Pages

Jumat, 15 Juli 2011

Tafsir Q.S Al-Ikhlaash

Dikutip dalam Buku “Tafsir Kontemporer” Oleh : Ustadz Aam Amiruddin
Artinya : 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Al-Ikhlaash artinya memurnikan keesaaan Allah Swt, surat ini terdiri atas empat ayat, ayat ini termasuk golongan ayat makiyyah karena diturunkan sebelum Rasululah Saw hijrah ke Madinah. Dinamai Al- Ikhlaash karena inti pesan yang terkandung dalam surat ini adalah menjelaskan keesaan Allah Swt. Allah itu Esa, tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakan serta tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.
Anas r.a. berkata, seorang lelaki Anshar menjadi imam di Mesjid Quba. Setiap selesai membaca Al-Fatihah, ia selalu membaca Al- Ikhlaash sebelum membaca surat-surat lainnya. Lalu kawan-kawannya berkomentar, “Mengapa Anda selalu membacanya? Tidakkah Anda bosan? Sahabat itu menjawab, “ Sungguh aku tak bisa meninggalkannya. Kalau kalian tidak suka aku menjadi imam karena sering membaca Al- Ikhlaash, silakan cari imam yang lain.” Namun karena tidak ada orang yang paling baik bacaan Al-Qurannya selain dia, akhirnya ia tetap menjadi imam.
Ketika Rasulullah Saw berkunjung ke mesjid itu, kasus ini diceritakan kepadanya. Rasulullah Saw kemudian bertanya kepada lelaki Anshar tersebut, “ Apa alasan kamu melakukan itu?” “ Inni uhibuha (saya sangat mencintainya),” Jawabnya. Lalu Rasulullah Saw bersabda, “ Hubbuka iyaha adkhalakal jannata (kecintaanmu pada Al-Ikhlaash bisa mengantarkanmu ke Surga).” (H.R. Bukhari).
Rasulullah berkata demikian karena yang melatarbelakangi sahabat tersebut selalu membaca Al-Ikhlaash adalah kecintaannya yang mendalam. Rasa cinta inilah yang membedakannya dengan kita. Kita juga sering membaca Al-Ikhlaash, hanya saja latar belakangnya bukan cinta yang mendalam tapi karena pendeknya surat tersebut.
Jadi, kalau kita ingin seperti sahabat tadi, mulai saat ini membaca Al-Ikhlaash jangan karena pendeknya, tapi harus karena mencintainya. Kita tidak akan jatuh cinta kalau tidak mengenalnya.
Sahabat tersebut sangat mencintai Al-Ikhlaash karena mengenal kandungannya secara baik. Untuk itu, mari kita kenali kandungan Al-Ikhlaash agar kita pun bisa mencintainya secara mendalam, sehingga bisa mengantarkan kita pada Surga-Nya…. Amin
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”
Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim, menyebutkan kata Qul yang berarti “Katakanlah” membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw. Selalu menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al-Quran yang disampaikan oleh malaikat jibril. Beliau tidak mengubahnya walau hanya satu huruf. Secara tidak langsung ini merupakan penolakan terhadap anggapan sebagian orang kafir yang menuduh bahwa Al-Quran itu karangan Nabi Saw, bukan firman Allah Swt.
Sementara Ustadz Muhammad Abduh dalam Tafsir AL-Quran Al-Karim (Juz Amma) menyebutkan kata Qul huwa mengandung makna informasi yang yang disampaikan itu kebenarannya sudah pasti dan didukung oleh bukti rasional yang tak ada sedikit pun keraguan kepadanya, bahwa Allah itu Esa dalam dzat-Nya. Dengan kata lain, keberadaan Dzat Allah yang Esa itu merupakan suatu aksioma.
Ayat ini menegaskan, konsep ketuhanan dalam Islam sangat konsisten, sangat mudah dicerna oleh siapa pun, dan sangat rasional. Allah Swt itu satu dalam dazt-Nya. Kapan dan di mana pun, secara konsisten kita menyatakan Allah itu dzat-Nya hanya satu, hanya Dia satu-satunya Maha Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Pemberi Kehidupan dan seluruh Maha lainnya hanya milik Allah, dzat yang tunggal.
Sesungguhnya keesaan Allah Swt bukan hanya dari aspek keesaan dzat-Nya, namun juga memiliki Keesaan Sifat-Nya, Keesaan Perbuatan-Nya, Keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

“ Allah tempat bergantung segala sesuatu”
Ayat ini menjelaskan, hanya Allah yang harus menjadi tumpuan harapan. Hanya kepada-Nya kita bergantung dan memohon pertolongan. Rasulullah Saw pernah berwasiat, “Apabila kamu memohon, mohonlah kepada-Nya, dan bila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada-Nya.” (H.R. Tirmidzi)
Ustadz Muhammad Abduh dalam karyanya Tafsir Al-Quran Al-Karim menyatakan, kata Ash-Shamad mengisyaratkan pengertian bahwa kepada Allahlah secara langsung bermuara setiap permohonan, tanpa harus ada perantara atau pemberi syafaat. Penegasan AllahuShamad merupakan antitesis (perlawanan) terhadap keyakinan kaum musyrikin dan penganut agama-agama lainnya yang berkeyakinan bahwa Tuhan harus didekati melalui perantaraan orang-orang saleh.
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.”
Ada dua kata dalam Al-Quran yang sering digunakan untuk menafikan atau meniadakan sesuatu, yaitu kata lam (huruf lam berharakat fatah disambung huruf mim yang berharakat sukun) dan kata lam (haruf lam berharakat fatah disambung huruf nun yang berharakat sukun). Kata lam digunakan untuk menafikan sesuatu yang telah terjadi. Sedangkan lan digunakan untuk menafikan sesuatu yang akan terjadi.
Kata lam didigunakan pada ayat ini untuk menggambarkan bahwa saat itu telah beredar keyakinan bahwa Tuhan itu bisa beranak sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut,
Artinya : “ 88. Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". 89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, 90. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, 91. Karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. 92. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. 93. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. 94. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. 95. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.”
Singkatnya, kata lam yang digunakan pada ayat lam yalid wa lam yulad merupakan koreksi teradap keyakinan yang beredar saat itu.
Kemudian surat Al-Ikhlaash ditutup dengan ayat yang menafikan segala hal yang sama dengan Allah Swt.
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Maksudnya bukan hanya dari segi beranak dan diperanakan, tapi Allah itu berbeda dengan makhluk dengan segala dimensinya. Wallahu A’lam.
Tafsiran Q.S Al-Ikhlaash ini sangat bermnfaat untuk kita semua semoga setelah mengetahui makna yang terkandung dalam Al-Ikhlaash ini bisa kita aplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita tidak melihat pendeknya surat Al-Ikhlaash ini… Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 15 Juli 2011

Tafsir Q.S Al-Ikhlaash

Dikutip dalam Buku “Tafsir Kontemporer” Oleh : Ustadz Aam Amiruddin
Artinya : 1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Al-Ikhlaash artinya memurnikan keesaaan Allah Swt, surat ini terdiri atas empat ayat, ayat ini termasuk golongan ayat makiyyah karena diturunkan sebelum Rasululah Saw hijrah ke Madinah. Dinamai Al- Ikhlaash karena inti pesan yang terkandung dalam surat ini adalah menjelaskan keesaan Allah Swt. Allah itu Esa, tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakan serta tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya.
Anas r.a. berkata, seorang lelaki Anshar menjadi imam di Mesjid Quba. Setiap selesai membaca Al-Fatihah, ia selalu membaca Al- Ikhlaash sebelum membaca surat-surat lainnya. Lalu kawan-kawannya berkomentar, “Mengapa Anda selalu membacanya? Tidakkah Anda bosan? Sahabat itu menjawab, “ Sungguh aku tak bisa meninggalkannya. Kalau kalian tidak suka aku menjadi imam karena sering membaca Al- Ikhlaash, silakan cari imam yang lain.” Namun karena tidak ada orang yang paling baik bacaan Al-Qurannya selain dia, akhirnya ia tetap menjadi imam.
Ketika Rasulullah Saw berkunjung ke mesjid itu, kasus ini diceritakan kepadanya. Rasulullah Saw kemudian bertanya kepada lelaki Anshar tersebut, “ Apa alasan kamu melakukan itu?” “ Inni uhibuha (saya sangat mencintainya),” Jawabnya. Lalu Rasulullah Saw bersabda, “ Hubbuka iyaha adkhalakal jannata (kecintaanmu pada Al-Ikhlaash bisa mengantarkanmu ke Surga).” (H.R. Bukhari).
Rasulullah berkata demikian karena yang melatarbelakangi sahabat tersebut selalu membaca Al-Ikhlaash adalah kecintaannya yang mendalam. Rasa cinta inilah yang membedakannya dengan kita. Kita juga sering membaca Al-Ikhlaash, hanya saja latar belakangnya bukan cinta yang mendalam tapi karena pendeknya surat tersebut.
Jadi, kalau kita ingin seperti sahabat tadi, mulai saat ini membaca Al-Ikhlaash jangan karena pendeknya, tapi harus karena mencintainya. Kita tidak akan jatuh cinta kalau tidak mengenalnya.
Sahabat tersebut sangat mencintai Al-Ikhlaash karena mengenal kandungannya secara baik. Untuk itu, mari kita kenali kandungan Al-Ikhlaash agar kita pun bisa mencintainya secara mendalam, sehingga bisa mengantarkan kita pada Surga-Nya…. Amin
“Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa”
Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Quran Al-Karim, menyebutkan kata Qul yang berarti “Katakanlah” membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw. Selalu menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat Al-Quran yang disampaikan oleh malaikat jibril. Beliau tidak mengubahnya walau hanya satu huruf. Secara tidak langsung ini merupakan penolakan terhadap anggapan sebagian orang kafir yang menuduh bahwa Al-Quran itu karangan Nabi Saw, bukan firman Allah Swt.
Sementara Ustadz Muhammad Abduh dalam Tafsir AL-Quran Al-Karim (Juz Amma) menyebutkan kata Qul huwa mengandung makna informasi yang yang disampaikan itu kebenarannya sudah pasti dan didukung oleh bukti rasional yang tak ada sedikit pun keraguan kepadanya, bahwa Allah itu Esa dalam dzat-Nya. Dengan kata lain, keberadaan Dzat Allah yang Esa itu merupakan suatu aksioma.
Ayat ini menegaskan, konsep ketuhanan dalam Islam sangat konsisten, sangat mudah dicerna oleh siapa pun, dan sangat rasional. Allah Swt itu satu dalam dazt-Nya. Kapan dan di mana pun, secara konsisten kita menyatakan Allah itu dzat-Nya hanya satu, hanya Dia satu-satunya Maha Pencipta, Maha Pemberi Rizki, Pemberi Kehidupan dan seluruh Maha lainnya hanya milik Allah, dzat yang tunggal.
Sesungguhnya keesaan Allah Swt bukan hanya dari aspek keesaan dzat-Nya, namun juga memiliki Keesaan Sifat-Nya, Keesaan Perbuatan-Nya, Keesaan dalam beribadah kepada-Nya.

“ Allah tempat bergantung segala sesuatu”
Ayat ini menjelaskan, hanya Allah yang harus menjadi tumpuan harapan. Hanya kepada-Nya kita bergantung dan memohon pertolongan. Rasulullah Saw pernah berwasiat, “Apabila kamu memohon, mohonlah kepada-Nya, dan bila kamu meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada-Nya.” (H.R. Tirmidzi)
Ustadz Muhammad Abduh dalam karyanya Tafsir Al-Quran Al-Karim menyatakan, kata Ash-Shamad mengisyaratkan pengertian bahwa kepada Allahlah secara langsung bermuara setiap permohonan, tanpa harus ada perantara atau pemberi syafaat. Penegasan AllahuShamad merupakan antitesis (perlawanan) terhadap keyakinan kaum musyrikin dan penganut agama-agama lainnya yang berkeyakinan bahwa Tuhan harus didekati melalui perantaraan orang-orang saleh.
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.”
Ada dua kata dalam Al-Quran yang sering digunakan untuk menafikan atau meniadakan sesuatu, yaitu kata lam (huruf lam berharakat fatah disambung huruf mim yang berharakat sukun) dan kata lam (haruf lam berharakat fatah disambung huruf nun yang berharakat sukun). Kata lam digunakan untuk menafikan sesuatu yang telah terjadi. Sedangkan lan digunakan untuk menafikan sesuatu yang akan terjadi.
Kata lam didigunakan pada ayat ini untuk menggambarkan bahwa saat itu telah beredar keyakinan bahwa Tuhan itu bisa beranak sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut,
Artinya : “ 88. Dan mereka berkata: "Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". 89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, 90. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, 91. Karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak. 92. Dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. 93. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. 94. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. 95. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.”
Singkatnya, kata lam yang digunakan pada ayat lam yalid wa lam yulad merupakan koreksi teradap keyakinan yang beredar saat itu.
Kemudian surat Al-Ikhlaash ditutup dengan ayat yang menafikan segala hal yang sama dengan Allah Swt.
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Maksudnya bukan hanya dari segi beranak dan diperanakan, tapi Allah itu berbeda dengan makhluk dengan segala dimensinya. Wallahu A’lam.
Tafsiran Q.S Al-Ikhlaash ini sangat bermnfaat untuk kita semua semoga setelah mengetahui makna yang terkandung dalam Al-Ikhlaash ini bisa kita aplikasikan langsung dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita tidak melihat pendeknya surat Al-Ikhlaash ini… Amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar