemilihan media dibuat. Adapun pemilihan media untuk pemebelajaran, yaitu:
a. Karakteristik Siswa
b. Tujuan Belajar
c. Sifat Bahan Ajar
d. Pengadaan Media
e. Sifat Pemanfaatan Media
Adapun cirri-ciri umum media pembelajaran, yaitu:
a. Media pembelajaran memiliki pengertian fisik dikenal istilah perangkat keras yaitu suatu benda yangdapat dilihat, didengar atau diraba dengan panca indera.
b. Media pembelajaran memiliki pengertian non fisik yang dikenal dengan istilah perangkat lunak (software)
c. Media pembelajaran dapat digunakan secara masal atau perorangan.
d. Penekanan media pembelajaran terdapat pada audio dan visual
e. Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar, baik didalam maupun diluar kelas
f. Media pembelajaran dugunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Arief S. Sadiman (1990 :189) membagi pemanfaatan media pembelajaran pada dua pola, yakni pemanfaatan media dalam situasi belajar mengajar di dalam kelas atau ruang dan pemanfaatan media di luar kelas. Pemanfaatan media pembelajaran di kelas ini, yaitu: persiapan guru, persiapan kelas, penyajian, langkah lanjutan dan aplikasi. Pola pemanfaatan media pembelajaran di luar kelas menurut Arief S. Sadiman (1990 : 190-197) dapat dibedakan dalam tiga kelompok, yakni kelompok yang terkontrol, tidak terkontrol, dan jumlah sasaran.
2. Media Visual
Adapun media yang digunakan adalah media visual gambar. Media visual adalah media yang melibatkan indera penglihatan. Terdapat dua jenis pesan yang dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan nonverbal. Verbal-visual terdiri atas kata-kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol nonverbal-visual.
Media pembelajaran visual telah terbukti lebih efisien dalam melakukan komunikasi antara pendidik dengan peserta didik. Dapat kita simpulkan bahwa media pembelajaran visual (seperti gambar diam, gambar bergerak, televisi, objek tiga dimensi, dll) mempunyai hubungan positif yang cukup tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa media pembelajaran visual merupakan media pembelajaran yang cukup baik dan efisien. Dan siapapun bisa mepergunakan media pembelajaran visual dengan baik dan benar.
Media pembelajaran visual gambar baiknya digunakan di tempat yang tepat, sesuai dengan jenis medianya. Seperti gambar memperagakan shalat itu masih bisa dilaksanakan di dalam kelas.
Karakteristik media visual gambar, secara garis besar dapat dibagi kepada tiga jenis, yakni sketsa, lukisan dan photo. Sketsa bisa disebut juga sebagai gambar garis yakni gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian-bagian pokok suatu objek tanpa detail. Lukisan merupakan gambar hasil representasi simbolis dan artistic seseorang tentang suatu objek atau situasi. Photo yakni gambar hasil pemotretan atau photografi.
Azhar Arsyad (1997:107) Dalam proses penataan harus diperhatikan prinsip-prinsip desain tertentu, antara lain prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan dan kesinambungan. Unsur-unsur visual selanjutnya perlu dipertimbangkan adalah bentuk, garis, ruang, tekstur, dan warna. Secara umum kesederhanaan itu mengacu kepada jumlah elemen yang terkandung dalam situasi visual. Jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan visual itu. Pesan atau informasi yang panjang atau rumit harus dibagi-bagi ke dalam beberapa bahan yang mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya juga harus ringkas tetapi padat, dan mudah dimengerti. Keterpaduan mengacu kepada hubungan yang terdapat di antara elemen-elemen visual yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama. Elemen-elemen itu harus saling terkait dan menyatu sebagai suatu keseluruhan sehingga visual itu merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat dikenal yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. Meskipun penyajian visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang akan menjadi pusat perhatian siswa. Dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna, atau ruang penekanan dapat diberikan kepada unsur terpenting. Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang memberikan persepsi keseimbangan meskipun tidak seluruhnya simetris. Keseimbangan yang keseluruhannya simetris disebut keseimbangan formal. Keseimbangan seperti ini menampakan dua bayangan visual yang sama dan sebangun. Oleh karena itu, keseimbangan formal cenderung tampak statis. Sebaliknya, keseimbangan informal tidak keseluruhannya simetris memberikan kesan dinamis dan dapat menarik perhatian.
Beberapa kelebihan media visual antara lain sebagai berikut:
1. Menarik
Beberapa penelitian membuktikan bahwa pembelajaran yang diserap melalui media penglihatan (media visual), terutama media visual yang menarik, dapat mempercepat daya serap peserta didik dalam memahami pelajaran yang disampaikan.
2. Lebih mudah diingat
Gambar akan lebih mudah diingat oleh para peserta didik. Apabila dibandingkan dengan media pembelajaran yang hanya berupa text book, para peserta didik akan sedikit kesulitan untuk mengingatnya.
3. Variatif
Karena jenisnya yang beragam, pendidik dapat menggunakan semua jenis media visual yang ada. Hal ini dapat menciptakan sesuatu yang variatif, dan tidak membosankan bagi para peserta didiknya.
4. Dapat melibatkan anak untuk menggunakannya
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan media gambar pendidikan, yaitu: harus autenti (Gambar tersebut haruslah secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya), sederhana (Komposisinya cukup jelas menunjukkan poin-poin pokok dalam gambar).
3. Kemampuan Meperagakan Tata Cara Shalat Rawatib
Kemampuan hampir sama dengan keterampilan menurut Muhibbin Syah (2004 : 118) keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Hal serupa yang diungkapkan oleh Taksonomi Bloom dalam Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Berdasarkan uraian di atas, kemampuan merupakan aktivitas seseorang dalam melakukan pola tingkah laku yang komplek dan tersusun rapi sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Memperagakan menurut Taksonomi Bloom Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba.
Berdasarkan uraian di atas kemampuan memperagakan adalah aktivitas seseorang dalam mempelajari keterampilan yang termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. Seperti siswa memperagakan shalat rawatib.
Menurut Taksonomi Bloom dari setiap ranah dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti Domain Psikomotor, rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. Yaitu: Persepsi (Perception) (Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan), Kesiapan (Set) (Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan), Guided Response (Respon Terpimpin) (Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba), Mekanisme (Mechanism) (Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap.), Repon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) (Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks), Penyesuaian (Adaptation) (Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi), Penciptaan (Origination), (Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu).
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasi belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif dengan materi kedisiplinan menurut agama Islam sebagaimana telah dikemukakan pada pembiraan terdahulu, maka wujud nyata dari hasil psikomotor yang merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif afektif itu adalah; (1) peserta didik bertanya kepada guru pendidikan agama Islam tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh Rosulullah SAW, para sahabat, para ulama.
Hasil belajar keterampilan dan kemampuan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya. Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi (1) gerak refleks, (2) gerak dasar fundamen, (3) keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi, (4) keterampilan fisik, (5) gerakan terampil, (6) komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Adapun Ciri-ciri Ranah Penilaian Psikomotor adalah sebagai berikut:
Tingkat Deskripsi
1. Gerakan Refleks Yakni :gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang. Contoh :mengupas mangga dengan pisau
2. Gerakan dasar (basic fundamental movements) Yakni :gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak. Contoh : Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola, menggambar.
3. Gerakan Persepsi (Perceptual obilities) Yakni :Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perceptual
4. Gerakan Kemampuan fisik (Psycal abilities) Yakni :Gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar
5. Gerakan terampil (Skilled movements) Yakni :dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
6. Gerakan indah dan kreatif (Non-discursive communicatio) Yakni :mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan

4. Materi Tata Cara Shalat Rawatib
Arti shalat menurut mayoritas ahli bahasa, shalat artinya do’a, sebagaimana dikatakan :
صليت عليه ا ي دعوت له
Saya shalat atasnya : artinya saya berdo’a untuknya
Menurut Aceng Zakaria. (2005: 68) Pengertian shalat yang berarti do’a ini tercantum dalam al-Quran dan Hadits. Dalam firman Allah disebutkan:
وصل عليهم ان صلا تك سكن لهم و الله سميع عليم
Dan do’akanlah mereka, sesungguhnnya do’amu menenteramkan mereka. Dan Allah itu Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Q.S At-Taubah [9] : 103))
Adapun shalat menurut syara’ adalah:
عبادة تتضمن اقوالا و افعا مخصوصة مفتتحة بتكبير الله تعا لى مختتمة بالتسليم
Ibadah yang mengandung ucapan-ucapan dan amalan-amalan yang khusus, dimulai dengan menggagungkan Allah Ta’ala (takbir), diakhiri dengan salam. (Fiqh as-Sunnah 1: 78)
Dalam Islam, shalat mempunyai kedudukan yang tinggi dibandingkan dengan ibadah lainnya. Shalat merupakan tiang agama; tidak akan berdiri Islam kecuali dengannya. Rasulullah Saw bersabda:
راس هذا الاءمر الاسلام وعموده الصلاة
Pokok urusan (agama)ini adalah Islam dan tiangnya adalah Shalat….
Rawatib berasal dari kata ratibah yang artinya tetap atau terus-menerus dengan kata lain dawam. Menurut syariat salat sunat rawatib adalah salat sunat yang keberadaannya senantiasa mengikuti adanya salat wajib. Jadi, Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Seluruh dari shalat rawatib ini ada 22 rakaat, yaitu :
a. 2 rakaat sebelum shalat subuh (sesudah shalat subuh tidak ada sunnah ba’diyah)
b. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur : 2 atau 4 rakaat shalat dzuhur
c. 2 rakaat atau 4 rakaat sebelum shalat ashar, (sesudah shalat ashar tidak ada sunnah ba’diyah)
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib
e. 2 rakaat sebelum shalat isya
f. 2 rakaat sesudah shalat isya.
Diantara shalat-shalat tersebut ada ada yang dinamakan “sunnah muakad” artinya sunnah yang sangat kuat, yaitu:
a. 2 rakaat sebelum shalat dzuhur
b. 2 rakaat sesudah shalat dzuhur
c. 2 rakaat sebelum shalat ashar
d. 2 rakaat sesudah shalat maghrib
e. 2 rakaat sebelum shalat isya
f. 2 rakaat sesudah shalat isya
Ada beberapa keuntungan dari beberapa shalat sunnah di atas yaitu : Keuntungan shalat sunnah sebelum subuh, Nabi Muhammad Saw Bersabda : “ Dari Aisyah ra. Bahwa Nabi Saw. Telah Bersabda : Dua rakaat fajar (shalat sunnah yang dikerjakan sebelum subuh) itu lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (H.R Muslim ), selanjutnya Keuntungan shalat sunnah sebelum dan sesudah dzuhur, dinyatakan oleh Nabi Muhammad dengan Sabdanya: “ Dari Ibnu Umar ra. Berkata : pernah saya shalat bersama Rasulullah Saw; dua rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudah jumat dan dua rakaat sesudah isya”. (H.R Bukhari dan Muslim).
Adapun Tata Cara dan Syarat Kondisi
1. Dikerjakan sendiri-sendiri tidak berjamaah
2. Mengambil tempat salat yang berbeda dengan tempat melakukan sholat wajib.
3. Shalat sunah rawatib dilakukan dua rokaat dengan satu salam.
4. Tidak didahului adzan dan qamat.
Shalat-shalat tersebut yang dikerjakan sebelum shalat fardhu dinamakan “Qalbiyah”. Dan yang dikerjakan sesudah shalat fardhu dinamakan “Ba’diyah”.
Berdasarkan uraian di atas, tata cara shalat rawatib adalah aturan yang tersusun untuk melakukan sesuatu yang bernilai ibadah dan mempunyai amalan-amalan khusus sesuai dengan ketentuan hukum syara.
B. Rencana dan Prosedur Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas VIII SMP 1 Cisewu, direncanakan dalam kurun waktu minggu ke 1 bulan Mei sampai minggu ke 2 bulan Mei 2011
2. Desain Penelitian adalah berupa Penelitian Tindakan Kelas dengan alur kegiatan :
Refleksi awal Perencanan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Observasi, Refleksi, dan Evaluasi I Perencanan Tindakan II Pelaksanaan Tindakan II Observasi, Refleksi, dan Evaluasi II.
Berdasarkan desain di atas, tahapan penellitian dijelaskan sebagai berikut:
a. Refleksi Awal
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kesulitan siswa dalam peragaan tata cara shalat rawatib.
b. Perencanaan Tindakan
Masalah yang ditemukan akan diatasi dengan melakukan langkah-langkah perencanaan tindakan, yaitu menyusun instrument penelitian berupa: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), memilih media visual, tes soal dan lembar observasi.
c. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini dilakukan tindakan berupa pelaksanaan perencanaan pembelajaran, pengambilan atau pengumpulan data hasil lembar observasi dan hasil tes.
Materi pelajaran pada tahap pelaksanaan tindakan I: Mempraktikkan shalat sunah rawatib qabliyah, dan pelaksanaan tindakan II: Mempraktikkan shalat sunah rawatib ba'diyah.
d. Observasi, Refleksi dan Evaluasi
Tahap ini dilakukan untuk mengumpulkan data-data dan menganalisisnya untuk kemudian dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar